~Prolog~

30.4K 1K 7
                                    

Pagi hari ini begitu menyesakkan dada bagi Ikhwan. Bagaimana tidak, dia berada di sebuah angkutan bus umum yang begitu sesak. Orang-orang berhimpitan disana. Dia lebih beruntung karena mendapat tempat duduk.

Bus berhenti sebentar. Ada dua pasangan yang baru masuk. Sepertinya pasangan suami istri karena si wanita sedang hamil besar. Mereka berdua terpaksa berdiri karena tidak ada tempat duduk lagi. Lima menit berlalu, si pria terlihat kasihan kepada istrinya. Diapun meminta kepada seorang pria yang duduk didekatnya supaya mengizinkan istrinya duduk. Namun keributan terjadi.

"Mas, saya kan duduk disini duluan. Mending suruh yang lain aja deh. Kesempatan banget kan, Hamil dibuat alasan buat bisa duduk."

"Maaf ya mas. Gak seharusnya kan mas ngomong gitu. Mas boleh nolak, tapi jangan ngatain istri saya begitu."

"Alasan kan. Kalau pengen duduk nyaman itu iya nyari taksi aja. Udah tahu istri hamil, tapi kok diajak naik bus."

Lelaki itu tambah menyulut emosi si pria. Sang istri memegang tangan si suami agar tak meladeni perkatan lelaki itu.

Tiba-tiba seorang perempuan memakai baju serba hitam dan wajahnya tertutup cadar berdiri.

"Maaf mbak, silahkan duduk ditempat saya." si Wanita menyuruhnya untuk duduk di tempatnya.

Wanita itu sekarang berdiri.

"Maaf mas. Sebaiknya anda jika menolak memberikan tempat duduk itu jangan bicara kasar pada wanita. Apalagi dia sedang hamil besar. Kita harus mengutamakan wanita hamil dan orang yang sudah tua untuk duduk. Kenapa anda malah memakinya? Jika seumpamanya keluarga anda yang sedang hamil besar begitu , apa anda juga akan menolak memberikan tempat duduk itu?"

Ikhwan menatap wanita bercadar itu. Jujur, dia begitu malu menyaksikannya. Wanita itu mengalah. Tapi dia hanya bisa menyaksikan kejadian itu tanpa melakukan apapun.

"Kalau mau ceramah jangan disini iya? Kamu juga udah kayak orang benar aja. Ikut aliran sesat ya?"

Suasanapun begitu ramai. Semua orang ikut mengatai si pria itu.

"Maaf, saya bukan mengikuti aliran sesat. Tapi saya melakukan kewajiban saya sebagai seorang muslimah."

Ikhwan bangkit dan berdiri.

"Sebaiknya anda diam saja. Anda membuat seisi bus ini ricuh saja."

"Ini lagi sok jadi pahlawan. Pakai ngebela si aliran sesat aja. Hari gini pakai baju kayak gitu. Apa namanya kalau bukan aliran sesat."

Ikhwan diam sekejap. Si lelaki itu mengeluarkan handpone miliknya. Sepertinya hendak menelpon seseorang

"Boleh saya bertanya? Kenapa anda memakaikan handpone anda dengan case seperti itu?"

"Anak SD juga tahu, buat ngelindungin Hp-nya lah. Pengaman kalau jatuh juga. Masak gitu aja gak tahu."

"Sama Halnya dengan wanita ini. Apa salahnya sehingga anda menghakimi dengan mengatakan kalau dia penganut aliran sesat? Wanita ini melindungi dirinya dengan pakaiannya. Dia hanya melakukan kewajibannya untuk menutup aurat. Seharusnya kita para lelaki harus bangga, karena dengan begitu, dia membantu kita untuk menjaga tatapan nakal pada yang bukan mahram. Saya heran, anda sudah dewasa, tapi pemikiran dan pengetahuan anda tidak lebih baik dari anak SD."

Hanun, nama wanita itu . Kini dia sedang memandangi pria yang membuat Lelaki kasar itu terdiam dan tertunduk malu. Lelaki itu lalu berdiri dan berjalan menuju depan, tak lama kemudian dia turun. Mungkin karena rasa malunya itu.

"Silahkan duduk." ucap ikhwan.

Hanun hanya diam sesaat.

"Tidak usah, terima kasih. Sebentar lagi tujuan saya sudah dekat."

Ternyata benar, dia turun di depan tempat foto copy. Tapi tempatnya tak begitu jauh dari kampus tempat ikhwan mengajar.

Ikhwan memandangi gadis itu dari luar pintu bus.

"Siapa dia? Kenapa dia berbeda? " kata itulah yang terlintas dibenak ikhwan. Andai saja dia punya keberanian untuk menanyakan siapa namanya. Tapi gadis seperti itu tidak mudah diajak berkenalan. Ikhwan berharap bisa bertemu lagi dengan gadis itu.

Ikhwan memasuki ruangan tempat mengajarnya. Semua siswa sudah berada didalam ruangan itu. Ketika hendak memulai pelajaran, seseorang memasuki ruangan itu.

Dari sinilah semua bermula. Dimana semuanya tak ada yang tahu kalau kedua insan ini nantinya akan bersama.

Wanita Impian  Ikhwan(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang