~Awal perkenalan~

12.4K 772 3
                                    

Hari ini Hanun dan indah ada diruangan Dekan. Beberapa dosen ikut menginterogasi mereka berdua, termasuk Ikhwan.

"Kamu masih mau mengelak lagi? CCTV tidak bisa dibohongi"

Indah hanya diam dan menundukkan wajah.

"Kelakuan kamu tidak bisa ditolerir lagi, bahkan kamu bisa di DO." dekan menambahkan lagi.

"Maaf pak. Saya gak berniat ngelakuin itu. Jangan keluarkan saya dari kampus."

Tiba-tiba tiga mahasiswa masuk kekantor itu juga. Alex dan dua temannyapun juga ikut terseret masalah itu.

"Maaf pak, sebaiknya jangan keluarkan mereka. Kasihan pak. Saya juga tidak mempermasalahkan kejadian ini."

Indah menatap Hanun seolah-olah kebencian merasuki dirinya.

"Kelakuan mereka itu udak kelewatan menurut saya." imbuh Ikhwan.

"Kamu juga Alex, kamu itu anak dari keluarga terhormat. Tapi kelakuan kamu itu sangat tidak patut dicontoh." tambah Ikhwan.

"Baiklah, kalian tidak akan di DO. Tapi kalian di skor selama 5 hari. Sekarang kalian boleh keluar, kecuali Hanun" kata dekan

Mereka berempat keluar ruangan.

"Hanun, saya mau bertanya. Kenapa kamu tidak melaporkan kejadian ini? Untung saja pak Abi memberitahu saya dan saya langsung memeriksa CCTV . Kalau tidak, saya tidak akan pernah tahu."
Dekan berbicara panjang lebar.

Hanun diam sejenak.

"Begini pak, prinsip saya itu Balaslah kejahatan dengan kebaikan, agar kejahatan itu berakhir. Kalau saya melaporkan mereka, tidak akan ada habisnya keburukan mereka, pak. Yang ada hanya balasan kejahatan demi kejahatan. Bukankah islam juga mengajarkan kedamaian pak? Alhamdulillah, mulai kecil orang tua saya sudah mengajarkannya."

Ikhwan takjub mendengar jawaban Hanun.

"Subhanallah, kalau semua mahasiswa saya seperti kamu, pasti kampus ini akan tenang dan damai selalu. Kalau begitu kamu boleh pulang sekarang.!"

"Ya sudah pak, saya permisi dulu. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam."

Baru lima langkah hanun hendak keluar, namun langkahnya lunglai dan hampir terjatuh. Ikhwan langsung memapah tubuh Hanun.

"Kamu kenapa? Saya bawa ke UKS ya?"

"Tidak pak, saya harus segera pulang saja."

"Sebaiknya pak Abi antarkan dia saja kerumahnya. Pak Abi bisa pakai mobil saya."

Dekan menyerahkan kunci mobil.

"Maaf pak. Tidak usah. Saya masih kuat pulang sendiri. Lagipula saya tidak enak sendiri pak."

"Tidak bisa , saya takut terjadi sesuatu dengan kamu. Biarkan pak Abi yang mengantar kamu. Kamu tidak perlu khawatir . Dia orang baik."

Kekhawatiran Hanun sedikit menghilang.

"Tenang saja, kamu nanti duduk dibelakang. Saya yang didepan." kata Ikhwan.

"Baiklah kalau begitu pak."

Sepanjang Perjalanan, Hanun hanya berpikir bahwa Ikhwan sama sekali tak terlihat malu. Padahal posisi mereka sekarang seperti Supir yang mengantar Majikan

Dimobil , mereka berdua hanya terdiam.

"Kamu pasti lagi mikir, apa yang harus kamu katakan sama orang tua kamu kan? Pakaian kamu basah, wajah kamu pucat. Pasti kamu mikirin jawaban apa yang harus kamu katakan?"

Hanun terbelalak. Bagaimana bisa sidosen mengetahui hal itu.

"Iya pak, saya hanya khawatir kalau mereka akan sedih jika mengetahui semua ini."

Ikhwan memikirkan sesuatu tentang semua ini.

"Tapi jujur, saya tidak bisa bohong pada mereka."

Langit mulai menjatuhkan titik-titik airnya. Ikhwan memberhentikan mobilnya.

"Ayo kita keluar."

Hanun terheran-heran. Kenapa dosennya malah menyuruhnya keluar.

Baru saja mereka keluar mobil, Ikhwan menyuruh Hanun agar masuk kembali kedalam mobil.

"Kalau begini kan gampang, kamu bilang saja kalau kamu tadi hujan-hujanan. Masalah wajah kamu yang pucat, biar saya saja yang mengatakannya."

"Apa? Kalau begitu dia berniat mampir?" pikir Hanun.

"Bukan niat saya mau mampir, saya hanya ingin membantu kamu."

"Baiklah pak. Terserah anda"

~~
Mereka sudah berada dalam kehangatan rumah Hanun sekarang. Rumah yang cukup besar dan juga mewah. Ikhwan tidak pernah menyangka, melihat dari penampilan Hanun yang begitu biasa dan sederhana.

"Saya kira tadi nak Abi ini, teman kuliahnya Balqis, ternyata pak dosennya toh?" logat jawa sang ibu masih begitu kental.

"Saya dosennya Hanun bu, tadi Hanun hampir pingsan dikampus, jadi Dekan menyuruh saya untuk mengantarnya, malah waktu mau kemobil kita hujan-hujanan."

"Saya sudah bilang nak, Balqis itu harus sarapan sama minum vitamin, tapi Balqis itu pelupa. Dia terlalu menyibukkan diri."

Hanun sudah keluar dari kamar dan mengganti pakaiannya. Tak lupa dia mbawa baju ganti untuk pak dosennya.

"Bapak bisa ganti pakaian dulu. Kamarnya disana." Hanun menunjuk salah satu kamar tamu.

Sementara itu Hanun sedang membuat Teh untuk Ikhwan. Ibu dan dosennya berbincang-bincang.

"Balqis itu anak satu-satunya . Dia punya kakak perempuan, tapi sudah meninggal. Makanya saya suruh dia cepat nikah, tapi dia bilangnya masih ingin kuliah."

Hanun datang dengan membawa secangkir teh. Terlihat lucu juga dosennya itu memakai pakaian Ayahnya.

Ikhwan segera menghabiskan tehnya.

"Saya harus kembali ke kampus bu, masih banyak tugas disana."

"Kok buru-buru sih nak? Masih hujan diluar. Kalau begitu biar Hanun payungi kamu sampai kemobil."

Hanun lekas-lekas mengambil payung dan mengantar dosennya sampai mobil.

"Sekali lagi terima kasih ya, pak." Ucap Hanun.

"Ya , ini sudah menjadi kewajiban saya sebagai dosen kamu."

"Biar Nanti jas dan kemeja bapak saya cuci dulu."

Ikhwan hanya tersenyum.

"Saya pergi dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

~~

"Baru datang pak Abi? Betah juga mampir kerumah Hanun?"
Pak dekan sudah ada diruangan Ikhwan.

"Eh, iya pak. Tadi hujan, jadi saya disuruh mampir dulu."

"Hanun itu anak sahabat saya pak. Dia dari keluarga baik-baik. Saya sudah menduga kalau pak Abi mampir. Asal pak Abi tahu saja, Hanun itu wanita yang taat Agama. Agamanya kuat"

"Iya pak, saya tahu itu. Saya bisa melihatnya "

"Coba saja pak Abi lebih mengenalnya dekat, pasti pak Abi akan kagum dengan kepribadiannya."

Ikhwan hanya diam meresapi setiap kata pak Dekan.

"Oh iya pak, ini kunci mobil bapak."

Ikhwan menyerahkan kunci mobil itu.

Dekan tersenyum melihat tingkah Ikhwan yang terlihat gugup itu. Dia Sudah bisa menduga kalau ternyata, Ikhwan mulai mengagumi sosok Hanun.

.. Cerita ini pindah ke Dreame.. Jangan Lupa ke Dreame yaa

Wanita Impian  Ikhwan(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang