~Ikhwan Abyanul Kalam~

14.4K 811 6
                                    

  Sepulang kuliah, Hanun bertemu dan berkenalan dengan seorang wanita berhijab. Wajahnya cukup manis dan cantik.

"Assalamu'alaikum." sapa si wanita.

"Wa'alaikumsalam."

Walau tak terlihat, Hanun tersenyum dibalik cadarnya.

"Namaku, Aliya. Senang bisa ada wanita kayak kamu. Tadi jawaban kamu dikelas bikin semua orang diam." Aliya mengulurkan tangannya.

"Aku Hanun. Senang juga. Ternyata ada teman seperjuangan disini."

Mereka berdua mengobrol sambil menunggu jemputan.

"Kamu tahu gak? Indah itu paling pintar lho dikampus ini. Dia cantik, seksi, modis dan dia pacar mahasiswa terkaya dikampus ini."

"Alhamdulillah kalau memang dia begitu. Dia perfect. Tapi ada satu yang kurang. Andai dia menutup aurat, pasti dia tambah cantik."

"Dia itu anti sama yang begituan. Aku aja yang kayak gini dimusuhin sama dia."

Sebuah mobil melintas dan berhenti didepan mereka. Orang dalam mobil itu membuka kaca dan menengok kearah dua gadis itu.

"Jadi wanita itu yang udah ngatain kamu sayang?"

Rupanya indah bersama sang kekasih.

Silelaki itu meludah tepat didepan Hanun dan lantas pergi.

"Astaghfirullah." Hanun mengusap dadanya.

"Itu dia. Namanya Alex, dia cowok terkaya disini. Dia emang keterlaluan banget. Gak punya sopan -santun"

"Udah, ga-papa. Aku udah biasa kok digituin. Oh iya, cuma sama kamu aja lho aku ngomongnya bebas kayak gini."

"Oh iya? Berarti kita teman dong mulai sekarang. Kalau gitu, ayo kita tukeran nomer Hp ."

Merekapun saling bertukar nomer dan pulang. Karena jemputan mereka sudah tiba.

Hari ini, Hanun dijemput oleh ayahnya. Jadi dia tidak perlu naik bus lagi.

"Gimana nak, kuliah hari ini lancar kan?"

Hanun diam. Bayang bayang kejadian dari tadi pagi sampai sekarang terlintas dibenaknya.

"Alhamdulillah bi, Hanun senang. Mereka baik banget sama aku. Ternyata sama kayak dimesir bi. Mereka bisa nerima penampilan aku."

Abinya tersenyum lega.

"Abi juga ikut senang kalau gitu."

Hanun terpaksa berbohong. Dia tidak ingin Abinya sedih dan kecewa.

Dilain tempat. Ikhwan yang berada dirumahnya sedang duduk disofa. Memikirkan tentang mahasiswinya yang mampu menyita perhatiannya.

Ikhwan Abyanul Kalam, namanya. Dikampus dia dipanggil abi. Dirumah yang memanggilnya ikhwan hanya ummi-nya.

"Kak abi? Kok bengong aja sih."

Adik perempuan sulungnya membuyarkan lamunannya.

"Kamu ada disini dek?"

"Iya kak. Aku disini sampai lahiran nanti. Mertuaku harus pergi kemedan. Katanya kakek yang disana lagi sakit. Terus suamiku lagi tugas keluar kota. Dengan keadaanku yang hamil besar kayak gini kan gak mungkin ikut."

"Oh, gitu ya dek." Ikhwan hanya berucap sekecap saja.

"Kak abi kenapa sih? Lagi mikirin cewek ya? Dosa lho kak. Mendingan nikah aja."

Entah kenapa , adiknya dapat membaca pikirannya.

"Gak dek. Kakak lagi mikir kerjaan dikampus banyak banget.

" ikhwan, Inay. Ayo makan malam dulu nak."

Umminya sudah menyiapkan makan malam dimeja makan.

Adiknya bernama Inayah, semua memanggilnya Inay.

"Iya ummi. Entar kita kesana." jawab Ikhwan.

"Kak, minggu ini gak sibuk kan?"

"Gak, kenapa?"

"Aku mau ketempat forum majelis ta'limku kak. Disana aku juga mau ketemu teman lama aku. Udah lima tahun kita gak ketemu. Dia itu sahabat aku. Dia baru pulang dari mesir kak "

Ternyata ikhwan masih termenung.

"Kakak gak dengerin Inay ya? Lagi mikirin apa sih kak?"

"Gak kok dek. Kakak dengar kok. Yaudah hari minggu kan ? Kabari aja ya?"

Yang ikhwan dengar hanya tentang kata hari minggu. Dia masih memikirkan tentang Hanun si Wanita bercadar itu.

  Yang Ikhwan tahu pula, Hanun adalah seorang wanita pemberani. Mendengar jawabannya tadi dikelas, Ikhwan juga tahu kalau Hanun seorang wanita yang cerdas dan pintar.

Wanita Impian  Ikhwan(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang