Aku nggak ngerti harus mulai cerita dari mana, yang aku tahu pasti adalah jika nanti Loreta kembali mungkin dia akan marah besar karena perkara Mark meniduriku.
Bahkan pria bule itu bukan saja meniduriku, tapi dia juga mengangkut barang-barang yang aku butuhkan dari rumah Mami. Dia membayar sejumlah uang pada Mami agar bisa memilikiku selama yang dia inginkan.
Si bule yang satu ini benar-benar sudah gila. Tapi Mami jauh lebih gila lagi.
Sebelum aku dan Mark meninggalkan rumahnya, si Mami sempat berbisik padaku, "Jen, manfaatkan Mark sebaik-baiknya! Jangan lupa setoran uang perminggu untuk Mami, ya."
Padahal setahuku angka yang tertera di cek yang diberikan Mark untuk Mami sudah lebih dari cukup untuk mengganti semua hutang keluargaku pada Mami. Tapi lingkaran setang yang dibuatnya benar-benar telah menenggelamkan aku.
Oke lupakan dulu soal Mami!
Mari bicarakan soal Mark dan bagaimana semua ini bermula.
Jadi malam itu ketika aku masuk ke ruang VIP B, Mark dan tiga orang temannya sudah asik menikmati minuman yang dihidangkan. Kebetulan sekali ternyata Haidy yang diminta untuk membawakan minuman ke ruangan ini. Tapi aku rasa itu bukan kebetulan, Haidy pasti meminta pada Desmon untuk mendapat celah untuk menemaniku.
Aku dan Haidy mulai bergoyang menghibur Mark dan teman-temannya. Dengan keberadaan Haidy maka goyangan yang kami suguhkan jadi lebih erotis, karena kami dapat saling menjamah satu sama lain untuk meningkatkan hasrat para lelaki itu.
Oh ya, Haidy jelas-jelas bermain mata dengan Frans, bahkan dengan sengaja ia menggoyangkan bokongnya tepat di depan wajah Frans. Haidy tertawa manja saat tangan Frans mendaratkan pukulan nakal di bokongnya. Tapi aku tak ambil pusing, aku hanya fokus pada tarianku.
Salah satu teman Mark mendekatiku dan ikut menari bersamaku saat Haidy sedang memberikan lap dance pada Frans. Aku tidak mampu mendengar namanya saat dia memperkenalkan diri, tapi aku sudah dapat mengetahui niatnya ketika tangan besarnya membuka rok pendekku yang memang tak terlalu berguna itu. Pria itu mulai menggerayangiku sampai akhirnya Mark mendorongnya dan menarikku ke pangkuannya.
Mark melucuti braku dan hanya menyisakan G-String merah untuk menutupi kemaluanku. Aku berusaha memberinya lap dance namun Mark menahan pinggulku dan justru mencium bibirku dalam-dalam.
Mark menguasaiku, sedangkan ketiga temannya menggerayangi tubuh Haidy. Tapi Mark sepertinya menginginkan lebih karena sesaat kemudian dia mengerang dan melepaskanku.
"Pakai kembali bajumu," ucapnya.
"Ada masalah?" tanyaku heran.
"Aku perlu membawamu keluar. Cepat! Kita cari Desmon."
Aku bergegas kembali menggunakan bra dan rokku. Mark menyampirkan jasnya di bahuku.
"Man, i gotta go," ucap Mark pada teman-temannya yang masih berebut mempermainkan tubuh Haidy.
Mark tak mengulang ucapannya, dia hanya mengeluarkan dompet dan meletakan beberapa lembar uang ke atas meja. Kemudian dia menggandengku ke luar dari ruang VIP dan mencari Desmon di bar.
Aku tak bisa mendengar apa yang dikatakan Mark pada Desmon, tapi sesaat kemudian Desmon memberi kode untukku agar mengikutinya kembali ke ruang kostum.
"Ganti baju gih sana. Mark mau take out, kamu tunggu di pintu belakang aja kalau udah ya, ceu," ucap Desmon setelah kami tiba di ruang kostum.
Aku mengikuti arahannya secepat yang aku bisa. Aku melepas rokku dan menggunakan gaun biru yang aku gunakan saat datang ke club. Aku menenteng jas Mark dan tasku, lalu berjalan menuju pintu belakang.
Pintu belakang adalah akses keluar masuk untuk para pekerja di tempat ini, baik para stripper maupun bartender. Lewat pintu ini juga para tamh menjemput take out dancer-nya.
Rokokku belum habis ketika sebuah sedan silver berhenti di depanku dan seorang pria tegap keluar dari mobil.
"Silakan, Nona," ucap pria itu ramah sambil membukakanku pintuk belakang.
Aku tak menyangka bahwa bukan Mark yang menjemputku, melainkan supir. Lalu kemana perginya Mark?
Aku sempat menanyakan itu pada supir, tapi dia hanya menjawab singkat bahwa aku akan menemui Mark di mansion.
Well, aku sudah terbiasa di-take out, tapi baru kali ini ada supir yang menjemputku dan mengantarku ke tempat tujuan.
Mark pria yang manis. Aku tak mengerti kenapa pria seperti Mark mencari penghuburan di club striptease. Karena menurutku Mark bisa mendapatkan perempuan manapun yang ia inginkan dengan wajah bule, harta, dan permainan seksnya yang luar biasa itu.
Oh ya, tentu saja aku dan Mark melakukan hubungan seks selama beberapa hari terakhir. Mark tentu tidak menyewaku hanya untuk menemaninya main catur. Mark bahkan langsung menerkamku ketika aku tiba di mansion-nya.
Mansion di lantai tiga puluh sebuah apartemen mewah itu telah kami gunakan dengan sebaik-baiknya. Kami melakukan hubungan seks di setiap ruangan di mansion itu. Bahkan tadi sehabis makan malam kami melakukannya di atas meja makan.
Ah, aku tidak bisa menggambarkan seperti apa permainan cinta kami. Yang aku tahu, Mark bukan jenis pria egois yang hanya memikirkan pelepasannya sendiri. Mark mencumbuku seperti seorang pria yang sesang jatuh cinta. Mark memuaskanku dengan beragam cara dan memanjakanku seperti seorang kekasih yang baru pertama kali bermain cinta.
Tapi semua itu justru membuatku bertanya-tanya. Bagaimana nasipku jika Loreta tahu tentang ini? Lagi pula Mark pada akhirnya akan bosan dan mengembalikanku ke rumah Mami. Aku tidak ingin dianggap sebagai musuh dalam selimut. Tapi aku juga tak mungkin menolak Mark karena Mami bisa marah besar.
Dilemaku diperparah oleh Mark yang tiba-tiba saja memberiku hadiah.
"Aku harap kamu menyukainya," ucap Mark sambil memasangkan cincin berlian ke jariku setelah kami selesai bercinta.
"Ini untuk apa?" tanyaku.
"Hadiah untukmu. Gunakan selalu cincin ini sebagai tanda bahwa kau adalah milikku."
"Tapi aku bukan milikmu," ujarku.
"Aku akan menjadikan kamu milikku. Tak ada pria lain yang boleh menyentuhmu dan melihatmu menari lagi," tegas Mark.
Aku melihat kilatan di mata Mark sebelum dia kembali melumatku.
Entah apa yang harus aku lakukan. Sementara ini aku hanya bisa menikmati apa yang disuguhkan Mark untukku.
Sekarang aku sebaiknya tidur. Menjelang pagi biasanya Mark akan kembali minta jatah. Bahkan jika aku masih tertidur karena kelelahan, dia tetap akan menyusup ke dalamku dan membuatku terbangun dengan keadaan terangsang.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Hai readers...
Part ini aku buat agak lebih "nakal" dibanding part-part sebelumnya. Gimanaaaa? Suka nggak? Hehehe.... Terima kasih untuk yang sudah mampir, sudah vote dan sudah masukin cerita ini ke library. Aku tunggu juga loh komen-komen request-nya.
XOXO,
Author.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Call Me a Hoe
General Fiction--- CERITA DEWASA --- Namaku Indah Puspita, tapi Mami bilang nama itu kampungan, jadi dia mengganti namaku menjadi Jennifer. Selain aku, ada pula Angel, Loreta, Kelly dan Haidy yang tinggal di rumah Mami. Tadinya aku datang ke Jakarta untuk menjadi...