Aku baru pulang dari Bali. Dan ternyata Bali nggak ada indah-indahnya. Ya gimana mau liat keindahan Bali kalau aku cuma dikurung di dalam kamar selama berhari-hari?! 4 hari di Bali dan aku cuma bisa ngeliat pemandangan dari kaca kamar hotel kami, selebihnya aku dikurung dan cuma bisa nikmatin tv dan tv lagi. Sangat membosankan!
Aku nggak tahu sampai kapan Mark mau menyandera aku seperti ini. Rasanya aku lebih bisa menikmati hidup saat masih bekerja di club dari pada setelah berada di tangan Mark. Aku menderita! Aku bisa mati kebosanan kalau begini terus!
Aku sudah coba bicara dengan Mark tapi dia selalu terlalu sibuk untuk menyimak pembicaraanku. Entah sibuk dengan pekerjaannya atau sibuk berada di atasku menikmati suguhan permainan yang tak bosan-bosannya dia minta.
Aku benar-benar harus mencari cara untuk membuat pria itu mendengarkanku. Tapi bagaimana caranya???
Oh ya, Loreta sudah kembali dan benar saja dugaanku. Loreta langsung menghubungiku setelah mendengar berita tentang Mark yang mengangkutku ke mansion-nya.
"Dasar perek! Gue cuma minta lo gantiin gue sehari, bukan ngerebut tamu gue!" jeritnya di ujung telepon.
"Gue nggak bermaksud ngambil tamu lo, Ta," sahutku berusaha menenangkannya.
"Nggak bermaksud apaan? Buktinya lo masih di Mansion Mark, dan semua orang di club bilang Mark belum sekalipun datang lahi setelah dia take out lo dari club tempo hari! Lo bener-bener pecun sialan!"
"Kita sama-sama pecun. Jadi nggak perlu lo sebut juga gue sadar diri," ucapku.
"Kalo ketemu gue hajar lo!"
Telepon diputus sebelum aku sempat menyahutinya. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala sama perlakuan Loreta. Sebagai temanku dia harusnya tahu bagaimana posisiki saat itu. Aku nggak mungkin ada bersama Mark kalau bukan dia sendiri yang memintaku untuk menggantikan dia. Aku juga nggak mungkin menolak ajakan Mark untuk take out karena Mami bisa menggorok leherku. Aku masih pengen idup kaleeee.
Aku kayanya apes banget deh! Nggak punya kehidupan bebas, terperangkap dalam sangkar dewa seks, dan sekarang aku juga dimusuhin sama temen sendiri.
Seandainya waktu bisa aku ulang lagi, aku pengen menolak permintaan Loreta untuk menggantikannya. Bodo amat deh aku dibilang tega karena nggak mau ngegantiin dia, dari pada hubungan kami jadi kaya gini.
Seandainya Ibuku nggak sakit-sakitan dan Bapakku nggak melarat cuma karena hobi minum alkohol dan berjudi, aku nggak perlu jadi pelacur yang memuaskan mata dan selangkangan para laki-laki seperti ini. Seandainya keluargaku hidup normal-normal aja seperti tetangga-tetangga kami di kampung, aku pasti tidak perlu menyicil hutang keluarga dari lintah darat seperti Mami.
Aku memang sial.
Apa aku memang nggak berharga?
Karena bahkan keluargaku rela menjerumuskanku pada neraka dunia ini demi membayar dosa-dosa mereka.
Halah apa sih nih?! Kenapa aku malah jadi mellow gini sih?!!

KAMU SEDANG MEMBACA
They Call Me a Hoe
Ficción General--- CERITA DEWASA --- Namaku Indah Puspita, tapi Mami bilang nama itu kampungan, jadi dia mengganti namaku menjadi Jennifer. Selain aku, ada pula Angel, Loreta, Kelly dan Haidy yang tinggal di rumah Mami. Tadinya aku datang ke Jakarta untuk menjadi...