"Hadirnya dia adalah fatamorgana, ada, namun terlalu semu untuk menjadi nyata.""Zahira Salsa Bunga."
🍃🌹🍃
Salsa menghirup dalam-dalam udara pagi yang masih bercampur dengan hawa dingin dari embun-embun pagi yang tersisa.
Salsa membuka jendela lebar-lebar untuk mempersilahkan sinar mentari pagi yang menerobos masuk lewat celah-celah jendela yang baru saja ia buka, dilihatnya 2 buah sepeda motor sudah terparkir rapi di halaman rumahnya.
"Kayaknya mereka udah datang deh." batinnya dalam hati seraya melongokkan kepalanya keluar.
Salsa segera menyambar beberapa buku dan alat tulis yang ada di atas meja belajar, sementara rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja.
Dari sudut matanya ia bisa merasakan ketika Kiki, Melani, dan Ica, dan Sandy menatapnya dalam waktu yang cukup lama. Tentu saja, ini membuat Salsa sedikit merasa aneh.
"Kalian kenapa sih?" tanya Salsa mulai gugup, pasalnya tatapan mereka terlihat mencurigakan.
"Kayaknya hari ini lo agak beda ya Sal?" ujar Melani sambil berusaha berpikir keras.
"Beda apanya sih?" tanya Salsa semakin dibuat penasaran.
"Tumben lo nggak pake kacamata Sal?" ceplos Ica membuat mereka serentak menjentikkan jari mereka senang.
"Kalau boleh jujur sih, lo lebih bagus nggak pake kacamata deh. Keliatan lebih dewasa, tapi tetap unyu." ujar Kiky menimpali.
"Iya Sal, cantik." ujar Ica seraya tersenyum.
Wajah Salsa merona malu. Jujur saja, ia jarang sekali mendapatkan pujian dari orang lain sehingga beberapa kali membuatnya merasa cukup minder.
"Makasih, tapi gue ngerasa biasa aja sih. Nggak ada yang berubah." Salsa tetap kekeuh.
"Kok tiba-tiba gue kepikiran sebuah ide ya." Melani tiba-tiba bersuara.
"Apaan??" Ica terlihat penasaran.
Melani menyipitkan matanya dan menatap Salsa dari atas sampai ujung kaki membuat Salsa sedikit curiga sekaligus panik. Salsa khawatir sahabatnya yang satu ini akan melakukan sesuatu yang membuatnya malu.
"Kita ke kamar lo aja yuk," Melani menarik tangan Salsa pelan.
"Kayaknya gue juga satu pemikiran deh sama elo Mel," Kiky tersenyum smirk lalu bertos ria dengan Melani. Salsa dan Ica hanya bisa menatap bingung.
"Belajarnya kita tunda dulu ya guys," Melani mulai mengambil ancang-ancang.
"Sal, lo duduk yang anteng ya." Kiky mengusap pundak Salsa membuat gadis itu menatapnya curiga.
"Lo berdua kenapa sih?? Awas aja ya kalau kalian berani macem-macem sama gue." Suara Salsa terdengar cukup parau.
"Tenang, kita cuman bakalan sedikit make over lo doang kok." Melani dan Kiky tersenyum lebar.
"Ish, apasih? Gue nyaman kok kayak gini." Salsa berusaha tetap mempertahankan gayanya.
"Besok-besok kalau sekolah, rambut lo jangan dikuncir dua lagi. Kayak anak SD tau." Melani mulai bergerak menyisir rambutku dengan telaten. Diam-diam Salsa mendengarkan arahan sahabatnya itu.
"Terus jepit rambut yang biasa lo pake mendingan lo ganti aja sama yang lebih elegan tampilannya. Jangan pakai warna yang mencolok." Kali ini Kiky yang bersuara.
"Kacamata lo juga, kalau bisa jangan sampai keseringan jatuh di hidung, nggak bagus. Kalau bisa lo pakai Softlane yang minus aja." Melani masih setia dengan nasihatnya.
"Gue nggak bisa pakai Softlane, berasa nggak PD, kayaknya juga bikin risih." ujar Salsa menolak terang-terangan.
"Ya udah, kalau nggak bisa sih, nggak masalah. Cuman itu kacamata jangan dipake kemana-mana juga kali, pake-nya cukup di kelas aja." Saran Kiky lagi dan dibalas dengan anggukan kepala oleh Salsa.
"Poni lo juga jangan sampai nutupin mata. Sini kita potong dulu." Kali ini Sandy yang bicara. Tangannya meraih gunting kecil dan bergerak pelan membuat poniku sedikit demi sedikit jatuh ke lantai. Jujur, Salsa takut terlihat berbeda.
Salsa khawatir menjadi orang lain yang sama sekali bukan jati dirinya sebenarnya.
"Lo tenang aja, lo masih jadi diri sendiri kok. Lo niatin aja, lo berubah, karena lo mau." Kiky mengusap lengan Salsa pelan mencoba memberi gadis itu kepercayaan diri. Salsa mengangguk ragu.
"Nah, sekarang coba lo liat diri lo di kaca. Gimana? cantik kan?" Teman-temannya tersenyum bangga atas hasil karya tangan mereka.
Salsa memandangi pantulan wajahnya di cermin kamarnya. Jujur, ia terlihat berbeda, tapi Salsa juga tidak bisa berbohong kalau ia menyukainya.
Di cermin Salsa masih terlihat sama, ia masih menjadi dirinya sendiri. Hanya saja dengan penampilan berbeda. Ujung rambutnya yang tampak ikal alami bahkan menyerupai di-ombre membuat dirinya terlihat sedikit berbeda. Wajahnya yang di sapu oleh bedak tipis juga tidak terlihat mencolok.
"Makasih ya," Salsa tersenyum haru sambil menatap teman-temannya.
"Sama-sama Sal, ya ampun lo keliatan beda banget tau. Sini pelukan dulu." Kiky menariknya, Melani dan Ica dan Sandy dalam pelukan persahabatan.
***
A/N:
Malam semua, maaf ya buat part ini yang baru sempat aku perbaiki. Setelah aku baca berulang kali ternyata banyak banget kesalahan yang aku buat di Part ini. Ya udah dulu ya, Happy Reading deh pokoknya. ..😍😙
KAMU SEDANG MEMBACA
ILUSI HATI (REVISI)✔ SudahTerbit
Novela Juvenil### Dia adalah alasan mengapa aku bisa terluka dan bahagia setelahnya. Dia bahkan menjadi orang yang paling pertama mengulurkan tangannya saat aku butuh, namun dia juga pergi saat aku mulai rapuh. Apa ada yang lebih egois daripada itu? "Nggak usah n...