5 - Terjebak

218 42 60
                                    

"Sal, lo kenapa? sakit?" Erick bertanya khawatir.

"Ah, gue? Nggak lah, gue nggak papa  Rick, sekali lagi thanks ya." Salsa pelan.

***

Salsa menghirup dalam-dalam udara pagi yang masih bercampur dengan kabut pagi yang suci dan menyegarkan.

Matanya menengadah seraya memandangi langit subuh yang masih bersemu kemerahan dengan bulan pagi yang masih enggan meninggalkan fajar yang hening dan sunyi.

Hujan tadi malam, masih menyisakan rasa dingin yanng ditambah dengan udara sejuk menerpa wajah Salsa yang masih kuyu.

"Pagi yang bersahabat nih," batin Salsa dalam hati.

Salsa melangkah ringan melewati koridor sekolah yang masih lenggang dan sepi.

"Ehm, hai Sal." ujar seseorang berdehem pelan membuat Salsa sedikit kaget.

Salsa menoleh ke belakang untuk memastikan siapa yang memanggilnya. Salsa mengernyitkan dahinya pertanda jika ia masih bingung dan tidak percaya saat dilihatnya yang menyapanya barusan adalah "Dani."

Salsa mengatur ekspresi wajahnya agar tetap datar dan biasa saja di depan laki-laki itu.

"Ternyata lo, Dan. Ngagetin gue aja. Yaudah, gue duluan." ujar Salsa sewot.


"Emm, lo masih marah ya sama gue Sal? Ya udah, gue minta maaf deh, walaupun sebenarnya gue sama sekali nggak tau salah gue apa." ujar Dani sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Salsa mengeratkan pegangan tangannya pada ranselnya menahan geram. "Apa dia bilang? Nggak tau kesalahannya apa? Setelah ngomong seenak jidatnya dia, tapi masih bisa-bisanya bilang dia nggak tau kesalahannya apa. Parah banget sih." Salsa menggeram dalam hati.


Salsa semakin memasang wajah cemberut setelah mendengar apa yang Dani lontarkan barusan.

"Sal, udah yaa. Jangan Marah-marah. Entar cantiknya ilang lho." ujar Dani terdengar mulai menggombal.

Benar-benar terasa berbeda dari Dani yang ia kenal sebelumnya.  Anehnya Salsa justru merasa semakin muak dan dongkol, walaupun tanpa ia sadari wajahmya justru bersemu kemerahan tanpa permisi.

"Cie, ada yang salting nih kayaknya." ujarnya bangga.

"Apaan sih lo? Siapa juga yang salting? Kegeran banget sih. Lagian kalau lo cuma mau ngebanggain diri sama mau manfaatin gue doang, nggak bakal ngaruh apa-apa lagi sama gue." sindir Salsa lalu berjalan mendahului nya dengan langkah yang lebih cepat.

"Udah, ngaku aja kali Sal." ujarnya semakin mendesak Salsa.

"Tau ah, berisik." ujar Salsa sambil mempercepat langkah kakinya. Dani juga menyusul langkahnya.

"Ngapain sih Buru-buru? Masih lama kali masuknya Sal." ujar Dani sambil melirik Arloji hitam di tangannya.

Salsa berlalu dan terus mengabaikan Dani yang berusaha memanggilnya dan memberi gadis itu peringatan, namun sepertinya semuanya sudah terlanjur.

"Akkhh..." ujar Salsa refleks berteriak saat ujung sepatunya tak sengaja menyandung selokan membuat tubuhnya oleng dan hampir terjatuh, namun secepatnya Salsa bungkam saat tiba-tiba Dani meraih lengannya.

"Kan gue udah bilang tadi, jangan Buru-buru." ujar Dani, raut wajahnya tampak berubah khawatir.

Salaa tetap bungkam karena bingung harus mengatakan apa pada laki-laki itu. Belum lagi  Dani terus menatap wajahnya dengan sorotan matanya yang teduh.

Tiba-tiba saja Salsa merasa Melting lagi. Jika seperti ini mJika, kapan ia bisa move-on?

"Eh... e... ma ... makasih Dan." ujar Salsa terdengar canggung seraya menarik tubuhnya mundur dari posisi yang membuatnya salah tingkah begini.

"Eh, oke Sal, sama-sama. Tapi lo nggak papa kan?"

"Iya. Lain kali ggak usah peduliin gue ya, Dan. Gue masuk ke kelas duluan," jawab Salsa sambil berlalu masuk ke dalam kelas dengan terburu-buru.

Dani masih berdiri di tempatnya, dan dari sudut matanya, Salsa melihat laki-laki itu yang masih tersenyum lama. Aneh.

***

Notes:

Say hay dong, hehehe, mudah-mudahan tidak bosan. Monggo masukan dan sarannya...😄😀

ILUSI HATI (REVISI)✔                                                SudahTerbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang