Chapter 01

1.1K 83 0
                                    

"Hei Baekhyun".

"Hei Kyungs. Bagaimana keadaanmu?".

"Aku baik".

"Bagus. Lalu Emmoni?".

"Eomma juga baik".

"Syukurlah. Aku sangat cemas pada Eommoni. Aku juga sedih, kau tahu, dan cemas setelah mendengar kabar darimu….. Apa yang akan kau lakukan sekarang?".

"Aku tidak tahu Baek….. Aku merasa sangat kosong sekarang…..".

"Baiklah. Kalau begitu aku akan menutup telpon. Suaramu terdengar lelah, aku yakin kau butuh istirahat. Aku akan meneleponmu lagi besok. Dan jika kau perlu sesuatu, jangan sungkan untuk menghubungiku Kyungs".

"Aku tahu. Terima kasih Baek. Kau teman terbaik".

"Kau sahabatku, Kyungs. Selamat tidur".

Kyungsoo diam-diam menangis di tengah kegelapan kamar. Air mata membasahi bantal yang sedang dipakai untuk merebahkan kepala. Sekarang bahkan bukan malam hari, tapi dia memilih menutup tirai, mengurung diri di dalam kamar yang akan di tempati untuk terakhir kalinya.

Kyungsoo menyayangi kamarnya. Dia sudah menempati kamar ini sejak dia berumur dua tahun. Sudah dua puluh enam tahun lamanya. Dia tidak percaya ini akan segera berakhir.

Ini kesalahan dia. Jika saja seandainya dia cukup pintar dan lihai, dia tidak akan kehilangan kamar dan rumah keluarganya. Ini salah dia telah memaksakan kehendak untuk mengikuti mimpinya kuliah di jurusan musik, bukan bisnis seperti pilihan Appa.

Namun, Appa mendukung pilihan Kyungsoo. Mereka membicarakan baik-baik keputusan Kyungsoo beserta konsekuensi yang akan dihadapi. Appa bilang akan mencari asisten yang dapat dipercaya atau penerus lain atau menjual perusahaan dan uangnya dapat digunakan untuk di masa pensiun.

Tapi, sungguh tidak terduga tiba-tiba saja Appa meninggal dunia tanpa sempat mempersiapkan surat warisan. Kecelakaan mobil. Siapa yang menduga kalau Appa yang sehat dapat pergi dengan cara seperti itu.

Kyungsoo sebagai anak tunggal dituntut untuk melanjutkan kewajiban Appa dalam mengelola perusahaan asuransi milik keluarga. Kyungsoo yang nihil tentang bisnis dan keuangan berusaha semampunya memimpin perusahaan.

Tapi tingkat kematian dan penyakit meningkat akibat bencana alam. Bursa saham juga tidak berjalan bagus. Ini semua mengakibatkan perusahaan yang dipimpin Kyungsoo selama dua tahun harus berakhir buruk dengan penyitaan dari bank akibat hutang yang menumpuk.

Tidak hanya kehilangan perusahaan, rumah dan mobil sport kesayangan Kyungsoo terpaksa harus dijual untuk membiayai keluarga. Dengan uang seadanya, mungkin hanya bisa bertahan selama empat tahun jika mereka hidup dengan sangat hemat.

Kyungsoo menyayangi mobil sport yang sudah bersama dengannya sejak kuliah, tepatnya sudah tujuh tahun lamanya dia mengedarai mobil itu. Mobil sport warna merah merk Audi. Banyak kenangan yang telah dilaluinya bersama mobil itu.

Yang paling dia ingat yaitu saat dia melakukan sex di kursi belakang mobil sport miliknya, dengan pacarnya semasa kuliah dulu.

Dulu mengartikan kalau mereka sudah berpisah. Mereka putus lima tahun yang lalu. Setelah Kyungsoo lulus dan mulai kerja di sebuah agensi di bagian musik, Kyungsoo menjadi sangat sibuk. Mereka berakhir karena tidak ada waktu yang dapat mereka luangkan untuk bersama.

Don't You Give Up, I Won't Give UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang