Chapter 11. The End.

144 8 2
                                    

Ini hari kelima Jongin menginap di hotel. Meskipun itu hotel terbaik di kota, tetap saja baginya kehangatan rumah tidak terkalahkan. Dia mulai tidak tenang dan sangat merindukan Kyungsoo.

Jongin sadar sikapnya saat ini sungguh kekanakan. Lagi-lagi dia lari dari masalah, alih-alih membicarakannya. Dia telah menikah, tetapi belum juga dewasa.

Kenyataannya, Jongin takut. Terakhir kali dia dan Kyungsoo membicarakan masalah mereka lima tahun lalu, mereka justru berakhir dengan putus. Jongin takut jika hubungan mereka akan berakhir lagi jika mereka mencoba untuk membahas masalah mereka.

Namun, Jongin mengerti dia tidak bisa terus seperti ini. Dia tidak bisa terus-menerus lari. Mereka harus berbicara. Mereka harus membahas hubungan mereka.

Jongin mengaktifkan ponselnya. Dia sengaja mematikannya dan kini dia menyesal kenapa dia melakukan itu. Dia sungguh harus berhenti bersikap kekanakan.

Ketika Jongin mengecek ponsel dan menemukan fakta bahwa tidak ada pesan atau telepon dari Kyungsoo, dia kecewa. Juga takut. Apa Kyungsoo marah? Apa dia akan meminta cerai pada Jongin?

Jongin melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur. Dia cemas. Dia mulai memikirkan apa yang harus dilakukannya jika Kyungsoo minta cerai. Dia akan berlutut dan memohon jika perlu. Dia tidak ingin kehilangan Kyungsoo lagi.

Jongin mengambil ponsel untuk menelepon Kyungsoo. Namun sebuah pesan yang masuk sedikit terlambat menghentikannya. Jongin memeriksa pesan. Dia membaca hingga dua kali sebelum dia berlari keluar dari kamar hotel.

Pesan itu adalah pesan yang masuk dari fasilitas kartu kredit milik Jongin dan suaminya, Kyungsoo. Pesan itu berisi kalau mereka baru saja membayar tagihan ke Rumah Sakit Seoul, dua hari lalu.

--- Chapter 11 ---

Jabatan Jongin sebagai seorang direktur membuatnya memiliki banyak koneksi. Dia juga pernah bekerja sama dengan Rumah Sakit Seoul. Komputer-komputer yang dipakai para pegawai untuk bekerja berasal dari perusahaan Jongin. Sehingga dia dan pemilik Rumah Sakit cukup dekat.

Jongin mengendarai mobil sambil menelepon pihak rumah sakit. Dia meminta bantuan untuk mengecek pasien dengan nama suaminya dan mertuanya.

Jongin disuruh untuk menunggu sebentar. Kemudian suara pegawai yang berada di balik telepon untuk memberikan jawaban kepada Jongin membuatnya terpaku.

Doh Kyungsoo. 28 tahun. Rumah Sakit Seoul, bagian kandungan.

Jongin meminta lebih detail tentang apa yang terjadi kepada suaminya. Dia disuruh menunggu kembali sementara mereka bertanya kepada dokter yang bertanggung jawab kepada Kyungsoo.

Jongin berharap dalam hatinya semoga bukan kabar buruk. Dia merasa sangat jahat. Seharusnya dia tidak pergi begitu saja. Seharusnya dia menelepon Kyungsoo. Seharusnya dia tetap memeriksa keadaan suaminya meskipun mereka sedang bertengkar hebat.

Jongin berpikir dia menunggu sangat lama, meski sebenarnya dia hanya menunggu selama dua menit. Kabar yang dia dapat adalah Kyungsoo dan bayinya dalam keadaan baik. Dia mengalami sedikit pendarahan karena shock. Kyungsoo dirawat di rumah sakit selama tiga hari.

Jongin menarik napas lega. Suaminya baik-baik saja. Bayi mereka aman. Bayi.... mereka memiliki bayi.

Kenapa Kyungsoo tidak bilang kalau dia sedang hamil?

Jongin segera mengendarai mobil balik ke rumah dia dan suaminya.  Jongin langsung berlari naik sampai ke lantai tiga. Dia terus memanggil nama Kyungsoo. Namun, suaminya tidak ada. Kyungsoo tidak ada di rumah.

Jongin memeriksa cctv rumah mereka. Takut sesuatu hal yang buruk terjadi kepada Kyungsoo. Namun, tidak ada. Rumah itu kosong selama beberapa hari.

Jongin sering sendirian di rumah, tetapi ini pertama kalinya dia merasa sangat kesepian.

Don't You Give Up, I Won't Give UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang