Core 5.0

246 63 12
                                    

Sial! Rasanya malas sekali melakukan aktivitasku ini, dan beberapa jam lagi aku harus mati-matian dalam tes NineQuest. Tapi...
'Bukankah aku tidak tertarik dengan hal seperti itu, lagipula tidak masalah jika aku harus berada dalam kasta kelas 5 sekalipun.'

Iya, itu memang tidak masalah bagiku, tapi masalahnya ada pada Cristy.

Mengapa?

Kau tahu? Proses penilaian bagi orang yang memiliki saudara kandung dengan class core yang sama, maka penilaiannya dibagi dua. Dengan kata lain juri akan mengambil setengah poin hasil NineQust yang didapatkan dari kedua orang tersebut kemudian di satukan untuk menempatkan kasta mereka berdua.

Seandainya Cristy mendapatkan 80 poin dan aku hanya 50 poin. Maka poin yang di dapatkan adalah 65.

Dengan poin 65 hanya akan mendapatkan kasta kelas 3, dan jika itu terjadi Cristy akan menjadi buas seketika. Kau tahu? Cristy pernah menggigit tanganku hingga membuat luka yang cukup besar.

Tapi syukurlah ibu langsung membawaku ke rumah sakit dan luka tersebut dapat sembuh dalam waktu 1 menit, dengan menggunakan laser yang dapat mempercepat reaksi antara fibrinogen dan sel thrombin. Reaksi keduanya akan menghasilkan fibrin, yaitu protein yang memiliki serat-serat yang tidak larut di dalam plasma darah, proses pembekuan darah oleh fibrin akan lebih cepat dari biasanya. Jika biasanya gores atau sayatan akan membutuhkan waktu selama 5-10 menit untuk menutup kembali, maka dengan menggunakan laser tersebut kurang dari 1 menit luka akan sembuh.

Dan dalam waktu 10 detik dengan metode yang sama, bekas luka itu pun hilang seketika dengan Laser Resurfacing, metode yang satu ini menggunakan sinar laser berfrekuensi rendah untuk mengatasi dan menghilangkan bekas luka.

Mulai saat itu aku berusaha membuat Cristy selalu jinak.

"Fread" Cristy memanggil namaku dengan nada yang cukup pelan. Itu semua membuatku sedikit tersentak sambil menoleh kearahnya.

"Ada apa?" tanyaku bingung.

"...."

Tidak ada kata yang keluar dari mulut Cristy, dia hanya menatapku dan terlihat gugup lalu dia membuang pandangannya dariku.
Sungguh, sikapnya membuatku pusing.

"Kau kenapa Cristy?" tanyaku mencoba membuatnya menjawab.

"Berusalah untuk tes NineQuest nanti" cicitnya, yang hampir tidak terdengar.

"Baiklah, aku kira kau pasti terbebani dengan ikutnya aku dalam tes ini, itu membuatmu harus berusaha lebih keras agar impianmu untuk mencapai kasta kelas 1 terwujud, aku minta maaf."

Jujur, aku merasa sangat membebani Cristy saat ini, dari dulu dia sangat memimpikan untuk hidup menjadi penyandang kasta kelas 1, keluarga kami hanya pernah mencapai kasta kelas 3 saja.

Aku menoleh ke arah Cristy dengan sedikit penyesalan terlukis di wajahku.

Aku pikir Cristy akan menghela napas dan menunjukkan wajah seramnya yang khas padaku.

Namun, dia hanya menatapku dengan tatapan kosong.

"Lebih baik kau segera berangkat Fread, lokasi tes NineQuest cukup jauh dari sini" ujarnya dengan sedikit bergetar.

Kenapa? Apa dia takut? Atau..

"Kau juga bisa terlambat jika hanya berdiri di sana Cristy-"

"Kau pergi saja Fread, aku tidak akan pergi" Cristy memotong ucapanku tanpa adanya bentakan sedikitpun.

"Kau tidak bisa pergi kesana dengan teleportasi Cristy, tempat itu di rancang sedemikian rupa agar tidak masuk kedalam program satelit, kau pun tahu itu bukan?" aku semakin bingung dengan sikap Cristy sekarang.

"Bukan Fread, maksudku, aku tidak akan ikut dalam tes NineQuest Tahun ini." kini ia menunjukkan sikap gelisahnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Apa yang terjadi padamu Cristy, kau tidak akan ikut tes? Apa ini semua karena aku ikut tes ini, itu membuatmu benar-benar terbebani?"

Sial, aku tidak suka dengan wajah dan nada bicara yang ditunjukkan oleh Cristy saat ini.

"Tidak, ini semua tidak ada kaitannya denganmu Fread, ini semua murni kemauanku sendiri, aku tidak bisa mengatakan alasannya, aku mohon mengertilah Fread. Hiks.. "

Akhirnya air matanya tidak dapat dibendung lagi, Cristy menangis. Tapi, ini bukan tangisan yang biasanya ia tunjukan saat kecil, ia menangis karena frustasi.

Sial! Aku benci sekali melihatnya menangis seperti ini.

Perlahan aku berjalan mendekati Cristy yang tengah menangis tersedu-sedu dengan kedua tangan yang mencoba menyembunyikan mata yang dibanjiri oleh air asin tersebut.

Aku hanya menghela napas melihatnya menangis seperti itu.

"Dengar! Aku sebenarnya lelah menjalani hidup seperti ini Cristy, kau tahu? Setelah kematian Ibu, aku merasa hidup ini begitu kelabu dan kelam, tidak ada masa depan yang dapat aku lihat lagi, mungkin saat itu aku merasa ingin mati saja."

Perkataanku sukses membuat Cristy mendongak ke arahku yang kini tepat berdiri di depannya.

"Tapi aku masih memiliki tanggung jawab, aku tidak boleh mati sekarang, karena kau masih disini, ibu akan sangat marah padaku jika kau aku tinggalkan begitu saja, dan aku takut kau akan bertemu lagi dengan pria itu."

Cristy menatapku dengan lekat dengan air mata yang masih membanjiri wajahnya.

Dan aku menghela napas untuk kedua kalinya.

"2 tahun setelah kepergian ibu, kau terlihat berbeda, kau tidak pernah menangis lagi, kau menjadi anak yang jenius dan kasar, itu membuatku sedikit lega. Dan aku sempat berpikir bahwa kau akan baik-baik saja tanpa aku, tetapi setelah aku melihat mu menangis seperti ini sekarang, kau membuatku cemas kembali, kau tahu? Hidupku menjadi sulit kembali gara-gara kau"
Ujarku diakhiri helaan napas.

Cristy kembali menundukkan kepalanya dengan wajah yang semakin melukiskan kesedihan dan penyesalan.

'Tch! Tidak ada pilihan lain' batinku. Aku mengacak-acak rambutnya dengan tangan kananku, itu sukses membuatnya berhenti menagis.

"Berhentilah menangis, mana rasa percaya diri dan sikap sombongmu itu? Aku tidak suka kau menangis seperti ini, itu membuatku kesal sendiri."

Cristy mendongak kembali ke arahku yang tengah mengacak-acak rambutnya, dia tidak berniat menurunkan tanganku dari kepalanya.

"Aku akan berusaha saat tes nanti, meskipun peluang untuk mendapatkan kasta kelas 1 kurang dari 1%, tapi aku akan berusaha, agar kau tidak menangis seperti ini lagi, kau membuatku malu Cristy" aku berjalan meninggalkan Cristy yang tengah berdiri mematung dengan mata yang masih menatap ke arahku.

Setelah aku sampai di pintu depan, Cristy memanggilku dan berlari ke arahku, yang membuat ku reflek menoleh.

"Fread, Berjuang dan kembalilah." Cristy mengatakannya diakhiri dengan senyuman yang sudah lama sekali tidak pernah aku lihat.

Setelah aku menutup pintu, Cristy sudah tidak terlihat lagi.

Lebih baik aku melihatnya kesal dari pada aku harus melihatnya menangis, itu membuatku merasa bersalah karena telah membiarkannya merasakan kesedihan kembali.

Dan, untuk pertama kalinya, aku akan mencoba serius kali ini.











To Be Continued...

World Freak (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang