Sabtu, 30 maret 2015
Nana POV
"ah aku bangun kesiangan lagi" kataku sambil melihat alarm hijau di meja kecil samping kasurku yang bagaikan surga itu. Rasanya sulit sekali membangkitkan diri saat sudah terbaring diatasnya.
Hujan yang sangat deras disertai kilat dan petir yang begitu kuat dipagi hari membuat tidurku sangat nyenyak. Setelah mengumpulkan nyawa di kasur itu, Aku pun bergegas bersiap ke sekolah. Aku menunggu di teras depan rumahku.
"huh.. Aku sudah sangat terlambat. Kapan hujan akan behenti sih..? " kataku sambil mengeluh karena dinginnya dan karena sangat terburu buru.
Dari rumahku tidak lewat transportasi apapun kecuali kendaraan pribadi, sehingga untuk tiba di sekolah aku harus berjalan kira kira 150 meter dari rumah menuju jalan besar. Namun untuk melangkah 2 meter pun saat ini tidak memungkinkan. Sebenarnya kami tidak terlalu miskin untuk memiliki payung. Namun rumah ini punya sedikit hal unik, dimana gunting kuku, sisir dan payung adalah hal yang hilang saat dicari. Entah ini sebuah cerita horror atau komedi aku pun tak tahu. Yang jelas jumlah mereka akan menjadi berlipat ganda saat tidak di perlukan. Menyebalkan.
Setelah 25 menit menunggu hujan yang begitu deras, seseorang dengan motor berwarna merah, mengenakan jas hujan, dan memakai helm hitam itu berhenti tepat di depanku.
"mau naik? " Tanyanya setelah membuka helm nya. ternyata dia Vendi. Pria sekelasku yang tempo hari mengerjai aku
"kenapa aku harus naik?"
"kau tidak tau kapan hujan akan berhenti kan... Kita sudah telat 30 menit Jadi jangan banyak bicara dan naik saja"
Katanya sambil menyodorkan helm padaku. Aku sungguh malas untuk naik, tapi aku juga tidak punya pilihan."aku akan tunggu 5 detik, dan setelah itu aku mungkin akan berubah pikiran "
"a... a.. aku naik!! Ehm.. Aku juga akan bayar untuk ongkosnya. " aku lalu memutuskan untuk meraih helm itu dan naik.
"pegang yang kuat! Kita ngebut. "Waktu yang biasa ku tempuh dari rumah ke sekolah dengan menggunakan bis adalah 20 menit, tapi bersamanya hanya butuh 7 menit. Kami pun sampai di sekolah yang kusebut neraka itu.
Setelah memarkirkan motornya kami lalu turun. Pakaianku basah kuyup... Laptop ku juga sepertinya rusak. Aku juga sangat kedinginan.
"huh... Kita sampai" kataku tersenyum menatapnya yang sangat juga kedinginan. "kau basah bodoh" katanya memecah senyumku.
'Hacyimmm' bersinku tak sengaja mengenai kemejanya. " ah... Maaf.. Kurasa aku flu" aku segera membersihkan kemejanya dengan sapu tanganku.
Tapi... Hal yang paling kuingat saat aku membersihkan kemejanya ialah... ia memegang tanganku. Seketika.. Mataku langsung menatap matanya.
" tanganmu sangat dingin.. Tidak bisa. Ikut aku!" Vendi lalu menarik tanganku setelah mengambil handuk putih di jok motornya. Dan ternyata membawaku ke UKS.Untuk cerita selanjutnya tolong dinantikan ya manteman:v
Sebelumnya mohon maap 🙏🙏 tulisannya masih berantakan. Soalnya ini first.
Trims 😊In the next chap :
Nana:
KAMU SEDANG MEMBACA
"Sun Amid The Rain"
Roman pour AdolescentsJesic Kirana adalah remaja yang akrab disapa Nana oleh teman sekolahnya. Tipikal orang yang tidak percaya diri dan selalu menundukkan kepalanya, seolah semua adalah salahnya. Wanita itu dipertemukan oleh takdir dengan Vendi, pemilik sekolah kesenian...