Chapter 8 (realita tak seindah ekspektasi)

82 9 1
                                    

"hanya tinggiku yang membuat penasaran? Aku juga tampan kan? "

Cara Vendi memperlakukan wanita ini benar benar berbeda. Entah kemana larinya Vendi yang menyeramkan yang selama ini di kenal. Wanita itu hanya terdiam mendengar ucapan Vendi tanpa membantah. Harus dia akui Vendi semakin tampan.

"oh ia, kita ke mall dulu ya. Aku harus membeli keperluan pribadi di Indonesia."

"ah.. Apa - apaan sih. Kenapa tidak langsung pulang saja? "

"kamu sudah gila yaa. Kita sudah 3 tahun tidak bertemu dan kamu langsung mau membantahku? "

"bukan begitu kak. Masalahnya kakak menyentuh lebih dari ratusan barang dan hanya akan membeli 1 diantaranya. "

"wait! But not just me, ladies in the world like it."

" itulah mengapa wanita sangat menyebalkan."

Vendi megetahui sorot tajam mata kakaknya yang memandangnya tidak suka dari ekor mata.

"tapi kau berbeda dari mereka."

Kalimat singkat itu sedikit mengakrabkan tatapan kakaknya yang tak kalah tajamnya dari tatapan biasa milik Vendi. Ehm.. Mungkin gen?

"jadi kau akan mengantarku kan"

"masalahnya aku menjemput kakak saat kelas belum usai. Setelah mengantarkan kakak kerumah papa, aku harus kembali lagi kesekolah"

"Oh My Gosh. Lihatlah siapa yang bicara. Sejak kapan kau peduli dengan Sekolah? It just your game Right? "

"Lagipula kan papa sudah menunggu kita. Nanti akan kusuruh salah seorang pembantu membeli kebutuhan pribadi kakak. Hm? " Vendi bicara sehati-hati mungkin. Namun tak berhasil. Kakaknya kini melipat tangan di dada. "ah menyebalkan" katanya sambil mengubah hadapnya kearah depan.

"kau ngambek? " Vendi menatap kakaknya dan jalan di depan secara bergantian. Sebentar dia menyempatkan diri untuk menggoda wanita yang paling dikasihinya itu. "hei.. Stop it. Another girls look pretty when they're mad, but you look so bad. "Vendi tersenyum..  Memperhatikan kakaknya yang nampak mendengarkan godaan yang dilemparkannya.

"aku sudah 3 tahun tidak melihat adikku satu-satu nya. Sekarang dia sudah sangat tinggi dan tampan. Dan aku sangat merindukannya. Karena itu aku ingin menghabiskan waktuku hari ini untuknya. Tell me,  Am i wrong?!!" Wanita itu terlihat jengkel.dia menatap tajam mata Vendi. Tiba tiba Vendi berkata, "aku sudah 3 tahun tidak melihat puteriku satu satunya sekarang dia sudah sangat cantik dan dewasa. Dan aku sangat merindukannya. Karena itu aku ingin menghabiskan waktuku hari ini dengannya. Tell me,  am i wrong? " balas Vendi dengan nada suara yang lebih rendah.

"Apa yang kau bicarakan? " tanya kakaknya tidak mengerti sama sekali.

"itulah yang dikatakan papa saat ini. "Vendi kembali menatap kakaknya.

"ah menyebalkan sekali. Jadi sekarang kau mengkhianatiku dan berada di pihak papa? "

"Siapa bilang? Aku selalu berada di pihak yang benar."

"Baiklah. Aku kalah. Mana sanggup aku melawanmu. Tapi kau harus berjanji untuk mengurus barang barang pribadiku ya!" kakaknya melambungkan jari telunjuknya diudara menunjuk wajah tampan seseorang yang sedang menyetir, dengan sedikit ancaman.

"Siap kak"

____

Layaknya seorang ayah setengah tua yang menunggu kepulangan puterinya dari Amerika,  Radit terus duduk di sofa tanpa sandaran itu sambil menggigit jarinya. Sampai akhirnya seorang pembantu bicara dari belakangnnya.
"Tuan besar...  Mereka sudah tiba. " Meski sebenarnya ia ingin melompat dan berteriak mendengar kabar itu, namun untuk menjaga image nya,  dia hanya berdiri dan berjalan menuju pintu utama.

"Sun Amid The Rain"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang