Jesic Kirana adalah remaja yang akrab disapa Nana oleh teman sekolahnya. Tipikal orang yang tidak percaya diri dan selalu menundukkan kepalanya, seolah semua adalah salahnya. Wanita itu dipertemukan oleh takdir dengan Vendi, pemilik sekolah kesenian...
Air mata terus bercucuran selama aku bicara. Semua orang terkejut mendengar kalimat yang kukatakan barusan.
___
"kau sudah sadar? " terdengar seorang pria menepuk pipiku. Tidurku nyenyak sekali. Aku lalu mulai membuka mataku dan menyesuaikannya dengan pencahayaan di ruangan itu. Tampak sekilas samar samar terlihat seseorang yang menatapku. Kupaksakan mataku sekali lagi untuk mencari tahu identitas orang itu. Tapi.
"Aaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Vendi disampingku.
"apa yang kau lakukan disini? " tanyaku yang lekas bangun membentuk posisi duduk menghadap dia yang duduk di tepi kasur. Ia tampak terheran heran dengan sikapku. "apa aku harus punya alasan untuk itu? Ini rumahku" balasnya cepat
"ta.. Tapi apa yang aku lakukan di rumahmu? " aku mulai memerhatikan sekeliling memastikan bahwa disini akulah yang sangat aneh.
"itulah yang ingin kutanyakan. Untuk apa kau disini? " vendi dengan ekspresi datarnya mendekatkan wajahnya ke wajahku seolah memaksa aku untuk berfikir keras.
"aduh... Bagaimana bisa aku tiba tiba disini sih" aku meremas kepalaku dengan kedua tangan, tapi tetap saja tidak ada sepotong memory pun yang bisa diberikan otakku menjelaskan kenapa aku bisa disini. Memory terakhir yang kupunya adalah kejadian memalukan di kelas semalam.
Melihat sikapku yang seperti orang bodoh saat ini, Vendi kemudian bicara.
"heh.. Dengarkan baik baik. Tadi malam kau mabuk berat. Kau melempar sebelah sepatumu ke rumahku. Akibatnya kaca atap rumahku pecah. Perbaikannya sekitar 750.000 dan kupastikan akan menagihnya."
Tidak ada yang bisa kulakukan selain membuka mulutku lebar lebar mendengarkan penjelasan Vendi yang imposible itu. Kukedipkan mataku secara teratur berharap aku mengingat sesuatu.
"kukira kau akan pergi setelah itu, bahkan saat satpam mencoba mengusirmu pun kau bersikeras tidak akan pergi. Kau menggoyang goyangkan gerbang rumahku membuat keributan dan sangat mengganggu tidurku. Aku hanya punya nama Vendi, tapi kau memanggilku dengan banyak nama malam itu. "
"a.. Apa? " aku hanya bisa melongo tak percaya.
"troublemaker. Istilah yang pantas untukmu karena malam itu. Ck.. Ck.. Malam tadi kau benar benar seperti kabur dari club. Tapi apa kau benar benar tidak ingat apapun? "
Tanpa tenaga aku mulai menatap Vendi atas pertanyaannya.
"lalu bagaimana aku bisa ada disini sekarang? " tanyaku lemas. Perutku seketika mulas mendengar penjelasan Vendi tadi.
"menurutmu kenapa? Kau bahkan memanjat pagar dengan rok pendek itu. Bagaimana kau melakukannya?"
"tadi malam apa aku menyebutkan sesuatu? "
"sepertinya kau menyalahkanku karena nenekmu menghukummu dan menyuruhmu datang kerumahku untuk minta maaf."
"bagaimana kau tau? "
"kau menyebut kalimat itu puluhan kali jadi cukup mudah untuk mengurutkannya. "
Penjelasan Vendi mendatangkan sedikit kepingan memory di otakku. Setelah kejadian di sekolah semalam, aku ingat sempat membeli alkohol ringan untuk menyegarkan pikiranku. Sampai dirumah nenek mungkin langsung mengusir aku dan memaksa untuk minta maaf pada Vendi. Dan akhirnya aku berakhir disini? Kepalaku masih rumit sekali sekarang.
"heh.. Sungguh kau tidak ingat apapun?? "
Aku hanya menggeleng kecil.
"sayang sekali. Kalau kutahu kau lupa setelah sadar, aku harusnya macam macam tadi"
"tunggu!! Pakaian siapa yang kupakai ini?!! " suaraku tiba tiba mengeras melihat kemeja putih asing yang kebesaran melekat di tubuhku.
"kemejaku. Kenapa? "
Aku langsung menjambak rambut Vendi di atas kasur itu.
"kau gila ya!! Kau pikir apa yang kau lakukan!! Sakit! "
"kau yang gila! Bagaimana bisa kau membuka pakaian seorang gadis? Ha!! Kau tidak pernah belajar tatakhrama ya!! Dasar mesum! Kubunuh kau sekarang. "
"dasar idiot! Kau kira aku punya keberanian melakukannya? Bukan aku yang melepas pakaian mu bodoh!! "
"apa katamu?! Lantas siapa?! "
Entah keberanian level berapa yang kupunya saat itu, tapi tanganku terus menjambak rambut pria itu.
"pertama lepaskan rambutku dan ayo kita bicara baik baik. Oke! "
"bicara? Akan kutarik rambutmu sampai habis. Biar kau botak sekalian. Ayo lekas jawab!! "
Mungkin Vendi benar benar kesakitan. Dia menahan kedua tanganku dengan kedua tangannya lalu dengan sigap membalik posisi.
Posisi yang membuat jantungku serasa mau meledak. ...
Posisi yang tak akan pernah kulupakan sampai mati ...
Dan posisi yang sangat canggung.
Aku tidak merencanakannya, tapi mukaku benar benar merah.
Vendi menahan kedua tanganku dengan masing masing tangannya. Dan ia tepat diatasku. 3 detik. Yang ada hanya situasi hening, mata berkomunikasi dengan mata. Sampai akhirnya Vendi memecah keheningan. "mukamu merah. Otakmu kotor" katanya dengan senyuman tipis. "a.. Apa?" aku tiba tiba saja jadi gagap
"tuan muda, air panasnya sudah-- ups!!" Aku tidak tau siapa wanita yang tiba tiba membuka pintu kamar Vendi, tapi dia bahkan tidak bisa berkata kata melihat posisi kami.
"maaf tuan. Saya akan menunggu diluar. "
"dia orangnya. Yang melepas pakaianmu. " vendi mulai beranjak dari atasku.
"mandi sana, kau bau alkohol. Lalu kita pergi kesekolah. " sambungnya lagi yang mulai melangkah ingin meninggalkan ruangan.
"kita?"
"kenapa? Tidak mau? "
"baiklah" jawabku cepat dan beranjak. Kuakui aku kalah di percakapan singkat itu. _
"tuan muda, siapa wanita cantik itu? " tanya pembantu dengan senyum menyindir pada Vendi yang sedang meneguk segelas air.
Barr!!
Gelas itu mendarat dengan kasar di meja makan. Tatapannya kini sepenuhnya pada wanita yang sekarang nampak menyesal bertanya.
"apa aku harus memberitahumu?"
Belum selesai vendi bicara.. Mereka berdua tersentak mendengar teriakan nana dari toilet.
"Vendi!!!!! "
~
Oalah si Vendi kasarnya kebangetan ya. Untung ganteng. Hehe :v
Halo guys.. Sekian dulu ya buat chapter 4 nya. Jangan bosan dulu ya. Chapter 5 nya wajib di tungguin.
Kenapa Nana teriak gitu ya? Jangan jangan....
Ehm.. Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Vote dan komentarnya. Ditungguin lhoo 😊
Maap 🙏 deh kalo ada kesalahan, maklumin aja soalnya ini the first. See you in next chap. 😉
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.