"Gue Dirga" ucapnya kemudian.
Deefnie masih pada posisi yang sama menatap pasrah, pada anak laki-laki yang sedang berdiri dihadapannya.
"Ini orang emang gaada niat bantu aku berdiri"
"Deefnie lo bisa berdiri ga?, nyaman bener lesehan di aspal"
"Arggggght dia benar-benar!" Deefnie mendengus sebal, sambil mengepal pelan tangannya.
Deefnie mencoba membersihkan sisa tanah dari bajunya sambil berdiri, dan berhadapan dengan Dirga.
Ehh sebentar anak ini bilang apa tadi? Deefnie?
"Perasaan Aku belum nyebutin nama" batin Deefnie.
Dirga menaikan alis tebalnya.
"Jadi lu punya sixth sense?" Tanyanya lagi."Ya gitudeh" Jawab Deefnie sambil berlalu, meninggalkan Dirga yang masih melongo.
"Sejak kapan?"
Deefnie menghentikan langkahnya, ia tak habis fikir ternyata ungkapan sok kenal dan sok dekat itu benar-benar ada pada diri manusia.
Deefnie memutar badannya, ia berjalan lurus ke arah Dirga dengan satu titik fokus.
"Gausah banyak tanya kayak reporter deh, baru juga ketemu"
"emang harus ketemu lo berapa kali dulu, supaya boleh nanya?" Celetuknya enteng.
Deefnie berbalik lagi, kali ini membiarkan sorot matanya lebih lama menatap Dirga.
"Gue tau nama lo dari mana, itu rahasia". Ucap Dirga tiba-tiba sambil mengedipkan mata.
"A-aa satu lagi! apa kita pernah bertemu sebelumnya?, Emh entahlahh" lanjut Dirga sambil menaikan bahunya.
Deefnie berigidik geli, yah baginya saat ini Dirga hanyalah satu dari berjuta spesies mahluk aneh yang apes ia temui.
Gimana nggak aneh? baru saja mereka bertemu, tapi Dirga sudah sok akrab bahkan tau nama Deefnie. Ini aneh sekaligus menyeramkan."Dasar nggak penting!" Dengus Deefnie sambil melengos, mendahului Dirga yang masih di belakannya.
"Gue emang nggak penting buat lo, tapi lo penting buat gue! Please tunggu dulu dan dengerin gue!" ucap Dirga setengah berteriak.
Deefnie pura-pura tak mendengar dan mempercepat langkahnya.
Namun Dirga masih mengikuti dari belakang. "Deef! Tunggu!".
Dirga berlari kecil menyamakan langkahnya agar sejajar dengan Deefnie, yang berjalan cepat tanpa menoleh kearahnya sama sekali.
"Ngapain ngikutin sih!" Ketus Deefnie, sambil terus menatap lurus.
"Karna gue suka!" Ceplos Dirga.
Yang masih berjalan disamping Deefnie, sambil memandangi gadis itu.Deefnie berhenti mendadak.
"A-apa? Suka?"Dirga mengangguk sambil tersenyum polos, memperlihatkan gingsul dan lesung pipinya. Walapun tidak sedalam milik Afgan, tapi itu tidak kalah manis.
Deefnie menarik nafas, lalu membuangnya kasar. Kemudian mengibaskan tangannya, untuk memberi sedikit udara pada wajahnya yang memanas.
"Waahh-! Suka? denger ya adek! Kamu itu masih SMA, sekolah aja yang bener! gausah sok-sokan godain mahasiswi deh"
"Cihhh mahasiswi doang, bukan dosen" ledek Dirga.
Membuat Deefnie semakin naik darah."Anak jaman sekarang, emang susah untuk sopan kalau bicara sama yang lebih dewasa?" Deefnie benar-benar geram pada bocah SMA ini, sangat menyebalkan!.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sixth Sense (HIATUS)
Horror#2 rank in Dua dunia #77 #79 #164 rank in Horror Setelah bangun dari koma selama 5 tahun, akibat peristiwa kebakaran gedung sekolah. Deefnie jadi bisa melihat mahluk halus, bahkan berkomunikasi dengan mereka. Terang saja hal ini benar-benar merepotk...