3- Petaka-23

243 62 37
                                        

*Flash back mode on*

Deefnie POV

Sehari saat aku tersadar dari koma, aku juga tau bahwa ada sesuatu yang baru pada diriku.
Sixth sense! kini aku memilikinya.

Walaupun aku sudah siuman, namun dokter belum mengizinkanku pulang. Sungguh aku ingin cepat-cepat pulang. Bukan semata-mata, karena berbaring di ranjang rumah sakit itu membosankan. Melainkan banyaknya mahluk-mahluk menyeramkan, yang menampakan diri dengan rupa berbeda-beda. Sebagian dari mereka hanya mengeluarkan bau, seperti aroma busuk, bau gosong, sampai bau anyir. Ada juga yang langsung menampakan diri secara tiba-tiba.

Hantu pertama yang ku lihat adalah suster dengan gigi hancur dan wajah dingin, Suster Betha. Aku bersumpah dia memiliki senyum paling menyeramkan, diantara mahluk lain yang datang padaku.
Dia sudah menghuni Rs. Havana lebih dari 100 tahun, menjadi bukti kejamnya para pendatang pada kaum pribumi. Dia hanya bercerita mengenai kisahnya, tidak meminta apapun.

Hantu berikutnya adalah Rasmi, yang ternyata sudah 4 tahun mengikuti Abangku Wira.
Aku melihat Rasmi, 3 hari setelah kepulanganku dari rumah sakit. Saat aku bertemu lagi dengan abangku setelah 5 tahun, saat itulah aku juga melihat Rasmi.

Anehnya hantu itu tidak pernah sekalipun menggangguku, atau bahkan mencoba mengajaku berinteraksi. Dia tau aku bisa melihatnya, tapi dia yang tidak perduli padaku.
Sesekali hantu itu sering menatapku, seperti ada yang ingin ia sampaikan. Kedua mata indahnya berbinar, setiap kali menatap Bang Wira. Tapi aku tak begitu ambil pusing.

Dan banyak lagi spesies hantu yang kutemui di kampus, maklum lah kampusku itu bangunan kuno jaman Belanda. Banyak penghuninya, ada hantu botak dengan kapak menancab dikepalanya, aku sampai pingsan saat pertama kali melihat Pak Bejo. Hantu penghuni bangku kosong kelas, aku tak pernah bisa fokus belajar saat duduk di belakang. Namanya Emely tewas gantung diri, dipojok ruangan kelas dekat papan tulis tak terpakai. Hantu Em selalu duduk dikursi paling belakang, sebelah pojok. Ia memutuskan mengakhiri hidup, karena tidak tahan dengan para pelaku bullying. Katanya dulu, Em selalu mendapatkan perilaku tidak menyenangkan dari kakak kelasnya. Wunudnya memang tidak begitu menakutkan hanya menampakan wajah pucat, dengan lidah menjulur. Tetap saja bisa membuat jantung hampir copot, saat melihatnya tiba-tiba dengan rupa seperti itu.

Dan hantu kakek Ompong, penghuni bangku panjang dekat koridor kampus. Kakek ini dulunya adalah penjaga kampus, tewas dengan banyak luka tusuk oleh seorang dosen psikopat. Konon dulu, ada seorang dosen dari Inggris bernama John Millan. Dia memiliki kelainan pada otaknya, selalu bahagia saat menyiksa hewan sampai berdarah-darah, menyayat, menguliti, sampai memotong-motong dengan brutal, dan sampai ketingkat paling parah saat mulai melakukannya juga pada manusia.
John meninggal dengan menembak kepalanya sendiri, di ruang kerjanya. Yang sekarang beralih fungsi, menjadi ruang rektor.
Makannya aku selalu menghindari ruang rektor dalam situasi apapun. Karna kek Ompong bilang, dia masih ada disana.

Masih banyak hantu lain di toilet, perpustakaan, sampai ruang senat. Tapi mereka tak begitu sering berinteraksi denganku, dan mereka semua tanpa nama.
Selagi tidak mengganggu, ya masing-masing saja.

Aku tak merasa sixth sense ini istimewa, malah sangat membebani.

Aku jadi tidak bebas melakukan aktivitas normal, seperti remaja lain. Benar-benar menyiksa! ruang gerakku sangat sempit, sesak, dan selalu ketakutan sepanjang waktu, bahkan saat baru-baru, aku sempat takut untuk memejamkan mata.

1 bulan lamanya aku melewati hari-hariku bersama sixth sense ini.
Sampai kemudian, Mama dan papa mengenalkanku pada Madam Ren.

Madam Ren adalah kerabat salah satu teman Papa. Dia adalah cenayang yang mendiagnosa sixth sense yang tiba-tiba kumiliki, atau lebih tepatnya tak sengaja ada pada diriku ini.

Sixth Sense (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang