17. AKU MEMILIHMU

199 10 0
                                    

Happy reading!

🌷🌷🌷🌷🌷

Hari ini sabtu, hari keenam di rumah Aira.

"Kak, renang, yuk!"

"Ok, tunggu bentar ya, aku buka baju dulu."

Byurr...

Kafi nyemplung ke kolam renang. Diikuti Aira setelahnya. Mereka berenang sambil bercanda memainkan air. Saling melemparkan air satu sama lain. Lalu lomba renang. Siapa yang duluan sampai di ujung kolam, bisa meminta satu permintaan sebagai perjanjiannya.

"Yeeai, aku yang menang." riang Aira.

Nyatanya, Kafi lebih jago renang dibanding Aira. Tapi Kafi rela mengalah demi melihat tawa riang Aira yang sangat ia suka.

"Yah, kalah aku. Hebat kamu, Ra."

"Iya, dong. Aira gitu loh!"

"Ok deh, kamu mau minta apa?"

"Pokoknya, kakak harus ajak aku ke suatu tempat yang indah."

"Mm. . ok. Ntar aku pikirin deh, mau ngajak kamu ke mana."

Kafi dan Aira naik, duduk di bibir kolam. Kaki mereka masih berendam.

"Senneng banget kayaknya?"

"Iya, kak. Aku seneeeng banget." riang Aira sambil memainkan kakinya di air.

*

Kafi turun dari kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Aira. Jam yang memeluk erat dinding bercat putih rumah Aira mendapat perhatian Kafi.

'Sudah jam tiga. Sebentar lagi, mungkin dia akan segera datang.' batin Kafi.

"Kakak mau ke mana? Sepertinya mau pergi?" tanya Aira penasaran.

"Aku mau ke rumah temanku. Rumahnya gak jauh kok, dari sini." dusta Kafi.

"Teman? Kakak punya teman orang Madura? Kok kakak gak pernah cerita sama aku?"

"Kapan kamu tanya? Gak pernah juga 'kan?" jawab Kafi sambil menyunggingkan senyum manisnya.

"Iya, sih. Tapi kakak 'kan bisa cerita tanpa aku tanya." protes Aira.

"Aku lupa, Ra." jawab Kafi pasrah, karena tak tahu lagi harus bilang apa.

Dan nyatanya Aira sudah puas dengan jawabannya. Siapa juga yang bisa menyalahkan orang lupa, lupa 'kan memang sifat setiap manusia, hehe.

"Mau aku temani?" tawar ikhlas Aira.

"Gak usah, Ra. Aku bisa kok, pergi sendiri."

"Yakin, gak takut nyasar?"

"Iya. Yakin."

Entah pertanyaan itu tadi karena Aira adalah seorang gadis yang baik, ataukah karena Aira benar-benar menghawatirkan keselamatan Kafi, atau juga karena dua-duanya? Jangan kan kita, Aira saja tidak tahu jawabannya apa.

*

Dengan jelas Kafi melihat mobil merah yang baru saja tiba di pelataran rumah Aira. Karena takut terlihat, ia bersembunyi di balik tembok rumah Aira.

"Assalamualaikum." Ucap si pengemudi mobil merah itu.

Aira yang masih belum beranjak dari sofa di depan TV, pastinya dapat mendengar dengan jelas salam itu.

KUTITIPKAN CINTAKU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang