Bab 4

11.1K 1.4K 121
                                    

El Pov

Aku menggerakkan kepalaku yang terasa pegal. Sudah lama aku tidak bermain seperti ini.

"Arghhh!!! Sial! Gue kalah lagi!" protesku kesal dan refleks memukul tempat tidur Devran, sementara dia tertawa terpingkal-pingkal.

"Makanya bro... cari profesi itu jangan ribet! So bisa main game terus dan senang-senang! Lagian lo nggak takut mati apa kalo' tugas gitu?" tanya Devran sambil kembali memulai permainan.

"Ngapain takut? Pada akhirnya semua orang juga mati kan?" tanyaku sambil meraih gamepad yang tadi ku lempar di karpet.

"Lo nggak takut kalo' mati duluan sebelum ngerasain indahnya dunia?" aku terkekeh.

"Di dunia ini yang indah itu kalau ada perdamaian dimana-mana... dan misi gue menjaga perdamaian dunia..."

"Ya ampun... denger lo ngomong gitu kok gue jadi ngerasa salah satu biang onar yang menjadi penyebab perdamaian di dunia ini menipis ya?" aku tergelak mendengar ucapan Devran.

"Apalagi A! Dia kaya' nya raja pembuat onar deh! Bayangin aja... dia jadi pusat kerusuhan. Dimana ada dia pasti ada banyak cewek yang histeris dan saling mencakar..." aku menaikkan alisku.

"Hhh, gue kangen dua kakak gue. Mereka patah hati masal... hahahha... untung aja gue nggak mikirin cewek!" sahutku sambil menggerakkan button-button pada gamepad.

"Lo normal kan men?" aku menoleh pada Devran yang bergidik ngeri.

"Gue suka lo Dev..." ucapku sambik mengedipkan mata dan menggeser dudukku mendekat pada Devran dan spontan Devran melompat menjauh dariku.

"Lo jangan deket-deket! Gue merinding!" seru Devran dan tentu saja reaksinya itu membuatku tertawa terpingkal-pingkal sampai guling-guling dilantai kamar Devran yang dialasi karpet tebal.

"Damn! Lo ngerjain gue?!" protes Devran kesal dan kembali duduk.

"Gila! Nggak A nggak Keenan! Elo juga, hobinya ngerjain gue!" Devran melempar bantal padaku yang masih tergelak keras.

"Lo... habisnya lo itu gampang banget dikerjain! Hahahaha..." aku kembali tertawa dan baru berhenti saat Om Dave berdiri di pintu kamar sambil membawa cokelat.

"Hai Om! Baru pulang?" sapaku pada Om Dave.

"Wahhh... anak kebanggaan Rangga ada disini... kapan pulangnya?" tanya Om Dave yang kemudian menoleh ke samping entah apa yang dilihatnya.

"Hei... anak gadis Papi mau kemana ini?" aku menoleh dan mendapati Sarah berjalan menghampiri Om Dave dengan baju rapi, mungkin bersiap keluar untuk malam minggu. Apa dia akan keluar dengan pria jabrik tadi siang? Apa Sarah juga suka cowok itu?

"Papi... ini kan malam minggu! Aku ada janjian sama Kalea... dia-"

"No! Disini ada kak El masak kamu tinggal?" Sarah memutarkan matanya jengah dan menoleh padaku dengan malas.

"Ada kak Devran! Lagian dari tadi sore juga main game sama kak Devran... Sarah kan-"

"Ya ampun..." om Dave geleng kepala.

"Nggak... nggak... Papi nggak akan ijinin kamu keluar di malam minggu yang rawan gini tanpa Devran atau El!" tegas Om Dave. Aku meringis, Om Dave ini selalu begitu pada Sarah. Begitu yang kudengar dari Devran. Menurutnya Sarah itu jadi nggak mandiri karena kemana-mana harus dikawal. Aku jadi teringat Abby, dulu dia juga begitu. Kemana-mana ada Aku, A, Kee dan Gail. Hhh, pria bodoh yang menjadi pacar Abby tapi pada akhirnya Abby mati-matian melupakannya karena perselingkuhannya di depan mata Abby. Aku tahu bagaimana sakitnya Abby karena aku dan dia memiliki ikatan batin yang kuat. Dan efeknya aku takut berkomitmen ataupun jatuh cinta.

Hello SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang