Bab 8. First Kiss

7.4K 1K 149
                                    

Aku kembali melirik kak El yang serius mengemudikan mobil kesayangan Papi.

Sebenarnya kak El itu ganteng meskipun sedikit berantakan. Mata abu-abunya tajam dan kalau tersenyum ada lesung pipinya, tapi sepertinya kak El ini belum sempat bercukur.

Tadi, sebenarnya apa yang terjadi ya?

Kenapa ada suara security juga ya?

Ada hal yang tidak pantas dan belum waktunya kamu melihatnya

Memang apa coba?

"Kak El-"

"Kita sampai..." aku menaikkan alisku, kok cepet banget sih.

Ku pandang kesekelilingku dan ini bukan rumahku, ini rumah-

"Ini kan rumahnya Tante Olin kak?" tanyaku pada kak El.

"Kan nganterin pesenan Mommy dulu... lebih deket dari pada ke rumah kamu dulu..." ucap kak El sambil mematikan mesin mobil dan menoleh ke belakang mengambil kotak kue dan ice cream. Tadi memang ditengah jalan kak El di telfon dari orang rumahnya dan mampir ke toko kue.

"Nggak sopan lo tetep di dalam mobil... say hello bentar sama Mommy aku dong..." aku meringis.

"Ada Abby juga di dalam..." ucap kak El dan akhirnya akupun turun dari mobil.

"Nggak lama kan?"

"Nggak kok, paling seminggu..." ucap kak El sambil meringis dan tentu saja itu membuatku melotot padanya.

Kak El ini memang jahilnya sebelas dua belas dengan kak Keenan dan kak Devran. Memang mereka itu satu kelompok tapi sejak kak Keenan kuliah di German kak Devran beralih haluan ke kak Arion. Mungkin karena soulmatenya yang ini pergi ke Timur Tengah.

"Mom... anakmu yang paling ganteng datang..." teriak kak El.

Astaga, orang ini narsis sekali.

Kak Arion lebih ganteng!

Wait, kenapa aku jadi banding-bandingkan kak El dan kak Arion ya? Apa aku naksir kak Arion?

"Dad... awas jangan mesum sembarangan lo! Aku bawa anak kecil lo Dad!!"

"Eh?" aku mengedipkan mataku. Siapa tadi yang dibilang anak kecil?

"Hush! Teriak-teriak aja! Nanti Abby bangun!" hardik seorang wanita yang muncul dengan daster bunga-bunga selutut.

Tante Olin, tante favorite ku.

"Lohh... ada Sarah juga..." Tante Olin tersenyum lebar dan aku segera mencium tangannya.

"Gini nih El sayang anak sholeh. Nggak kaya' anak-anaknya Mommy. Kalau datang teriak-teriak!" aku meringis mendengar komplain tante Olin.

"Ihhh, kan aku cium dan peluk Mommy..." bantah kak El sambil terus saja jalan setelah mencium pipi Tante Olin.

"Nggak usah di dengerin... kak El emang gitu..." aku tersenyum.

"Sama siapa kesini? Kok bisa barengan sama kak El?" tante Olin melihat ke belakangku.

"Mommy sama Papi kamu mana?" aku kembali meringis.

Hello SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang