Bab 11. Menikah

7K 1.1K 80
                                    

Aku menahan napas saat paralayang ini meluncur bebas di udara, membelah langit biru yang terhampar luas dihadapanku. Udara dibgin dan segar menyapu pipiku dan beberapa anak rambutku berterbangan tertiup angin.

"Kalau kamu menutup mata seperti itu, apa asyiknya naik paralayang..." bisikkan seseorang dengan tawa kecil menggelitik telingaku dan spontan aku membuka mataku.

"Oh, my God!" desisku saat menyadari kini aku terbang.

Aku tahu paralayang ini memang sudah meluncur beberapa menit lalu, tapi aku masih belum bisa percaya bahwa demi menentang kak El aku akan melakukan olah raga ekstrim ini. Seumur hidupku, tidak ada dalam kamus hidupku untuk mencoba olah raga ini.

Jantungku berdebar keras saat melihat pemandangan disekitarku. Pohon-pohon terlihat kecil di bawah sana, orang-orang juga terlihat semakin menjauh.

"Wowwwwwhhhh...!" teriakan pria dibelakangku ini membuatku kaget tapi entah kenapa aku tersenyum mendengar teriakkannya itu.

Dia terdengar sangat gembira sekali, kak Abiel, dia sangat menyukai ketinggian dan juga sangat menyukai saat bisa terbang seperti ini.

"Rentangkan kedua tanganmu..." aku berusaha menoleh untuk melihat.

"Ada kak El, jangan takut..." aku menggigit bibirku, kedua tanganku masih berpegangan erat pada tali disampingku.

"Kamu tahu, alam itu seperti Mommy kita... dia adalah sekolah terbaik untuk anak-anaknya, tempat terbaik untuk pulang, dan tempat terbaik untuk pelarian di saat kita membutuhkan semangat baru..." aku menggigit bibirku lagi, berusaha mencerna kata-kata kak El.

Kupejamkan mataku, dengan perlahan kulepaskan tanganku dan merentangkannya.

"Berteriaklah..." bisik kak El lagi dan kali ini aku merasakan sentuhan kulitnya di leherku.

"Mommyyyy!!!!!" jeritku keras dan tak lama terdengar tawa gelak kak El.

"Papiiiii!!!" jeritku lagi dan rasa gugup itu kini hilang digantikan perasaan senang.

"Wooooooowwwwwwwhhhh..." kembali aku berteriak keras. Ini sangat menyenangkan, aku tidak pernah membayangkan bahwa paralayang itu sangat menyenangkan seperti ini.

Alam itu seperti Mommy, dia adalah sekolah terbaik untuk anak-anaknya, tempat terbaik untuk pulang, dan tempat terbaik untuk pelarian di saat kita membutuhkan semangat baru.

Aku akan mengingatnya kak El dan terima kasih membuatku merasakan tawa lepas ini.

-

Cemberut? Abaikan kata-kata itu, saat ini aku sangat senang. Senyum tak pernah lepas dari wajahku sejak kami turun dari paralayang. Rasanya aku ingin naik sekali lagi tapi aku hanya ingin dengan kak El saja. Aku tidak percaya kalau orang lain yang mengajakku atau mendampingiku.

Aku menoleh ke kiri kanan mencari sosok kak El yang tadi pamit ke kamar mandi tapi belum juga kembali.

"Kok lama ya?" tanyaku dalam hati.

Aku menarik tasku dan mengambil handphoneku. Mungkin ada seseorang yang mencariku. Mungkin Papi penasaran dan kawatir, tapi aku meragukannya.

Kugeser layar handphoneku dan muncul wajah Kenzi Samurai X tokoh kartun kesukaanku.

Samurai X, kenapa aku suka dia? Karena kak El suka tokoh kartun itu dan bagaimana bisa aku jadi ikutan suka ya?

Hello SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang