Kenyamanan

274 23 2
                                    


Baru beberapa minggu berkenalan rasanya bagi mereka sudah bertahun2 kenal. Entah mengapa sejak pertama kali mereka saling mengenal tidak merasakan canggung diantara mereka. Seperti malam ini. Mereka duduk berdampingan di sebuah taman layaknya pasangan kekasih yang memadu cinta.Ya,Ali menepati janjinya untuk mengajak Prilly ke suatu tempat. Dan tempat itu adalah Taman. Canda tawa mengiringi setiap menit dan detik diantara mereka.Entah apa yang mereka bicarakan selalu mengundang tawa mereka.

"Bwahahahha.. Hahha.Yang benar saja kau Li,kau menaruh mecin diminuman satpammu?? Hahhahah"Ucap Prilly di sela-sela tawanya. Ali pun nampak ikut tertawa melihat Prilly yang menertawainya.

Ali pun menetralkan kembali dirinya seperti semula.
"Ya, entah mengapa apa yang membuatku sejail itu di masa kecilku."Ucap Ali terkekeh.

"Kalau aku tidak sejail itu. Kata bunda aku tuh kalem waktu kecil, gak banyak tingkah."

"Oh ya?Tapi kenapa besarnya jadi cerewet? "Ucap Ali terkekeh.

"Entahlah, aku pun tidak tau."

"Tapi asal kau tau saja Li, aku pobhia sama yang namanya kucing. "

Ali mengerutkan dahinya. "kenapa? Bahkan hewan itu sangat menggemaskan. "

Prilly yang melihat kerutan di dahi Ali, ia pun menghilangkan kerutan itu dengan dua jarinya.
Ia pun tersenyum.

"Jadi dulu tuh, Bunda punya piaraan kucing namanya Lee-"

"Lee? Leeando maksudnya?? "Ucap Ali tertawa. Prilly pun mendengus karena ucapannya disela oleh Ali. Ali pun menghentikan tawanya.

"Oke lanjutkan"Seru Ali.

"Dia lucu, bulunya banyak. Nah, waktu itu entah kenapa aku punya inisiatif buat cukurin tuh bulu sampe plontos nah pas terakhirnya ga sengaja keinjek ekornya lah aku dicakar,digigit sama kucingnya. Dan akhirnya aku pobhia sampai sekarang.."

"Bwahahaha..  Itu parah Prill.. Hahah kurang kerjaan banget cukurin bulu kucing sampe kucingnya merong-merong."Melihat Ali tertawa terbahak-bahak, Prilly pun ikut tertawa.

Prilly menghentikan tawanya lalu tersenyum.

"Masa kecil memang indah ya Li, walaupun aku tidak merasakan kasih sayang seorang ayah..."Perkataan Prilly membuat Ali menoleh menghadap Prilly. Ali pun tersenyum getir.

"Ya, kita sama Prill, walaupun waktu kecil aku masih bisa merasakan kasih sayang seorang ayah, tapi sekarang ayah tak bisa melihat aku sukses memegang Perusahaan ayah. "Ucap Ali sendu.

"Beda Li. Kau beruntung masih bisa merasakan kasih sayang seorang ayah waktu kecil. Lalu aku? "Prilly tersenyum getir. Menahan air mata yang berontak keluar.

"Aku yakin ayahmu pasti senang Li, melihatmu sukses memegang kendali perusahaan ayahmu di surga sana."Ucap Prilly menenangkan Ali.

"Memangnya kalau boleh tahu ayahmu dimana?."

Perkataan Ali membuat Prilly terdiam membeku.Air matanya tumpah begitu saja. Ali yang melihat Prilly menangis, menarik Prilly kedalam pelukannya, mengusap punggung gadis itu untuk memberikan ketenangan. Isakan gadis itu pun semakin terdengar.

"Menangislah.Sekarang bahuku adalah tempatmu bersandar jika kau bersedih, Dan aku akan menjadi penyangga dalam hidupmu disaat kau rapuh."Ucapan Ali membuat Prilly mendongak seolah bertanya.Seakan tahu maksud Prilly,Ali pun mengangguk meyakinkan.

"Maafkan aku,aku tidak akan memaksamu untuk bercerita sekarang."Ucap Ali menghapus air mata Prilly. Prilly pun menghentikan tangisnya.

"Kau akan tau nanti, Li. "Ucap Prilly. Ali pun mengangguk.

Gadis Kedai KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang