Part 9: Birthday celebration?

221 22 0
                                    

Mungkin kalian bisa sebut aku pemimpi. Tapi mimpi itu yang membuatku bertahan hidup hingga detik ini. Jikalau aku tidak bermimpi ingin ke London, mungkin aku sudah menyusul Kevin ke surga.
Masih ingat Kevin kan?? Ya, dia mantan ku dulu.

Kalau dulu impianku pergi ke London yang notabene sudah terwujud, sekarang impianku adalah pergi ke Paris dengan si Bambang. Entahlah apa dia si Bambang atau bukan. Aku menyerahkan urusan si Bambang kepada Tuhan saja. Ya walaupun aku berharap si Bambang itu dia, tetapi kalau bukan kehendakNya aku mau bilang apa?

Kalo aku yang jadi si Bambang, berarti harapan mu sudah terwujud shill.

Aku yakin itu berasal dari pikirannya.

Maksudmu apa Kka??
Kulirik dia dari ekor mataku. Dia tampaknya salah tingkah.
Eh enggak. Bukan apa-apa. Kita langsung pulang atau kamu mau makan malam di sini??

OMG Cakka!! Kalaupun kamu ngajak aku makan malam di sini, emang kamu mau ngajak aku ke restoran?? Kamu sendiri kan tahu, dresscode restoran prancis gimana. Mendingan langsung pulang deh. Aku capek.

Okey! Mungkin kalian gila jika menganggap kami gila. Kami cuma pengen menghemat energi untuk tidak mengeluarkan suara. Bisa dibayangkan kan gimana capeknya harus teriak-teriak sedangkan kita bisa menyuarakan suara pikiran kita ke orang lain tanpa harus bersuara.

"Yaudah deh kita langsung pulang."Ucapnya sambil tersenyum.

Gimana cara nutupin pikiran dari dia ya?? God Help me!

Pikirannya ngomong lagi. Haisshh!! Orang ini benar-benar merepotkan.
Ya tinggal tanya saja ke orangtuanya pasti orangtuanya tahu caranya.

Ah iya benar juga.

Hei?? Dia dapat mendengar pikiranku yang itu ya??

Bawel deh!

Aku hanya bisa mengerucutkan bibirku. Tuhan, semoga dia gak denger yang tadi pagi. Kalo dia denger pasti dia besar kepala.

Dapat kulihat dari manik mataku Cakka memutar bola matanya.

******

Satu kata yang mungkin terlalu baku untuk menggambarkan diriku saat ini. LELAH.
Ya aku sangat lelah, tapi tak dapat dipungkiri yang biasanya jam segini aku akan nonton TV di rumah sambil ngemil bareng Shanin, sekarang aku harus dihadapkan dengan kenyataan siapakah aku ini sebenarnya.

Kutatap lagi diriku di depan cermin. Aku baru selesai mandi dan mereka meminta ku turun ke bawah selesai mandi. Dan di sini lah aku sekarang. Dengan kemeja longgar dan celana pendek sedang berdiri di halaman belakang milik keluarga Mr. Annoying Ever itu yang sekarang sudah disulap sedemikian rupa menjadi taman yang indah dengan bunga dandelion yang mengelilinginya.

I can hear you silly girl.

Aku menatap sinis sang empunya pikiran yang baru menyuarakan pikirannya kepadaku itu.

I know that Mr.

Tapi ngomong-ngomong ini untuk apa??

"Happy Birthday Shilla, Happy Birthday Shilla. Happy Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday Shilla."

Kulihat om Alvin, om Rio, tante Angel, dan tante Via sedang menyanyikan lagu Happy Birthday untukku sambil membawa Rainbow Cake yang diatasnya terdapat lilin angka 17 yang sudah menyala.

"Yeyyy!! Tiup lilinnya Shilla. Tapi sebelumnya make a wish dulu dong."Kata tante Via.

Aku pun berdoa kemudian meniup lilin itu.

Apa harapanmu??
Tidak akan kuberitahu.

Kulihat dia mengerucutkan bibirnya. Hahaha rasanya lucu melihatnya seperti itu.

"Makasih ya om Alvin, om Rio, Tante Via dan Tante Angel buat semuanya. Shilla seneng banget!!"

"Ehemmm gak ada kata makasih buat aku??"kata Cakka.

Ha! Iya aku lupa.
"Makasih ya Mr. Annoying Ever!"Ucapku sambil memeluknya. Dia kelihatan terkejut tapi berusaha menutupinya.
"Iya sama-sama. Lepas ah. Kaya teletubbies tau nggak."

Aku tidak ingin melepasnya, biar saja begini terus.
"Gak mau!"
Kemudian dia berbisik, "Kalo gak mau ntar aku cium."

Sontak aku pun melepas pelukanku dan melotot padanya,"Eww Mr. Annoying Ever you are so Annoying!!"pekikku padanya.

Kulihat dia tertawa puas sekali. Sabar Shill, sabar. This is your birthday right??

"Hey! Sudah! Ck dasar Cakka! Dari dulu gak pernah berubah."Kata tante Angel.

He? Emang mereka tahu apa yang dibisikkin si Mr. Annoying Ever ini??

"Ya tahu lah Shill. Om sama tante kan punya pendengaran super."kata om Rio.

Glek! Sebenarnya mereka keluarga apa sih??

"Yaudah deh. Kita makan kue aja gimana??"om Alvin menengahi pembicaraan kami.

Aku mengangguk dengan semangat.

Malam itu hanya ada canda dan tawa yang menghiasi. Sampai om Rio berkata.

"Emm Shilla kamu udah siap??"

Aku mengerutkan kening,"Siap untuk apa om??"

Om Rio tersenyum lembut,"siap untuk mengingat siapa diri kamu sebenarnya."

Aku memejamkan mataku berusaha mencari jawaban dan,"Ya aku siap om."

Aku kemari untuk ini bukan??

"Baiklah. Ini sudah pukul 11 lewat 50 menit. Kita harus bergegas ke tempat tidurmu Shilla sebelum jam 12 malam."
kata om Rio dan kami pun bergegas ke kamar Cakka.

Aku masih bingung. "kenapa harus jam 12 malam om??"

"Semuanya akan terungkap dalam mimpimu."

Tapi apa aku masih bisa mengingat mimpiku??

"Kami mempunyai alat penglihat mimpi. Jadi kami dapat merekam sambil melihat mimpimu itu."Jawab Cakka.

Aku pun hanya mengangguk dalam diam. Waktu sudah menunjukkan pukul 11:58 dan aku sudah terbaring di tempat tidur Cakka sambil memejamkan mata.

Shill? Aku harap kamu dengar aku. Aku cuma pengen bilang jangan pernah lihat ke belakang. Apapun yang terjadi.

Aku masih dapat mendengarnya sebelum cahaya putih memaksaku masuk ke dalamnya dan aku pun terlelap.

*****

A/N

Holla readers!! Thanks for read my story. Tolong Vomments nya ya. Aku harap gak ada yang jadi pembaca gelap. Xie xie, Gomawo, Gamsha, thank you, Maaciw ^^

-TY

Si BambangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang