Part 10: Masa Lalu

268 15 0
                                    

Aku membuka mataku perlahan setelah disedot oleh bayangan hitam dan putih secara bersamaan.

Pemandangan pertama yang dapat kulihat adalah dua orang anak kecil yang sedang duduk di rerumputan taman di belakang menara eiffel sambil memejamkan mata.

Yang satu perempuan dengan paras yang cantik berkulit putih dengan rambut hitam panjang tergerai memakai dress putih bergaris hitam.

Sedangkan yang satunya lagi seorang cowok berkulit putih dengan rambut hitam memakai kemeja hitam dan kaos dalaman berwarna putih.

Mereka sedang menutup mata mereka. Ralat, bukan mereka. Tapi hanya si perempuan, sedangkan si laki-laki hanya diam sambil memandangi si perempuan. Aku jadi teringat kejadian tadi. Sepertinya sama persis dengan apa yang aku dan Kka lakukan. Tapi aku tidak tahu dia benar-benar memejamkan matanya atau tidak.

"Olet, kalo perang itu benar-benar terjadi, apa yang akan kamu lakukan?"Tanya si cowok itu kepada Olet?? Siapa olet?

Si cewek pun membuka matanya. Aku dapat merasakan tatapan sedihnya yang sedang memandangi langit-langit biru kota Paris.

"Aku akan tetap di sini Kka. Aku gak mau jauh dari Mama."

"Ck. Anak mama."Ujar si cowok yang dipanggil Kka. Hmm sepertinya itu Cakka.

Kalau aku dipanggil seperti itu, pasti aku akan sewot. Tapi beda dengan gadis itu. Dia tetap tenang sambil memandang langit di atasnya.

"Yeah, kamu benar. Aku emang anak Mama. Kamu tahu Kka?? I know my Mama so well. Dia itu kuat. Tapi aku gak yakin kekuatannya sebesar aku. Aku udah bersumpah akan melindungi mereka apapun yang terjadi, meskipun aku hanyalah seorang gadis berumur 10 tahun."

"Ashilla Violetta! Kalau kamu bersikeras begitu, kamu tahu apa yang terjadi kan?? Your mama will die begitu juga dengan papamu. Jangan memandang remeh mereka, shill. Mereka lebih kuat dari apa yang kamu bayangkan. Aku jadi heran... Who's mommy and who's daughter actually," gerutu cowok itu.

"Nah, kamu sudah memanggil nama lengkapku dan bukan memanggil Olet lagi melainkan shill, it's mean kamu benar-benar marah sekarang," Ujar cewek itu sambil tersenyum dan masih menatap langit-langit itu.

Si cowok pun menyerah dengan topik yang satu itu.

"Langit itu lebih menarik ya daripada aku?" Tanya cowok itu.

Si cewek pun tertawa. Cowok yang kemungkinan Cakka itu tersenyum.

"Emang kenapa Kka?"Tanyanya tapi masih memandang langit biru di atasnya.

"Abis kamu lebih milih liat langit itu daripada ngeliat aku," Ujarnya sambil cemberut.

Akhirnya si cewek pun menoleh ke arahnya. Tapi tatapannya menyiratkan kepedihan.

"Aku takut Kka. Aku takut. Kalo aku ngeliat kamu, pertahananku bakal runtuh,"ujar cewek itu.

Cakka pun mengelus rambut cewek itu sambil memandangnya dengan tatapan lembut.

"Menangislah kalau kamu ingin menangis. Hanya orang lemah yang gak bisa menangis."

Dan kemudian suara tangis itu pun terdengar. Aku hanya dapat melihat punggung gadis itu dan tangan Cakka yang mengelusnya pelan. Mereka berpelukan dengan si cewek sedang menangis di dada cowok tersebut.

"Happy birthday, Shilla," ujar si cowok sambil mengecup dahi cewek itu.

Aku pun tersedot lagi ke dalam bayangan hitam dan putih.

Rasanya tidak menyenangkan. Aku harus menahan ini semua, ya harus. Aku pun memejamkan mataku lagi.

Aku pun membuka mataku lagi setelah aku merasa aku sudah sampai di tempat selanjutnya.

Si BambangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang