Bab 4

974 76 2
                                    

Umum POV

Mereka berhadapan, Sehun dan Suzy. Di atas atap, Sehun menantang Suzy yang masih menatapnya remeh. Wanita itu seperti tak perduli akan tindakan yang mungkin saja Sehun berani lakukan.

"Ternyata kau benar pria sejati," celoteh Suzy.

"Mwo? Kau slama ini berpikiran aku menyeleweng? Ho, homo?" Sehun terkejut bukan main mengingat pandangan Suzy selama ini terhadap dirinya.

"Aku tak pernah berpikir begitu,"
Suzy mengelak, tuduhannya tak terbukti.

"Asal tahu saja, saat aku kuliah banyak wanita berjejer antri ingin berkenalan denganku, bukankah itu artinya aku tampan? Apa Chanyeol hyung tidak mengatakan itu padamu, ah arasso, itu pasti karena dia malu gebetannya menyukaiku."

Sehun dengan pongah mulai menunjukkan siapa dirinya.

"Sayangnya tidak. Ah, jika pak guru ini tampan, alasan apa yang dia pakai untuk menjelaskan kenapa di usianya yang ke 28 tahun dia bahkan belum punya pacar?"
Suzy tersenyum miring, bayangan kemenangan sudah di depan matanya.

Sehun berjalan perlahan namun pasti mengikis jaraknya dengan Suzy. Menyudutkan Suzy hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan pintu kamarnya. Nafas hangat Sehun berhembus di wajah cantik Suzy yang sekarang mengernyit bingung dengan tindakan Sehun yang lebih berani dari biasanya.

"Itu karena dia takut." Jawab Sehun pelan. Tidak, itu bahkan terdengar lirih.

Sehun tersenyum pedih. Wajah usilnya telah berganti rapuh. Entah kenapa membuat Suzy makin penasaran. Wanita itu menengadahkan kepalanya ke atas mempersempit jaraknya dengan Sehun.

"Takut?"
Suzy memiringkan kepalanya menunggu jawaban Sehun yang tak dapat ia terka jawabannya.

"Ne. Aku takut jika aku bukanlah pria yang baik untuknya. Aku takut jika bersamaku, dia takkan bahagia. Memangnya apa yang bisa aku berikan padanya." Sehun menerawang jauh, seperti dia kembali ke sebuah masa yang tak ingin diingatnya.

"Hah," Sehun tersenyum sinis, "bukankah setiap wanita akan memilih pria yang bisa menjamin hidupnya, sekaligus bisa dia banggakan, dan aku tak memiliki itu semua. Aku hanya seorang guru biasa, apa yang bisa dibanggakan."

Ucapan Sehun seakan menghipnotis Suzy. Mata keduanya beradu pandangan. Mata Sehun yang mengandung kepedihan dan mata Suzy yang penuh keingintahuan. Tapi tak ada yang berniat memecah kebisuan.

Tangan Sehun naik perlahan menyentuh pipi mulus Suzy, lembut mengelus seakan wajah wanita itu terbuat dari porselen yang rapuh. Tatapan Sehun turun ke bibir Suzy, tangannya mulai bergerak nakal menyentuh ujung bibir Suzy.

Suzy menggenggam pelan tangan Sehun yang membelai wajahnya.
"Apa kau pernah dikhianati?"
Kalimat itu melesat begitu saja dari mulut Suzy.

Sehun tersentak, ucapan Suzy seakan menyerang memori masa lalunya secara brutal, pria itu dengan sinis menatap Suzy, hanya beberapa detik kemudian tertawa,"aigoo, jinjja. Anio, jangan serius, hahaha, lupakan ucapanku. Oke."

Setelah itu Sehun bergegas turun tangga meninggalkan Suzy yang menatap punggungnya.

"Apa aku mulai jatuh padanya?" Suzy tersenyum kecut, kedua tangannya menekan pelan dada kirinya yang sekarang seakan meledak.

######

Pagi harinya saat Suzy menuruni tangga Sehun sedang menyiram tanaman. Kejadian semalam membuat mereka terserang penyakit gugup. Keduanya saling menghindari kontak mata. Mengetahui Suzy turun dari tangga, Sehun membalikkan badan berpura-pura sibuk dengan bunganya.

"Kau sudah menyiramnya tadi, nanti bunganya kebanyakan air." Suzy memulai pembicaraan.

Sehun mematikan selang airnya dengan kegugupan yang terlihat jelas dari jarinya yang gemetar. Semua itu tak luput dari pandangan Suzy.

Mafia LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang