Rahasia Istri

820 47 2
                                    

Rahasia Istri

Sebenarnya tidak ada yang istimewa pada sahabat sekaligus tetangga sebelah rumah. Dia gendut, pesek, berbibir tebal dan rambutnya tipis. Namun kekurangan itu tertutupi oleh kulitnya yang putih dan bersih. Untuk ukuran postur wanita, ia lumayan tinggi. Sekitar 170 cm.

Aku duduk di sofa coklat tua. Hilwa membawakan segelas es jeruk yang terlihat segar.

"Usia pernikahan lima, sepuluh dan lima belas tahun sangat rawan. Pada saat-saat itulah, bosan dan hambar dirasakan oleh pasangan." ucapku sambil menyeruput minuman.

"Banyak lelaki yang selingkuh pada masa itu," lanjutku, "bulan depan tepat 15 tahun usia pernikahanku dan Mas Edo. Aku jadi sedikit khawatir."

Hilwa tersenyum. Sahabat sejak SMP itu pembawaannya kalem dan sepertinya dia tidak pernah terlibat masalah dengan suaminya.

Pasangan Hilwa dan Arkan terkenal paling romantis sekomplek, tiap kali keluar rumah mereka selalu bergandengan tangan. Aku sering memergoki kening Hilwa dicium ketika mengantarkan suaminya ke mobil untuk berangkat kerja.

"Nggak usah mikir macam-macam, do'akan saja suamimu biar tidak kecantol wanita lain. Selain itu, kamu juga harus pandai merawat diri dan memuaskan suami." ujarnya panjang lebar.

Hilwa sangat modis, meskipun di dalam rumah, ia selalu memakai baju keluaran terbaru dan wajahnya berseri tersapu make up tipis.

"Apa ada rahasia biar suami lengket kaya lem besi?" tanyaku menyelidik.

"Sini ikut aku." Hilwa menggandeng tanganku ke dalam kamarnya.

Rupanya di ujung kamar ada pintu tembusan. Terlihat taman mungil berumput hijau, di tengahnya terdapat bonsai beraneka ukuran.

Hilwa mengajakku ke lima pot hitam yang terjajar rapi di sisi kiri taman. Tanaman daun sirih menjalar pada sebuah kayu yang menancap di tengah pot.

"Tiap hari aku minum rebusan daun sirih setengah gelas biar wangi dan singset." kerlingnya bangga.

"Dan yang paling penting, setiap hari aku menawarkan diri pada suami. Minat tidak minat pokoknya ditanya. Ehem-ehem itu."

Bibirku berdecak, membandingkan denganku yang ala kadarnya.

"Sorry ya, Ta. Waktunya menjemput si kembar pulang sekolah. Besok mereka akan diikutkan olimpiade matematika tingkat daerah. Nanti kita lanjut lagi. "

Aku mengikuti Hilwa keluar kamar, wanita anggun itu menyambar kunci mobil di depan meja rias.

Padahal tujuanku ke sini untuk memberitahu Hilwa kalau kemarin waktu ikut seminar bisnis di Hotel Yellow, aku melihat Arkan memeluk pinggang ramping perempuan berbaju terbuka keluar dari hotel.

Melihat perjuangan dan cinta Hilwa untuk Arkan, aku jadi tidak tega untuk mengatakannya.

***

Anak-anak sudah tidur. Seharian mereka belajar di sekolah Full Day. Jam delapan malam suasana rumah sepi. Tinggal aku dan Mas Edo yang asik dengan ponsel masing-masing di dalam kamar.

"Mas, aku mau tanya."

"Apa," jawabnya singkat tanpa mengalihkan tatapan pada layar ponsel. Jemarinya sibuk menekan tombol-tombol yang tak kuketahui gunanya.

"Mas! Serius ini. Gamenya dimatikan dulu!" Kucubit pinggang berlemak itu. Mas Edo berteriak geli.

"Iya-iya. Ada apa, sih."

"Kalau nggak sengaja melihat saudaramu selingkuh, apa yang akan mas lakukan? Diam saja atau mengatakan kepada pasangannya?"

"Saudaraku baik semua, gak ada yang selingkuh."

Kumpulan Cerpen Penggugah JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang