Pilihan Hati
"Sarah, apa kabar? Aku ingin bertemu. Sekali saja," suara berat di seberang ponsel membuat badan wanita itu bergetar.
Ada luka yang hampir sembuh kembali bernanah. Secepat kilat, luka yang setahun lalu ditorehkan oleh cinta pertama -kemungkinan juga cinta yang terakhir- menganga kembali. Jauh! Menghujam sampai ke dasar hati. Membuatnya basah bersimbah darah.
"Kak Fikri? Maaf, aku nggak bisa."
"Sarah, kumohon, hanya kamu yang dapat menyembuhkan sakitku ini. Tolong aku, Sarah ...."
Sakit? mendengar kata sakit, hati perempuan bermata sendu itu melunak. Ia benci pada Fikri, pemuda yang dulu meninggalkannya demi seorang janda kembang. Namun ketika suara itu membelai gendang telinga, kesumat mereda. Sebenarnya, jauh di dalam hatinya masih tersimpan sebongkah cinta.
Cinta terlarang!
"Kak Fikri kenapa? Apa istri Kakak tidak mengantar periksa ke Dokter?"
Suara di balik telepon terisak. Dulu, lelaki itu pantang mengeluarkan air mata. Dia sosok yang humoris dan ceria. Kenapa sekarang jadi cengeng? Mendengar tangisan Fikri, air mata Sarah tak bisa dibendung lagi. Buliran bening berjatuhan, membasahi pipi ranum.
Sebuah tangan menepuk pelan pundak Sarah. Ia mendongak, tatapan teduh itu mampu menghilangkan kecemasannya. Pria yang menolongnya melalui hari-hari mahaberat.
Sarah kembali bicara. "Kakak?"
"Sarah, aku minta maaf telah menyakitimu. Aku sekarang sadar bahwa Merani bukan wanita baik-baik. Dia menularkan penyakit kelamin padaku, Sarah. Tolong aku."
Wanita berlesung pipi itu menutup mulutnya, air mata menderas. Apakah ini doa yang dikabulkan Allah ketika ia terpuruk dalam penderitaan? Tiga hari sebelum pernikahan, Fikri melarikan diri entah ke mana. Menurut kabar burung, ia pergi ke pulau Dewata.
"Aku sudah memaafkanmu, Kak Fikri. Tapi maaf, aku tak bisa menolongmu sekarang. Aku sudah menjadi milik orang lain. Aku sudah menikah dan aku tak mau menghianati suamiku. Maafkan aku, Kak. Carilah orang lain yang mau menolongmu."
Jari Sarah bergetar. Ia menutup ponsel dan melemparkan ke pojokan ranjang. Air mata menetes, membasahi leher jenjangnya.
Sebuah pelukan menenangkan hatinya. Dada lebar beraroma mint mendekapnya, kecupan kecil mendarat pada ujung kepala wanita bertubuh berisi itu.
"Sarah, kamu nggak apa-apa?" lembut pria berbibir penuh itu membelai rambut istrinya.
Sekali lagi, Daffa jautuh cinta dengan Sarah, dengan kerapuhan dan air matanya. Sejak pertemuan pertama mereka di rumah Fikri, beberapa tahun silam.
Saat itu Sarah dan Fikri sedang meributkan sesuatu. Daffa yang baru saja wisuda dan melamar pekerjaan melihat Sarah menangis. Dia tersenyum melihat ekspresi lucu pacar tetangganya yang masih berseragam putih abu-abu kelas terakhir itu.
Daffa jatuh cinta pada Sarah.
"Aku akan membantu Fikri, Sarah. Kamu tenang saja. Akan kusisihkan uang penghasilanku untuk biaya pengobatannya. Bagaimanapun, dia tetap temanku."
"Mas Daffa tidak marah?" Sarah mendongakkan wajahnya. Mencari kejujuran pada manik hitam lelakinya. "Mas Daffa tidak khawatir aku kembali ke Kak Fikri?"
Daffa menggeleng. Lemah.
"Aku percaya padamu, Sarah. Demi anak yang sekarang kau kandung, aku percaya bahwa istriku yang cantik ini tak akan menghianati suaminya." Daffa menyentuh gundukan halus perut Sarah.
"Maafkan aku, Mas Daffa. Aku istri durhaka."
"Aku mengerti, cinta pertama memang sulit untuk dilupakan. Aku akan membantu melupakannya, perlahan-lahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Penggugah Jiwa
Short StoryKetika kehidupan terasa melelahkan. Berhentilah sejenak, hirup napas dalam-dalam dan katakan dengan lantang "Aku pasti bisa bertahan!" Cover by @Badrian's