Wanita Terbaik

574 40 2
                                    

Wanita Terbaik

Ketika remaja, badanku setipis triplek, sekurus sapu lidi. Berat badan hanya dikisaran angka 40 Kg. Tak pernah naik, tapi bisa turun beberapa kilo kalau sakit. Itu karena aku punya kebiasaan buruk yaitu susah makan.

Aku betah tidak makan seharian. Setiap hari emak marah-marah karena nasi yang ditanak masih utuh. Sayur juga, tapi lauknya sudah pasti habis. Ya, aku suka makan lauk saja. Apalagi ayam goreng buatan emak, lezat sekali rasanya.

Setiap pagi sebelum berangkat kerja di pabrik, emak menyempatkan diri menyuapiku. Karena emak tahu, siang hari aku tak pernah makan.

Telingaku sudah tebal ketika para tetangga mengolok 'anak manja, anak tidak mandiri', sama sekali tidak kuhiraukan.

Suapan emak benar-benar mengandung kekuatan. Emak jarang menggunakan sendok, dia lebih suka memakai jemarinya untuk makan. Satu piring nasi ditangan emak bisa menjadi 'hanya' lima suapan. Gemuk dan besar-besar nasi yang dijejalkan ke dalam mulut, hingga membuat pipi menggembung maksimal dan susah untuk mengunyah. Sering mataku sampai melotot karena sulit menelan.Satu gelas air selalu tersedia untuk mendorong nasi yang tersangkut di leher.

Emak juga irit lauk, dengan nasi sebanyak itu, dia hanya memberi satu suwiran kecil ayam goreng untuk tiap suapnya. Ah, tapi itu bukan apa-apa, karena aku makan sambil baca novel, jadi tidak masalah.

Suatu hari, di sekolah SMEA sedang ada masalah dengan teman. Sebenarnya masalah sepele tentang PR, tapi membuatku begitu uring-uringan. Sekolah masuk siang, jadi tiba di rumah menjelang Magrib. Emak juga baru saja sampai rumah.

Tiba-tiba aku menangis, hatiku sangat kesal dengan keadaan. Tas ransel kubuang dibawah kolong tempat tidur dan aku histeris sambil meringkuk di lantai kamar.

Emak tergopoh datang, dia langsung memelukku. Mendekap kepalaku dalam dadanya yang hangat dan berdetak kencang.

"Kenapa, Nduk?"

"Lapar, Maak! Aku mau makan soto, huwa ...,"

Aku terus menangis kejer. Emak menyuruh bapak membelikan soto. Tak berapa lama, soto hangat pun datang. Emak mengambilkan seporsi dan segera menyuapiku.

Aku makan dengan terisak-isak. Setelah kenyang, aku pikir perbuatan tadi sangat konyol. Untungnya emak diam dan tak pernah membahasnya. Saat itu aku belum mengerti, betapa capeknya emak setelah bekerja seharian tapi masih harus mengurusi putri labilnya ini.

Sekarang, emak sudah mempunyai dua cucu yang sehat dan aktif. Saatnya aku sedikit membalas jasa dan kebaikannya yang tak akan pernah terbalas.

Emak tak pernah mau bila kusuapi, dia suka makan bersama cucu-cucunya.

Ketika aku membelikan sebuah daster untuknya, dia membalasnya dengan membelikan beberapa stel baju untuk anak-anakku.

Bila aku mengajaknya makan di luar, dia hanya tersenyum dan berucap,

"Kamu makan saja bersama anak-anak, aku bungkusin satu nasi bebek, ya."

Itulah emakku, wanita terbaik yang dianugerahkan Allah padaku.

Tak akan pernah cukup membalas semua kebaikannya meskipun seluruh emas di dunia ini dikumpulkan jadi satu. Tak akan pernah bisa aku membalas semua jasa dan jerihnya. Hanya doa yang bisa kupanjatkan, semoga bisa memenuhi keinginannya.

Keinginan emak hanya satu, ditemani anak dan cucu di hari tuanya hingga ajal menjemput.

Selesai

Kumpulan Cerpen Penggugah JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang