Chicha Yang Lain

331 22 0
                                    


Chicha membaca pesan dalam inboknya. Ponsel putih pipih itu bergetar dalam genggaman gadis berambut lurus sebahu tanpa poni. Ia mendekatkan gawai pada dada, merasakan dentuman luar biasa di dalamnya.

Deg. Deg. Deg.

Jantungnya berpacu, diburu kesenangan luar biasa. Besok sore lelaki yang dikenal melalui sosial media ingin mengajaknya bertemu. Chicha berguling-guling di atas kasur busa tebal. Membenamkan kepala ke dalam bantal dakron kesayangannya.

"Kak Dimas. Tunggu saja, aku akan membuatmu tak bisa mengalihkan padangan dari senyumku."

Chica mengangkat wajahnya. Memandang lampu kamar kecil berbentuk kuncup mawar yang menancap pada colokan.

"Chicha, sudah waktunya kamu les. Ayo segera berangkat!" Suara ibu tirinya menghapuskan senyum pada wajah kecoklatan itu.

"Iya, Bu. Sebentar."

Gadis mungil itu mengangkat tubuhnya dengan malas. Masuk ke dalam kamar mandi kecil di ujung kamar. Terdengar suara shower dinyalakan. Senandung tanpa lirik meningkahi aliran air.

Dalam keadaan apapun, Chicha bisa memunculkan keceriaan. Ia gadis yang penuh energi. Orangtuanya bercerai enam bulan lalu. Chicha memilih tinggal bersama Ayahnya yang seorang karyawan di sebuah perusahaan kapal terkemuka. Sementara adik yang selisih lima tahun, ikut Mamanya kembali ke desa. Chicha tidak mau ke rumah Nenek di lereng gunung. Kesukaanya berselancar dalam dunia maya bisa terhambat. Di sana, sinyal suka hilang tanpa sebab.

Chicha memakai kaus pink baby dan celana jeans. Tas selempang berisi buku pelajaran melingkari bahunya. Dengan cepat ia keluar kamar. Wanita berdaster batik bunga sedang menyapu lantai.

"Aku berangkat, Ibu."

"Iya, setelah selesai segera pulang, ya."

Chicha tidak menjawab. Ia terus keluar dari rumah. Menyalakan motor matic kuningnya dan melaju menuju jalan. Wajahnya cerah ketika melihat tempat lesnya tertutup rapat.

"Yes!! Hari ini libur lagi. Cihuy!"

Gadis itu memutar motornya kembali ke rumah, tatapan penasaran Bu Fifi tak digubris.

"Libur, Bu. Aku mau kembali ke kamar."

Bu Fifi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah remaja berusia 18 belas tahun yang suka mengurung diri di kamar, sibuk dengan laptop dan ponselnya. Ia tak habis pikir, waktu lewat tadi, tempat bimbel masih buka. Wanita berkucir ekor kuda itu mengembuskan napas dan kembali melanjutkan aktifitasnya.

***

"Naya! Tau nggak, Kak Dimas mau ngajak aku ketemuan nanti sore di resto ayam goreng, lho!" pekikan kecil yerdengar dari seberang telpon.

"Wuah, Kak Dimas seleb FB itu? Yang tulisannya bikin kita panas dingin nggak bisa tidur?"

"Iya! Aku sudah ngefans sama karyanya sejak pertama kali membaca cerita kisah cinta di ruang tamu. Hot banget tapi mesra. Aaw!!"

"Aku mau ikut, ajak aku, dong, Cha."

"Iya pasti. Besok kita langsung di lokasi saja, ya."

"Pasti. Aduh, aku juga ingin melihat secara langsung wajah gantengnya itu, Cha. Beruntung sekali kamu."

"Pasti dong. Chicha gitu loh. Udahan ya, aku mau siap-siap dulu. Mau maskeran biar kinclong."

"Oke."

Chicha menekan tombol dilayar ponselnya. Meletakkan benda pintar yang dingin di atas meja belajar.

Liburan akhir minggu memang seru digunakan untuk melakukan sesuatu yang memicu adrenalin. Bertemu orang asing, misalnya.

Chicha suka kopi darat dengan teman dunia mayanya. Lebih menantang dan bila sesuai dengan bayangannya, ia merasa puas.

Beberapa kali ia sempat ketemuan dengan akun yang akrab di FB ternyata hasilnya zonk. Sangat berbeda jauh dengan foto profile yang super keren. Tapi ada juga yang ganteng. Meskipun jarang.

Ia berharap Kak Dimas sesuai dengan kriterianya. Sangat berharap.

***

Lelaki berkemeja lengan panjang yang digulung sampai bawah siku duduk dengan santai di sebuah sofa krem. Resto ayam itu sudah ramai, ia sengaja mencari tempat dekat jendela kaca. Jari-jarinya yang panjang menekan layar ponsel. Dia meminum sedikit sodanya.

"Maaf, apa tempat ini kosong?" seorang gadis berjerawat besar tepat di ujung hidung menyapa.

Dimas mengalihkan pandangan dari layar. Menatap gadis kikuk yang membawa nampan berisi burger king dan segelas soda. Sebelah mata gadis itu agak menonjol, berukuran lebih besar.

"Iya,"

"Maaf kalau begitu. Kukira kosong. Soalnya kulihat kamu sudah duduk dari tadi."

"Temanku belum datang."

Gadis itu berlalu. Dia mendapatkan tempat tak jauh dari Dimas duduk. Perlahan membuka kertas pembungkus makanannya. Menggigit roti berlapis keju dan ham. Saus menetes dari ujung bibirnya. Ia mengambil ponsel putih dan mulai mengetik pesan.

[Maaf, Kak Dimas. Mobilku tiba-tiba mogok. Ini sedang menunggu Ayah. Lain kali saja ya ketemuan. Hiks]

Chicha memandang Dimas yang menunduk mengetik sesuatu pada ponselnya. Dia diam-diam menyalakan kamera dan mengambil gambar lelaki beralis tebal itu.

Klik. Klik. Klik.

Beberapa gambar tersimpan. Chicha menarik bibirnya. Puas.

[Nggak apa-apa. Aku akan menghabiskan makanan lalu jalan-jalan ke toko buku.]

[Maaf ya.]

[Santai saja.]

Gadis itu membuka laman FB. Update status singkat.

[Mobil mogok saat janjian itu bikin pingin ngemil aspal.]
Sebuah gambar mobil merah dicomot dari galeri dan di share.

Chicha sudah merencanakan semuanya dengan matang. Ia mendekatkan ponsel pada telinganya dan mulai berbicara.

"Nay! Aku nggak jadi ketemuan sama Kak Dimas. Perutku tiba-tiba mulas."

Tak ada jawaban.

"Oke, Nay, malam ini kita serbu lapak Kak Dimas ya. Ceritanya makin seru."

Chicha meletakkan ponsel di atas meja. Layarnya hitam. Dia melanjutkan menggigit burgernya. Menatap Dimas penuh kerinduan.

Selesai

Kumpulan Cerpen Penggugah JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang