Pasangan Norak
"Ibu, aku mau tahun baruan sama teman-teman. Berangkat dulu." Kucium punggung tangan keriput ibu yang masih terbengong dengan pamitan mendadak.
Aku berlari menuju jalan raya, menenteng helm, melewati gang selebar dua meter dengan got mampet pada sisi kanannya. Bau busuk air berwarna hitam itu tak menyurutkan langkah kaki berbalut celana jeans. Mumpung bapak belum pulang kerja, bodo amat kalau pulang nanti dimarahin. Yang penting sekarang bersenang-senang dulu. Gak jaman lah remaja semanis ini ngumpet di rumah saat pergantian tahun. Rugi!
Kebetulan kontrak kerjaku di pabrik roti yang terkenal seantero negeri masih dalam proses perpanjangan. Biasanya menunggu dua sampai tiga bulan. Pas waktunya pembaharuan, pas liburan. Asyiik. Hidup ini memang pas.
Kenken sudah menunggu dengan motor bebek hitam di depan mini mart yang disegel karena ijinnya nggak beres. Tas keril merah menjulang di punggungnya. Dia tersenyum melihatku nongol dari gang. Pemuda yang menyatakan cintanya seminggu lalu itu melepaskan helm teropongnya. Senyum menghiasi wajah tirus berhidung sedang.
"Sori, ya, Ken. Aku telat."
"Nggak apa-apa, Killa. Aku juga barusan datang. Kita langsung aja, teman-teman yang lain sudah berangkat duluan."
"Sip. Mumpung masih sore."
"Kalau lancar, satu jam lagi sudah sampai. Tapi ini kamu yang bawa, ya." Kenken menunjuk tas di belakangnya.
Wah! Aku garuk-garuk rambut yang terurai sehabis kramas. Nggak kebayang bawa tas segede gajah itu. Ransel kecilku ini aja isinya cuma baju satu setel sama make up.
"Nggak berat, kok, Killa. Isinya cuma tenda sama matras aja. Beneran." Kenken turun dari motor. Ia melepas tas panjang itu dan diletakkan di lantai semen. "Coba angkat, nggak berat, kan."
Ragu aku mencoba mengangkatnya dengan kedua tangan. Haduuuh, kayak gini gak berat? Bisa-bisa copot engsel pundakku gotong beginian meski pun cuma satu jam.
"Ya wis lah, tapi nanti kalo aku pegel kamu harus tanggung jawab," sungutku, tak lupa memonyongkan bibir yang telah kuoles lipstik merah muda natural.
Kenken mencubit pipiku, tepatnya menekan dengan jari telunjuk dan jempolnya. Mengirimkan sinyal yang aneh pada sesuatu yang terletak pada rongga dada sebelah kiri.
"Nanti kalo pegel, kupijitin. Ayo sini kubantu."
Pemuda bertubuh tinggi itu membantu memakaikan tas keril di punggungku, melekat erat di jaket coklat yang kukenakkan. Dia juga menolong memakaikan helm. Aih, romantisnya pacar baru ini. Nggak rugi aku mengiyakan tembakannya. Aku naik dengan susah payah di belakang motornya. Huft! Susahnya mau nginep gratisan.
Kenken teman SD yang dulunya dekil, hitam, ingusan dan sukanya menyingkap rok anak-anak perempuan. Dia paling suka mengintip celana dalamku yang bermotif bebek kuning. Aku nggak menyangka dia tumbuh menjadi orang yang lumayan manis. Meski ada beberapa bekas jerawat di pipinya. Pertemuan setelah sekian lama terjadi lewat face book. Kami mulai dengan saling hai, dan akhirnya dia mengatakan suka.
Aku tidak langsung menerimanya, nggak keren. Dia harus menunggu selama dua hari baru kukatakan 'okelah kita jalani dulu'. Artinya itu belum benar-benar cinta, jadi kalau nggak asik tinggal putusin saja. Beres. Ibarat kerja itu masa training. Pacaran juga begitu, ada masa percobaannya.
Hidup cuma sekali, mending dibuat hepi. Nggak usah ngenes hati. Nggak cocok ya ditinggal pergi, cari lagi cowok pengganti. Itulah sekelumit prinsip Killali. Gadis manis karyawati pabrik roti.
***
Jalanan sore itu terbilang padat merayap kalau di depan pasar, kadang lancar tanpa hambatan, sering juga macet mendadak bila ada sepur lewat. Tepat satu jam lebih lima belas menit, kami sampai bumi perkemahan daerah Trawas. Tempat itu sudah ramai, banyak tenda warna-warni berdiri. Kenken berhenti di sebuah tempat datar agak luas. Dia disambut oleh empat orang yang sedang duduk manis di depan tenda hijau. Dua laki-laki dan dua perempuan. Mereka saling bersalaman dan menyalamiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Penggugah Jiwa
Short StoryKetika kehidupan terasa melelahkan. Berhentilah sejenak, hirup napas dalam-dalam dan katakan dengan lantang "Aku pasti bisa bertahan!" Cover by @Badrian's