Malaikat Menjelma Iblis
Dear, hari ini aku bertemu dengan seseorang yang meruntuhkan dunia dingin hati. Melelehkan serpihan bunga kristal membeku. Mencairkan dengan kekuatan tak kasat mata. Sejak kedipan pertama, aku telah menitipkan detakan dalam rongga.
Apa kamu percaya cinta pada pandangan pertama?
Mulanya aku kira itu hanya dongeng belaka. Isapan jempol yang tak akan pernah nyata.
Bodoh sekali terperangkap dalam mata seseorang. Tidak masuk akal!
Ingatkah, Dear, ketika kutuliskan kisah para gadis sahabat kesayangan dalam tubuh kertasmu. Cinta seperti itu tidak akan bertahan lama. Hanya sekejab, lalu hilang dihembus angin. Bodoh sekali orang yang bisa mencintai sekejab mata.
Hingga tadi sore, aku merasakannya sendiri.
Kebetulan hari ini aku pulang kerja agak cepat. Entah kenapa kepalaku terasa pusing, mungkin efek begadang selama dua malam untuk menjaga beberapa pasien yang akan melahirkan. Bidan baru sepertiku harus melalui masa percobaan selama tiga bulan untuk mendapatkan kontrak kerja setahun ke depan.
Seperti biasanya, aku mampir ke Masjid dekat kostan untuk menjalankan salat Ashar. Aku suka suasananya, begitu sejuk, nyaman dan damai. Aku sering salat jamaah Magrib di sini. Suara imamnya menembus hingga ke relung terdalam. Dan sampai sekarang, aku hanya tahu suaranya bukan rupanya.
Setelah salat, aku bersiap menghidupkan motor. Ketika seseorang bercelana sirwal kesulitan mengejar anak berusia sekitar dua tahun. Dia menciumi dada anak itu ketika tertangkap, si kecil tertawa lepas kegelian. Mereka bergulung-gulung di lantai teras masjid.
Saat itulah planet bumi berhenti berputar. Kiamat melandaku. Hanya aku.
Seorang perempuan bergamis bunga-bunga kuning menghampiri. Dia menggendong anaknya. Lalu mengecup punggung tangan suaminya. Wanita itu berjalan keluar.
Aku melihat semua itu dengan kadar kecemburuan diambang batas. Bahagia sekali kalau wanita itu adalah aku.
Dear, bagaimana cara mendapatkan hati malaikat itu? Tolong beritahu aku.
Cinta ini membuatku sekarat.
***
Iblis mulai membisikkan akal bulus. Menghujamkan rayuan kegelapan. Aku nyaris tergoda. Setan itu menyuruhku untuk merebut dari sisi wanita sahnya. Perlahan kukenakkan hijab merah muda, melilitkannya sedemikian rupa hingga membingkai wajah ovalku. Hari ini aku mantap berhijab, bukan karena ketukan hati, tapi karena ada maksud tersembunyi.
Ya, aku ingin melepas rindu dengan lelaki itu.
Setiap pulang kerja, kusempatkan beribadah di masjid dan berdoa supaya dipertemukan dengan belahan hati. Tak sengaja melihat pengumuman mading depan Masjid. Dibuka pendaftaran kursus baca Alquran khusus dewasa dan dibimbing oleh Imam Masjid langsung. Ustadz Fadhil. Ternyata, Dear, dialah separuh napasku.
Ustadz Fadhil cahaya mataku.
***
Kaki ini menuju ruangan khusus di samping masjid. Tak sampai sepuluh orang ibu-ibu sudah berkumpul melingkar. Di atas meja mungil, buku iqro terbuka. Aku tersenyum kepada mereka dan memberi salam sambil tersenyum. Mencari tepat di sisi paling kiri.
Ustadz Fadhil sudah menunggu. Senyuman termanis kulempar penuh rindu. Berharap ia tahu isi hatiku.
"Baiklah Ibu-ibu, sebelum kita belajar, tidak ada salahnya memperkenalkan diri dulu. Silakan dari ibu yang berkerudung merah muda."
Dear, hatiku hampir meledak. Suaraku bergetar hebat saat menyebut namanya.
Fadhil. Fadhil. Fadhil. Begitu indah nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Penggugah Jiwa
Cerita PendekKetika kehidupan terasa melelahkan. Berhentilah sejenak, hirup napas dalam-dalam dan katakan dengan lantang "Aku pasti bisa bertahan!" Cover by @Badrian's