SHADOW OF THE DEVIL - D.O., Tao, Kris

267 18 0
                                    

"The monsters were never under my bed. Because the monsters were inside my head." — Nikita Gill, Monsters

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

[1] Mirin x Tao [1]

"Segeralah pergi, Tao. Kau tahu ruang di sini tak cukup untuk kita berdua."

Mirin berkata cukup tegas pada pria jangkung yang sekarang berhadapan dengannya. Pikir Mirin, ketegasan akan berhasil membuat si pria mengalah, tapi sebenarnya Mirin tahu juga kalau pria ini tidak akan menyerah.

"Aku bisa mengumpat di tempat lain yang tidak bisa kau lihat, jangan khawatir." tolak si pria lantas membuat Mirin mendengus kesal.

"Bukannya khawatir, aku justru takut. Bagaimana kalau orang-orang tahu tentangmu? Kehidupanku bisa jadi kacau." kata Mirin menahan kekesalannya.

"Jalani saja hidupmu. Mengapa memedulikanku? Toh, kehidupanmu dan kehidupanku adalah dua hal yang berbeda." kata si pria menjelaskan.

Ah, biar Mirin perkenalkan dulu pria itu. Namanya adalah Tao, dan dia adalah penghuni ruang sempit dalam kehidupan Mirin. Sudah delapan bulan berlalu sejak pertama kali Mirin bertemu dengan pria itu, dan tampaknya si pria begitu enggan untuk meninggalkan Mirin.

Padahal mereka juga tidak sedang hubungan saling cinta atau sejenisnya.

"Kita tidak bisa hidup berdua, Tao. Harus ada yang pergi." kata Mirin menegaskan, sekaligus dia usir Tao karena bagi Mirin, dia lah prioritas yang harus tetap ada.

"Jangan bercanda. Kau lah yang lebih baik pergi." sahut Tao ringan. Dipandanginya cermin yang sekarang menampakkan bayangnya dan Mirin.

Memang, keduanya bukanlah perpaduan yang pas untuk bisa hidup bersama. Tapi keduanya juga tampak sama-sama enggan untuk pergi.

"Kau tahu kan kalau semakin sering kau muncul, itu artinya aku akan semakin menghilang?" tanya Mirin dijawab Tao dengan sebuah senyum meledek.

"Bukan masalahku. Lagipula, siapa suruh kau terus-terusan memintaku untuk pergi? Bukankah kau yang lebih baik pergi? Atau... perlukah salah satu dari kita mengumpat di kolong tempat tidur saja?

"Lalu muncul sewaktu-waktu, seperti dalam film horor itu. Bagaimana?" Tao menawarkan pilihan, tentu saja, Mirin tidak akan setuju.

Karena pilihan itu tidak menguntungkannya dan tidak juga bisa dilakukan.

"Daripada bersembunyi di kolong tempat tidur, tindakanmu yang sekarang bersembunyi dalam benakku justru lebih mengerikan, tahu. Seperti monster yang siap menyerang sewaktu-waktu saat kau tidak stabil saja." gerutu Mirin membuat Tao terdiam.

Keduanya memang sudah berbagi benak sejak beberapa bulan ini. Membuat keduanya mendapat klaim 'gila' dari orang-orang di sekitarnya, padahal mereka sama sekali tidak gila. Mereka hanyalah dua orang yang bisa berbagi benak dengan baik, begitu saja.

Sampai akhirnya mereka sadar kalau ruang yang tersedia dalam benak mereka itu tidak cukup untuk dibagi dua. Jadilah, keduanya saling mengusir seperti saat ini.

"Baiklah, sekarang sebutkan alasan yang bisa membuatmu merasa pantas untuk tetap tinggal. Dan aku akan mempertimbangkannya kalau memang alasanmu masuk akal." kata Mirin memutuskan.

Mau berdebat sampai kapanpun, kalau tidak ada yang mengambil jalan tengah, mereka pasti akan terus terjebak dalam situasi yang sama. Dan Mirin tidak suka itu.

"Kau duluan," kata Tao, "Aku akan mengikutimu kemudian." sambungnya.

Mirin, akhirnya menghela nafas panjang.

SHORT STORIES with EXOWhere stories live. Discover now