A MURDERER'S PERSPECTIVE - Sehun

209 26 1
                                    

"Sebenarnya, apa yang ada dalam pikiran seorang pembunuh?"

moodboard cr: google

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Author's Eyes...

"Bagaimana mereka bisa mengatakan kalau kami adalah pembunuh?"

Irene sekarang terkurung, di balik kuasa seorang pemuda bermarga Oh yang beberapa menit lalu memperkenalkan diri padanya dan mengatakan bahwa dia adalah seorang pembunuh yang berniat menculik Irene untuk kemudian membunuh gadis bermarga Bae tersebut.

Demi Tuhan, Irene tidak pernah sekalipun memimpikan adegan mengerikan ini akan terjadi pada dirinya. Tapi mengapa sekarang? Mengapa saat dia merasa hidupnya adalah panggung sempurna yang membuat semua orang berdecak kagum sekaligus merasa iri padanya, mengapa hal mengerikan ini justru terjadi padanya?

"Karena kau membunuh orang-orang, tentu saja. Mengapa kau menanyakan pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas?" Irene berkata, berhubung si penculik tidak membekapnya, atau menutup bibirnya dengan selotip, Irene jadi bisa leluasa bertukar kata dengan si pemuda.

"Selama ini kau sudah hidup dengan pembunuh, apa kau tidak sadar?" si pemuda—Oh Sehun, namanya—berkata.

"Apa maksudmu?" Irene menyernyit tidak mengerti. Bagaiamana bisa pemuda di hadapannya dengan sok tahu mengatakan kalau selama ini Irene—yang kehidupannya luar biasa sempurna itu—hidup bersama dengan pembunuh?

Sehun, memainkan pisau lipat di jemarinya dengan sebuah senyum terukir di wajah. Mungkin dia merasa kasihan karena korbannya kali ini sangat naif.

"Kau sudah hidup di tengah-tengah pembunuh yang sesungguhnya, Nona Bae. Orang-orang yang kau sebut sebagai teman, sebenarnya tidak lebih dari sekumpulan pembunuh yang menunggumu terjatuh, sehingga mereka bisa menginjak-injakmu sampai kau mati.

"Orang-orang yang kau sebut keluarga, bukankah mereka terkadang berubah menjadi psikopat paling mengerikan yang memaksakan kehendak mereka kepadamu? Menginginkanmu menjadi apa yang mereka suka dan memperbudakmu dengan uang yang mereka miliki?

"Lalu... bagaimana dengan pria-pria yang kau katakan mencintaimu? Bukankah yang mereka inginkan hanya tubuh dan hartamu? Tanpa kecantikan itu, dan tanpa uang yang kau miliki, mereka akan memperlakukanmu layaknya sampah."

Mau tidak mau, telinga Irene memanas juga mendengar kalimat si pemuda yang terlampau mengintimidasi. Bagaimana bisa seseorang yang bahkan baru dikenalnya beberapa menit lalu itu mengatakan hal tidak masuk akal tentang kehidupan Irene dan orang-orang di dalamnya?

"Yang kau katakan sekarang sungguh tidak masuk di akal. Menurutku, kau lah yang sebenarnya sudah gila, menuduh semua orang yang ada di dekatku sebagai pembunuh, psikopat, memangnya kau pikir kau sudah sebaik mereka?" Irene bertanya dengan nada meninggi, tidak terima juga terhadap pendapat yang Sehun lontarkan padanya barusan.

"Ya, aku pernah hidup sebaik itu, bahkan, lebih baik daripada dirimu, Nona Bae. Aku sudah merasakan bagaimana mereka yang disebut sebagai teman, terus menempel padaku seperti benalu. Mereka yang kusebut sebagai keluarga, menjadi psikopat yang memaksakan kehendak mereka kepadaku.

"Kemudian gadis-gadis yang katanya mencintaiku, yang mereka ingin hanya kekayaanku, dan rasa bangga sebab menggandengku yang tampan ini sebagai kekasih. Aku tidak sombong, tapi memang kenyataannya begitu. Itulah mengapa aku memberitahumu, Nona Bae. Sebab, kehidupanmu cepat atau lambat akan menjadi sepertiku."

Penuturan Sehun sekarang membuat Irene terdiam. Lambat-lambat dia berusaha memahami situasi di hadapannya, dimana seorang pemuda tiba-tiba saja menariknya dengan paksa ke dalam mobil mewah, membuat Irene tidak sadarkan diri dan kemudian terbangun di atas sebuah tempat tidur dengan tangan dan kaki terikat.

SHORT STORIES with EXOWhere stories live. Discover now