LATE NIGHT DATING - Xiumin

130 15 0
                                    

In Author's Eyes...

Haruskah Reen merasa bersyukur karena ada restaurant yang buka selama dua puluh empat jam penuh? Atau... haruskah dia merasa marah? Terhitung, sudah hampir empat jam lebih Reen habiskan dengan duduk di sudut terjauh restaurant, sendiri.

Ia pikir, ia mungkin bisa benar-benar menemui Minseok tepat jam delapan malam, seperti waktu yang dijanjikan tadi. Tapi sekarang, Reen sadar bahwa dia memang sendirian. Mengingat bagaimana dingin yang menusuk kulitnya, Reen yakin dia mungkin tidak akan bisa berjalan dengan tegap karena kakinya mulai mati rasa.

Berusaha menghapus kantuk yang mulai menyerang, Reen akhirnya menyandarkan kepalanya di jendela kaca yang ada di sebelahnya, menatap ke arah beberapa orang pasangan yang tampak menghabiskan waktu di restaurant dengan kemesraan.

Sebersit perasaan cemburu kini menghantui Reen, tentu ia sadar benar bahwa dirinya selama empat tahun terakhir tidak pernah mengalami hal-hal romantis semacam itu.

Lekas, Reen mengalihkan pandangan, ditatapnya jalanan di luar yang mulai basah karena tetesan hujan. Diam-diam, Reen melirik arloji yang ia kenakan. Pukul dua belas tepat, dan ya, ia sudah menunggu selama empat jam.

Merasa jika ia tidak akan mendapatkan apapun dari penantian yang sekarang dilakukannya, Reen akhirnya meraih tas kecilnya yang sejak tadi ada di atas meja. Gadis itu baru saja akan beranjak pergi ketika ia sadari seseorang telah duduk di hadapannya.

"Ah. Maaf, tapi kursi itu—"

"—Ucapan orang-orang benar ternyata."

"Apa?" Reen menatap tidak mengerti.

"Katanya, jika ada hujan yang turun di tengah malam, batas antara kehidupan akan terbuka, dan tidak menutup kemungkinan kalau manusia akan bisa melihat hal-hal yang tidak bisa mereka lihat sebelumnya."

Reen menyernyit, meski dia terkenal pandai, tapi ucapan pria di hadapannya ini juga tidak bisa langsung ia pahami.

"Apa yang coba kau ucapkan?" tanya Reen akhirnya, niatnya untuk meninggalkan tempat itu sontak urung karena konversasi kecil yang sekarang dimulainya dengan si pria asing.

Tidak menjawab pertanyaan Reen, pria itu justru tersenyum simpul.

"Senang bisa bertemu denganmu, Kyungrin."

"K-Kyungrin?" Reen terbata, ia masih ingat jelas siapa yang biasa menyebutnya dengan nama itu, dan berapa banyak orang yang menyebutnya dengan nama seperti itu.

Kyungrin adalah ID yang Reen gunakan saat ia aktif di aplikasi chatting beberapa tahun lalu. Karena Reen adalah seorang yang tertutup, ia tidak banyak memberitahu orang-orang tentang nama aslinya, atau dimana ia tinggal. Bahkan, ia tidak pernah berbagi foto dengan siapapun.

"Kenapa? Bukankah sudah sejak tadi kau menungguku?"

Belum selesai Reen dengan rasa terkejutnya, ia sudah kembali dikejutkan oleh ucapan si pria. Menunggunya? Reen menggumamkan kata itu di pikirannya. Sejak tadi dia memang menunggu, tapi yang dia tunggu adalah—

"M-Minseok?" tanpa sadar bibir Reen berucap. Pria itu tersenyum kecil mendengar ucapan Reen sekarang.

"Aku sudah ada di sini sejak tadi, tapi kau mungkin tidak tahu. Beruntunglah hujan turun jadi kita bisa benar-benar bertemu." tutur pria itu.

Reen masih menatap tidak percaya. Dia memang tidak percaya hantu, tapi setidaknya sekarang ia percaya kalau saudari kembarnya bisa melihat hantu. Nah, masalahnya sekarang Reen tidak dihadapkan pada fakta atau kebetulan aneh yang membuatnya bisa melihat hantu.

SHORT STORIES with EXOWhere stories live. Discover now