one

7.1K 1K 32
                                    

Para siswa yang mulanya sibuk bergosip dikoridor itu mendadak diam ketika sosok pemuda jangkung berjalan tergesa.

Tiap langkahnya serasa penuh dengan emosi; dan memang benar adanya. Buktinya pemuda itu membuka kasar pintu lokernya, menimbulkan bunyi derit yang memilukan.

Nama pemuda itu adalah Kim Mingyu.

Si siswa yang menduduki kursi nomor satu di bidang kepopuleran.

Tampan? Sangat. Ketampanannya yang khas, belum lagi kulit tan seksinya dan auranya. Hm, sempurna.

Kaya? Lihat mobil keluaran terbaru yang terparkir di parkiran sekolah? Nah, itu miliknya.

Pintar? Coba tengok ruangan kepala sekolah, jika melihat berbagai piala terpajang dilemari kaca yang ada disudut ruangan, itu 75% dia yang menyumbangkannya; baik bidang akademis maupun non akademis.

Orang bilang hidup Mingyu sempurna.

Tampan. Kaya. Pintar. Apalagi yang kurang?

Ada; tentu saja. Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan bukan?

Kim Mingyu itu memiliki temperamen yang buruk. Sedikit saja memancing masalah dengannya, jangan harap hidup kalian bisa tenang dalam seminggu kedepan.

Hanya dengan satu ucapan darinya, seluruh sekolah bisa berbalik membencimu.

Karena itulah ia tak memiliki teman. Ah, ada dua orang, Lee Seokmin dan kakak tingkatnya yang bernama Choi Seungcheol.

Hanya dua orang itu yang masa bodoh dengan segala ancaman dan gertakan Mingyu. Itu karena mereka berdua benar-benar ingin menjadi kawan untuk Mingyu yang kesepian.

Dan, amarah Mingyu pagi ini adalah karena mereka berdua.

Sebenarnya hanya masalah sepele, Seokmin dan Seungcheol yang tidak bisa menemani Mingyu pergi mencari kado untuk kekasihnya.

Lihat, sangat sepele bukan? Bahkan terlalu sepele jika harus diselesaikan dengan saling tarik urat dan adu otot.

Tapi memang dasarnya prinsip Mingyu adalah 'Apapun masalahmu, selesaikanlah dengan tinju' ia tanpa pikir panjang langsung menonjok Seungcheol; membuat lelaki yang lebih tua dua tahun darinya itu murka dan mendiamkanya; bahkan Seokmin ikutan mendiamkannya.

Mingyu menghela napas, ia sudah memutuskan untuk meminta maaf pada Seungcheol sepulang sekolah nanti; mengingat Seungcheol saat ini sudah kuliah.

Pemuda tan itu mengernyit heran ketika mendapati sebuah kertas usang berwarna serenity yang diletakkan diatas buku pelajarannya.

Diambilnya kertas usang tersebut dan dibacanya.

"Setiap masalah selalu ada jalan keluar ^^"

Mingyu tertawa; geli. Apa ini ulah Seungcheol? Astaga. Menggelikan sekali caranya berdamai.

Apa pula tulisan tangan ini? Jelek sekali astaga. Mingyu jadi semakin yakin jika kertas memo itu berasal dari sahabatnya.

"Menggelikan sekali. Tulisannya bahkan jelek sekali. Ck," Mingyu menggerutu pelan.

Kertas serenity itu diremasnya hingga berbentuk kecil dan langsung dilemparnya kedalam loker usangnya.

Tanpa ada minat untuk sekedar menghargai niat baik si penulis memo tersebut.

Dan tanpa sadar sudah membuat seseorang yang melihatnya membuang memo tersebut terluka.

.

.

.

tbc.

Memo [Meanie] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang