ada yg rindu aku nga?(.づ◡﹏◡)づ.
.
.
Entah sudah berapa hari Wonwoo—si pemuda manis stalker Kim Mingyu—betah mengamati segala kegiatan Mingyu.
Tapi, semenjak pertengkarannya dengan Eunbi, pemuda manis itu merasa jika Mingyu agak berbeda. Pemuda tan itu lebih sering diam, melamun memandang kosong kearah papan tulis. Ia bahkan tidak tertawa kencang saat Seokmin melemparkan candaan padanya.
Apakah Eunbi sangat berarti untuk Mingyu?
Wonwoo rasa iya.
Lihat saja, Mingyu yang langsung berubah hanya karena tengah bertengkar dengan kekasihnya. Bukankah itu sudah cukup membuktikan bahwa Mingyu sangat mencintai Eunbi?
Dan Wonwoo cukup sadar diri bahwa ia tidak memiliki celah untuk masuk kedalam hubungan mereka.
"Sudah kuduga kau disini."
Wonwoo menoleh, ia menatap heran kearah Kwon Soonyoung yang kini tengah berdiri disampingnya. Pemuda sipit itu ngos-ngosan, seperti sudah berlari mengitari sekolah.
"Kau mencariku?" tanya Wonwoo.
Soonyoung mengangguk samar, ia menatap Wonwoo dari sudut matanya, "Kau menghindariku."
Wonwoo tak menjawab, ia memilih untuk menghindari Soonyoung.
Menurutnya, Soonyoung itu berbahaya, dan ia harus menghindarinya.
Pemuda sipit itu menyadari bahwa Wonwoo benar-benar menghindarinya. Ia ingin mengejar punggung yang menjauh itu. Ingin mengenggam tangannya, menanyakan berbagai macam pertanyaan yang menari-nari dibenaknya sejak pertemuan pertama mereka.
Tapi Soonyoung masih cukup sadar diri. Ia tidak mau dicap gila.
Karena sudah mengejar sesuatu yang kasat mata.
.-.-.
Mingyu menghela napas kasar, bola basket yang sedari tadi ia mainkan akhirnya ia lempar ke tembok dengan penuh emosi, menimbulkan bunyi yang cukup nyaring di lapangan basket indoor yang sangat sepi itu.
Pemuda tan itu membolos.
Ia cukup malas mengikuti pelajaran hari ini—bahkan rasanya ia malas bertemu dengan Eunbi.
Entahlah, Mingyu hanya merasa penat. Mungkin karena pertengkaran mereka tempo hari?
Ah, tidak.
Ada sesuatu yang lebih menganggu pikiran Mingyu.
Yaitu, perjodohan.
Perjodohannya dengan putra dari sahabat ayahnya.
Perjodohan yang ia tolak mentah-mentah.
Mingyu bahkan masih sangat mengingatnya. Dimalam musim dingin kala itu, saat salju turun untuk pertama kalinya setelah malam natal berakhir. Harusnya malam itu Mingyu menghabiskan waktunya dengan Eunbi—entah sekedar makan malam romantis atau menonton film bersama.
Ia bahkan sudah berdandan rapi dengan sebuah boneka beruang besar yang berada dipelukannya—hadiah untuk Eunbi.
Tapi seruan ibunya yang mengatakan untuk tidak keluar malam ini karena akan ada jamuan makan dengan sahabat sang ayah membuat Mingyu mengurungkan niatnya. Setelah bertengkar kecil dengan Eunbi, akhirnya gadis itu memaklumi bahwa malam-malam seperti ini pasti banyak jamuan makan keluarga.
Pemuda tan itu menuruti permintaan ibunya dengan setengah hati. Ayolah, malam itu ia sangat ingin menghabiskan waktu dengan kekasih manisnya. Bukan malah berkumpul disebuah ruangan dengan orang-orang yang ia tak kenal—dan tidak ia pedulikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memo [Meanie] ✔️
أدب الهواةMemo itu selalu berada disana, didalam loker siswa bernama Kim Mingyu. Sebuah kertas berwarna serenity yang memiliki harum manis vanilla dengan tulisan tangan yang tak terlalu rapi. Tak banyak kata, namun mampu membuat hati Kim Mingyu menghangat h...