"Bukan belum, tapi akan mati, Soonyoung."
Soonyoung menghela napas ia menatap Wonwoo yang berbaring lemah dihadapannya. Tangannya memainkan jemari kurus itu dengan lembut, entahlah, Soonyoung merasa jika ia tak ingin melepaskan jemari itu.
"Kau mudah putus asa," celetuk Soonyoung.
Wonwoo hanya diam, ia tak berniat untuk menanggapi ucapan Soonyoung.
"Bagaimana kau bisa berakhir seperti ini?" tanya Soonyoung—ia tak peduli bahwa pertanyaannya ini cukup lancang, ia hanya ingin tau.
Pemuda kurus itu tersenyum kecil, mengingat kejadian yang membuatnya berakhir mengenaskan, "Kecelakaan."
"Huh?"
"Aku hendak menyeberang jalan, lalu sebuah mobil melaju kearahku dan—boom, aku tertabrak."
Soonyoung mendecakkan lidahnya, tidak puas akan jawaban Wonwoo yang terkesan main-main, "Aku bertanya dengan sangat serius jadi tolong jawablah serius."
Pemuda kurus itu terkekeh, ia berjalan mendekat kearah tubuhnya sendiri, tangannya menyentuh pelipisnya, "Aku serius. Aku sedang mengejar seseorang malam itu, lalu ketika aku hendak menyeberang, ada mobil yang dikendarai orang mabuk menabrakku begitu saja. Kau tau, rasanya sakit sekali, hehehe."
"Kau mengejar Mingyu?" curiga Soonyoung.
"Hmm—begitulah," jawab Wonwoo.
Soonyoung terdiam. Tak lagi melempar tanya pada sosok pemuda kurus itu. Ia justru sibuk dengan pikirannya sendiri. Memikirkan berbagai hal yang membuat kepalanya serasa ingin pecah.
Dan semua itu berhubungan dengan pemuda bernama Jeon Wonwoo.
.-.-.
"Kim Mingyu itu cinta pertamaku," ucap Wonwoo tanpa diminta.
Keduanya—Wonwoo dan Soonyoung kini ada dikamar milik Soonyoung karena janjinya pada Wonwoo untuk membantu pemuda kurus itu memberikan memo untuk Mingyu.
Soonyoung yang baru saja membuka laptop miliknya menghentikkan kegiatannya, ia menoleh kearah Wonwoo yang duduk diranjangnya dan sedang mengayunkan kakinya pelan. Topik yang diangkatnya cukup menarik.
"Lalu?"
"Aku bertemu dengannya dua tahun yang lalu, hanya sekilas, saat Mingyu menghadiri pameran lukisan dipusat kota. Entah mengapa, saat itu aku sudah merasa bahwa aku jatuh cinta padanya. Aneh 'kan?"
"Tidak juga," balas Soonyoung.
Wonwoo tersenyum tipis, "Ada yang lebih aneh lagi, aku dijodohkan dengannya."
"Kau—apa?"
"Aku dijodohkan dengan Kim Mingyu, tepat saat malam natal kemarin. Keluarga kami untuk pertama kalinya makan malam bersama, dan disana ayah Mingyu mengumumkan mengenai hal tersebut. Dan kau tau bagaimana respon Mingyu bukan?"
Soonyoung menghela napas, tiba-tiba ia jadi teringat dengan semua gosip tentang adik tingkatnya itu, "Yeah—dia menolak bukan? Karena dia punya Eunbi."
Wonwoo mengangguk, "Tentu saja. Setelah menolak, ia pergi begitu saja. Ibu Mingyu merasa sangat bersalah padaku—padahal aku baik-baik saja, bahkan beliau menangis. Aku tidak tega, karena itulah aku berniat untuk mencari Mingyu dan menyuruhnya untuk kembali. Setidaknya jika dia memang menolak, aku bisa membantu untuk menyakinkan orang tuaku dan orang tuanya."
Pemuda kurus itu terdiam sejenak, ia mengerjapkan matanya, berusaha untuk menahan tangis—karena bagaimanapun juga, rasa sakitnya tetap bertahan sampai sekarang, "Aku mengejarnya, ditengah malam bersalju itu. Dan bodohnya, aku justru tertabrak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memo [Meanie] ✔️
FanficMemo itu selalu berada disana, didalam loker siswa bernama Kim Mingyu. Sebuah kertas berwarna serenity yang memiliki harum manis vanilla dengan tulisan tangan yang tak terlalu rapi. Tak banyak kata, namun mampu membuat hati Kim Mingyu menghangat h...