Chapter Six : Flashback

1.3K 188 14
                                    

December 24th 2001

Salju tampak sangat lebat mengguyur Holmes Chapel,bahkan beberapa pohon yang awalnya rindang dan tampak sangat asri sudah tertutup oleh timbunan salju berwarna putih.Seluruh anak-anak di holmes chapel tampak bersemangat menyambut natal yang akan datang besok hari.

Lain halnya dengan Harry,dia hanya duduk di sebuah kursi coklat di sebuah taman yang seluruhnya sudah putih karena timbunan salju,sesekali dia tersenyum dan menggeleng ke arah teman-temannya yang mengajaknya bermain.

Harry menghela nafasnya berat.Ini sudah bulan ke-sepuluh dia dan Jocelyn tidak bertemu,ada rasa rindu yang mengalir di hatinya.Harry tertawa dan tanpa sebab pipinya tiba-tiba berubah menjadi berwarna merah muda.

Di tengah keramaian dan kesenangan anak-anak ini,Harry malah merasa sepi.Jocelyn dan Jocelyn yang hanya ada dalam fikiran Harry,sedang apa Jocelyn sekarang?apa yang ia perbuat di tengah salju seperti ini?seperti apakah LA tempat Jocelyn tinggal?beribu-ribu pertanyaan mengelilingi fikiran Harry saat ini.

"Harry !" Harry menoleh mendengar teriakkan temannya."Ayo bermain bola salju! ini mengasyikkan!"

Harry menggeleng pelan lalu tersenyum pelan,"Tidak terimakasih Kim! aku ingin pulang saja.Di sini dingin sekali,bye Kim"

Harry berdiri dan mengambil tas coklatnya yang ia bawa kemana-mana,demi Tuhan padahal tas itu sudah tidak ada isinya entah apa yang merasuki Harry untuk membawa tas kosong itu kemana-mana.

Harry sampai,bukan sampai di rumahnya,bahkan tempat yang ia singgahi ini sangat jauh dari rumahnya.Harry duduk di bawah pohon besar yang daunnya berwarna hijau,sesekali salju yang menggantung pada ranting pohon jatuh dan mengenaik kepala Harry yang di tutupi topi rajut berwarna hijau.

Harry menghela nafasnya yang memburu,tampak asap putih keluar dari mulut dan hidungnya.Suhu di Holmes Chapel sekarang sudah sangat minus dan bodohnya Harry dia tidak ingin pulang.Apakah Jocelyn sedang rindu padanya juga atau tidak ya?apakah Jocelyn sudah menemukan teman baru ya?

Harry mengetuk kepalanya kesal,kenapa yang difikirannya sekarang hanya gadis kecil yang-bahkan belum tentu merindukannya,Harry memang bodoh.Tapi kebodohannya tetap tidak mau hilang dia hanya merindukan Jocelyn dan hanya Jocelyn.

Harry tau dia masih sangat kecil untuk mengenal apa namanya itu 'rindu kepada lawan jenis' Harry sering sesekali mencuri-curi untuk menonton hal seperti ini di televisi ketika Gemma menontonnya,di film itu sang lelaki remaja terlihat sangat lesu ketika tidak bertemu dengan si remaja perempuan.

Harry sadar itu terjadi juga padanya.

Bahkan iapun belum dewasa.

Ia hanya bocah delapan tahun yang masih bergantung pada Mumnya yang super hebat.

Mata hijau Harry yang cerah menangkap sebuah benda berkilaun dari arah tumpukan salju,ia bediri dan mendekat perlahan.Sebuah cutter kecil,tiba-tiba ide gilanya muncul.Harry memasukkan cutter kecil itu ke dalam tasnya yang berwarna coklat dan bergegas pulang.

--

December 27th 2001

Hari natal sudah berlalu dua hari yang lalu.Semua orang tampak sibuk membereskan barang-barang yang mereka pakai ketika di malam natal dan sebagian lagi ada yang membersihkan sisa tumpukan salju di teras rumah-kaca jendela rumah mereka.

Matahari sudah kembali bercerah dengan teriknya,walaupun hawanya masih dingin dan sedikit menusuk tulang,tapi itu tak menghambat Harry untuk bangun lebih pagi dan mencari pohon tua kokoh untuk membuat-atau mengukir sesuatu di sana.

Sebuah sekop,kertas,pensil,alat warna,kotak kecil dan cutter tampak ia bawa dengan susah payah,bahkan para tetangga yang tinggal di sekitar rumah Harry tampak memandang bocah lelaki itu dengan tatapan heran,tak beberapa yang menegur Harry dan Harry hanya membalasnya dengan senyuman yang tak dapat di artikan.

"Kau mau kemana?" tanya Kim,teman Harry yang bertubuh lumayan gempal."kau mau berkebun atau bagaimana?"

"uhm," Harry tampak menggaruk tengkuknya lalu tersenyum penuh arti ke arah Kim."kalau aku memberi tahu alasannya maukah kau membantuku Kim?"

Kim nampak berfikir sejenak,"baiklah aku akan membantumu Harry,dan tolong katakan sekarang apa yang akan kau perbuat dengan sekop besar itu?"

Harry mendekat ke arah Kim dan membisikkan sesuatu di telinga bocah gempal itu,Kim tampak manggut-manggut dan ber-tos ria dengan Harry.Kemudian mereka berdua pergi ke sebuah tempat yang memang sudah Harry tentukan.

--

"MELELAHKANNNN!" ujar Kim sambil menyeka keringatnya yang terus-menerus keluar dari pori-pori di dahinya."Selesai Harry,apakah ini cukup?"

Harry yang sedang asik bersender pada sebuah pohon mendongak dan menatap Kim sambil terekekeh,"Lebih dari cukup Kim! terimakasih banyak"

"Tidak apa Harry," Kim menggeleng lalu melihat ke arah jam tangannya."sudah jam makan siang Harry,aku pulang dulu ya?aku sangat lapar dan tentunya Mum pasti mencariku"

Harry mengangguk dan membiarkan Kim pergi.Harry menengok ke arah lubang kecil yang di gali oleh Kim tadi,terlalu besar sih tapi tidak apalah.Harry mengambil kertas yang sudah dia gambar dengan susah payah,walaupun tampak buruk yang penting Harry sudah membuatnya dengan hati.

Gambaran yang sudah ia masukkan ke dalam kotak sedang berwarna putih-hasil curian kotak make up milik Gemma,ia kubur di dalam lubang yang di gali oleh Kim.Harry mulai menyekop sedikit-demi sedikit tanah untuk menutupi kotak tersebut,istilahnya Harry membuat harta karun untuk seseorang.

Cutter yang sedari tadi ia sembunyikan di dalam tas coklat Harry ambil dan mulai mengukir di pohon tua besar tempat ia menggambar tadi.Dengan wajah serius Harry mulai mengukir pohon tua tersebut.

Beberapa kali Harry harus meringis dan mengigit bibirnya tatkala cutter kecil itu mengenaik salah satu jarinya-bahkan semua jari Harry sudah terluka semua dan meninggalkan bekas goresan salah satu di antaranya sampai berdara dan Harry harus berhenti sebentar untuk membersihkan darahnya dengan daun.

Harry menyeka keringat yang sudah membasahi leher bajunya,dia tersenyum puas ke arah ukiran yang ia buat dengan susah payah.Walaupun tak sebagus milik di televisi Harry tetap menyukainya Harry membuatnya menggunakan hati,haha.

'I miss you," Harry mengeja kalimat itu di ukiran terakhirnya."yeah I miss you,haha miss-you"

Langit sudah menunjukan waktu sore,Harry berkemas dan membersihkan sekop yang ia pinjam dari tetangga samping rumahnya,Harrykan orang yang sangat bertanggung jawab.Hanya dengan sekali tatap semua orang tahu,bocah lelaki ini tengah melakukan sesuatu yang aneh.

"Kau dari mana Styles,huh?" tanya Gemma ketika Harry pulang."kau bau matahari Harry! lihat! kenapa jarimu?kenapa terluka semua?"

Harry hanya tersenyum menanggapi pertanyaan beruntun Gemma langsung di sambut tatapan aneh dari Gemma,Harry berjalan menjauh dari Gemma mengambil handuk dan langsung mandi,dia tidak sabar ingin memperlihatkan hasil karyanya untuk-dia.

--

Beberapa orang yang berlalu lalang melewati taman kecil di sudut kota holmes chapel tampak tersenyum-senyum kecil ketika melihat pohon tua yang Harry ukir beberapa hari,tak sedikit yang tersenyum penuh arti sambil memandangnya.

Semua orang tidak akan menyangka yang membuat ukiran itu adalah bocah berumur delapan tahun baru tahu akan artinya rindu.

Di pohon besar itu tertulis.'Harry loves Jo' di bawahnya terdapat quote kecil-yang pastinya di buat dengan menggunakan kesabaran extra walaupun tidak terlalu jelas tetapi quote itu masih bisa di baca : 'I miss you Tinkerbell'

HAHAHAHA KAMPAY INI LEBIH TIDAK GREGET CUY HAHA ANEH PULAKKKK HAHA BINGUNG GAK SIH?ADUH JELEK BANGET SUMPAH AKU ANEH BANGET SAMA PART INI,JADI INI PARTNYA BUAT YANG BINGUNG INI FLASHBACK JADI CERITANYA KITA FLASHBACK DULU YA MUAHHH.

Say 'Hello'; completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang