.
..Aku tidak tahu dengan apa yang aku rasakan sekarang. Bahagia, tentu saja aku bahagia.
Aku bersyukur karena mendapatkan suami seperti Shuuzo dan aku tak pernah menyesali keputusanku apapun itu.Hm, sebenarnya aku sedih. Karena sahabatku Shin ternyata tidak bisa hadir di pernikahanku. Saat aku tanya pada Temari-nee ternyata Shin berada di Perancis untuk melakukan seminar.
Temari-nee sendiri tidak tahu kapan Shin-kun akan pulang.
Aku ingin sekali mengutuk seminar yang diadakan ayahnya Shin. Tapi.. ah sudah lah.
Yang terpenting adalah...
BAGAIMANA CARANYA AKU MENGAHADAPI 2 CEBOL SEKALIGUS HAH???!!
WHAT THE HELL??
Uuh.. aku sudah meyakinkan diriku selama lima tahun di negeri orang. Tapi kenapa? Saat aku kembali kesini aku seperti tak mempercayai apa yang sudah ku bangun.
Grebh
Nijimura memeluk Ino dari belakang, dagunya ia tumpu kan pada kepala Ino. Nijimura tahu bahwa istrinya sedang gelisah.
"Apa yang kau khawatirkan hime? Aku ada disini bersama mu."
Ino tersadar, kata-kata Nijimura memang benar. Apa yang ia khawatirkan? Harusnya ia tak perlu takut kan?
"Kau benar anata, aku tak perlu takut saat kau ada bersamaku." Ujar Ino. Setelahnya ia terkekeh pelan.
Nijimura menganggukkan kepalanya. Alisnya sedikit bertaut melihat para tamu yang masih berdatangan.
"Ini hari bahagia kita hime, aku tak ingin ada yang bersedih di hari bahagia ku." Nijimura kembali berujar.
Ino faham, ia juga menginginkan hal yang sama.
"Benarkah? Tapi ku rasa ada yang tengah berduka di hari bahagia kita." Balas Ino lirih.
"Hm? Benarkah? Siapa?"
"Dua kouhaimu. Mereka sepertinya sedang patah hati."
"Biarkan saja, mereka terlalu bodoh untuk menyadari perasaan sendiri. Dan mementingkan ego yang sebenarnya tak seberapa."
"Lihat, sekarang Tuan Direktur banyak bicara."
"Kalau aku tak pandai bicara, aku tak akan bisa menjadi direktur manis."
Ino tertawa ringan, jika dipikir lagi. Mereka memang sering berdebat karena hal sepele. Tapi ia sangat menyukainya.
Ino melirik ke arah lantai dansa yang telah di isi oleh beberapa pasangan. Musik pun masih mengalun dengan indahnya. Namun sepertinya tak bisa membuat seorang Akashi ikut serta.
sedangkan di samping Akashi ada Sara dengan setia mendampingi Akashi. Ino tak tahu hubungan apa yang mereka jalani saat ini.
Yang ia tahu saat masih satu sekolah dengan mereka Akashi dan Sara berstatus sebagai sahabat sedari kecil. Dan apakah status itu sudah berubah?
Ino tak tahu."Hei pirang.. omedetou ne~" seru Tenten tiba'tiba.
Ino tersenyum kecil sebelum menarik hidung mungil Tenten yang tentunya mendapat protes dari sang empu nya.
"Kapan kalian akan menyusul hm?" Tanya Ino dengan nada menggoda.
Tenten tersipu, malu.
"Tenang saja, kalian pasti akan kami undang." Sahut Mayuzumi datar. Tenten terperangah dengan jawaban Mayuzumi.
Ia pikir, tunangannya itu hanya akan diam sepanjang acara.
"Waw, aku tak sabar menantinya~" ucap Ino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Not
FanfictionIno mengusulkan sebuah permainan pada sahabatnya bermaksud untuk menghibur diri karena ia merasa diabaikan oleh Seijurou tunangannya. Berbagai cara Ino lakukan untuk membuat sang pewaris Akashi itu berbalik memandangnya, namun tak pernah berhasil...