Pilihan yang Rumit

1.2K 49 0
                                    


"Gio aku yakin kau tau apa yang ku maksud"Ucapku memutar bola mata.

Setelah mendengar pertanyaan givana,muka yang semula santai menjadi datar dan itu membuat givana ketakutan.

"Sudah cukup givana,,sudah cukup mempermainkanku. Apa kau lupa? Aku bisa melakukan apapun demi terwujudnya apa yang ku inginkan,dan saat ini yang ku inginkan adalah menjadikanmu milikku" Kata Gio dengan nada yang sangat dingin.

"A...apa yang kau maksud?" Givana tau cepat ataupun lambat ia akan kehilangan cintanya,cinta yang telah ia temukan setelah menunggu selama bertahun-tahun kini akan ia tinggalkan,bahkan gio juga tak mengijinkan ia menemui keluarganya dan ia yakin orangtua nya di sana pasti bertanya-tanya kemanakah dirinya dengan kekhawatiran melekat pada hati mereka.

"Yah,aku akan membuatmu tak dapat berpaling sedikit pun dariku" Gio menampakkan smirk nya dan givana tau bahwa apa yang akan di rencanakan gio tidak akan baik untuknya.

"Tunggu saja sayang" lanjut gio menekankan pada kata sayang,yang membuat aliran darah givana berhenti.

Setelah mengusap pipi givana dengan lembut,gio meninggalkannya yang masih membeku menampakkan wajahnya yang pucat.

~
S
K
I
P
~

***
Yang dilakukan givana hanyalah pasrah,ya dia amatlah pasrah atas apa yang akan terjadi padanya. Dia juga tak pernah membuka suaranya setelah pembicaraan itu,dia seperti robot yang bila diperintah ia akan segera mengerjakannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Saat ini givana sedang duduk di taman belakang,memandang hamparan bunga yang sangat indah. Namun jika lebih diteliti lagi pandangan itu kosong,tanpa adanya harapan di dalamnya. Dan tanpa givana tau ada orang yang memandangnya dengan kesakitan dan penyesalan,siapa lagi selain gio,ialah orang yang telah merubah keadaan gadis itu. Tapi mau bagaiman lagi ini demi kebaikan kerajaan,secepat mungkin ia harus mempunyai keturunan jika tidak semua akan hancur tak bersisa.

Perlahan kedua kakinya melangkah tanpa melepaskan pandangan pada sang gadis yang telah menyita seluruh cinta dan perhatiannya. Gio duduk disampingnya,ketikelihat tak ada tanda kesadaran dari gadis di sampingnya itu ia merebahkan kepalanya di bahu kecil nan rapuh milik givana sambil tangannya melingkupi badan kecil itu.

Tanpa bicara givana berusaha melepaskan tangan yang melingkari tubuhnya.

"Biarlah seperti ini" ucap gio hingga kemudian menyerukkan kepalanya ke leher givana dan menghirup wangi khas dari gadis itu.

"Maafkan aku! Kemarin aku terbawa emosi,,ku mohon jangan diamkan aku,aku tak sanggup kau diamkan lama-lama seperti ini" lirih gio

     'Givana 'pov'

'Apakah aku keterlaluan telah mendiamkannya?ku rasa tidak karena dia yang sudah keterlaluan,sangat arogan' keluhku dalam hati.

Tunggu kenapa leherku basah?
Tanpa babibu aku mendongakkan kepalanya walau harus dipaksa akhirnya aku bisa melihat wajahnya yang sembab.

"Kau menangis?" tanyaku

Jika sudah seperti ini aku merasa sangat bersalah dengan mendiaminya.

"Bagaimana bisa seorang gio menangis hanya karena didiami?" godaku yang langsung membuatnya kembali menyerukkan kepalanya pada leherku untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah itu.

"Sudahlah diam! Ini juga kesalahanmu yang membuatku begini" rajuknya,dan ku akui bahwa dia sangat menggemaskan jika seperti ini. Aku berhenti setelah merasa puas menertawakannya. Lalu suasana berubah menjadi hening dengan pikiran kami masing-masing. Entah apa yang sedang dipikirkannya,yang jelas yang sedang ku pikirkan adalah dia,ya dia yang aku cintai.

"Vana,aku menginginkan anak darimu" ucapnya ditengah keheningan yang berlangsung,dan itu membuat pikiranku terputus. Bagaimana bisa?aku?dan dia?kita...? Oh tidak, ku rasa itu tidak akan pernah ku lakukan. Berpikiran memiliki anak dengaannya saja tidak pernah terlintas dalam pikirku,lantas kenapa dia bisa memikirkannya?.

"Bukan apa-apa,hanya saja kita harus memiliki keturunan untuk menyelamatkan kerajaan kita. Apa kau tega melihat rakyat yang tak bersalah harus berkorban hanya karena keegoisan kita?"

"Akan aku pikirkan" jawabku dan aku yakin bila dia telah menolehkan kepalanya ke arahku,namun aku tetap tak mengalihkan pandanganku kepadanya. Aku sedang diambang kebimbangan. Setelahnya ia bangkit dan meninggalkanku sendiri di taman ini.

Sungguh aku tak tau apa yang harus ku lakukan,jujur aku tak mau bertindak egois dengan mengorbankan banyak orang yang tidak bersalah namun aku juga belum bisa melakukannya,memikirkannya saja sudah membuat wajahku panas.

"Arrrgggg...apa yang ku pikirkan" teriakku frustasi dan menutupi wajahku yang sepenuhnya sudah memerah dengan kedua telapak tanganku.

                                                                            

Ini dia sesuai janji ku hadirkan part lanjutan dari kemaren walau harinya sedikit melenceng dari yang aku janjikan tapi setidaknya aku sudah membayar janji yang satunya kan? Aku sudah membuat part yang lebih panjang😁

                SELAMAT MEMBACA😄

Givana and Kerajaan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang