Kenangan yang Terulang Kembali

1.5K 55 2
                                    

Seorang gadis menggeliat merasakan cahaya mentari yang memaksanya untuk keluar dari kenyamanan yang ia rasakan. Kedua mata itu terbuka secara perlahan hingga pada akhirnya memperlihatkan netranya  berwarna biru lembut yang mampu menghipnotis kaum adam manapun agar tertarik untuk menyelaminya. Pandangannya memeriksa sekitarnya yang tampak asing. Hingga ia pun panik, ia mengira bahwa si monster kejam itu yang membawanya kemari. Dalam benaknya ia menerka-nerka apa yang akan ia dapatkan setelah berani mendekati laki-laki lain. Namun seketika pikirannya buyar melihat sosok yang berdiri di depannya. Sosok yang ku cintai dahulu mungkin sekarang masih ku cintai, entahlah aku tak bisa menafsirkan yang dirasakan hatiku saat ini.

"Apa yang sedang kau fikirkan sweety?"

"Tidak aku hanya mengira aku sedang diculik oleh orang jahat"

Mendengar dugaanku ia tertawa hingga memegangi perutnya.

"Kau sungguh menggemaskan sweety mana mungkin ada yang menculikmu selagi masih ada aku karna aku tak akan membiarkannya. Ingatlah sweety bahwa selama masih ada nyawa di raga ini tak ku biarkan siapa pun menyakitimu walau hanya seujung kuku"

Mukaku menghangat mendengar kata demi kata yang terucap dari mulut manisnya.

"Gombal" ucapku sambil tertaws sumbang karena aku bingung harus apa sungguh keadaan ini benar-benar awark untukku.

"Aku serius" ucapnya. Ku tatap kedua bola mata indah itu dan ku tak mendapati apa pun selain ketulusan dan kesungguhan akan sebuah tekad.

"Aku percaya,tapi bisakah kau memberiku makan karena perutku sudah berdemo" alihku

Bagaimana pun aku takut jika aku sedang semakin sulit untuk melepasnya. Aku tau bahwa gio itu sangatlah berbahaya,aku tidak menginginkan sesuatu yang buruk menimpanya.

"Aku hampir lupa jika kau belum makan sejak tadi malam. Habisnya aku sangat merindukanmu jadi aku harus memastikan bahwa yang dihadapanku ini bukan hanya sebuah ilusi yang aku ciptakan" ucapnya dengan senyum tulus mengukir indah bibirnya dan aku hanya bisa membalasnya dengan seulas senyum yang kupaksakan.

'Oh Tuhan bisakah aku mempertahankannya?bisakah aku bertindak egois untuk tidak melepasnya dari sisiku?sungguh ini hal yang sangat sulit yang harus ku lakukan jika aku tak mau kehilangan dirinya untuk selamanya.

"Aduh ngelamunnya nanti aja,ayo sekarang kita isi perut kamu! Aku gak mau sampai kamu sakit" ucapnya sambil berpose seperti seorang ibu yang memarahi anaknya.

"Ternyata kamu tambah bawel ya setelah lama kita tidak bertemu,bikin telinga panas saja" sungutku pura-pura merajuk. Dia hanya membalas dengan menampakkan sederet gigi putihnya yang membuatnya semakin tampan.

"Tapi aku mau mandi dulu badanku lengket semua" jelasku

"Baiklah,tapi jangan lama-lama ya keburu makanannya dingin" ucapnya

"Ngapain kok masih berdiri di sini,keluar sana aku mau bersiap dulu" kataku sambil berusaha mendorongnya ketika dia masih saja memandangiku,maklumlah dimana-mana tenaga cewek gak bakal ngaruh sama cowok.

"Cium dulu dong baru aku keluar dari sini" ucapnya

Aku langsung menuruti keinginannya karena aku tak mau bertele-tele. Namun ketika aku mencium pipinya dia langsung menolehkan kepalanya sehingga bibirnya lah yang terkena kecupanku. Tubuhku tegang seketika. Ku dengar suara tawanya yang menggelegar sehingga dapat membangunkanku dari keterkejutanku.

"Ih kamu tu ya ngeselin tau,dasar mencari kesempatan dalam kesempitan,dasar aan mesum" teriakku sambil memukulinya dengan bantal

"Tapi suka kan?tuh pipimu memerah" godanya

"Ih tau ah sekarang pergi gak?!"

"Iya,iya aku pergi jangan lama-lama ya bersiapnya?!" ucapnya kemudian mencium keningku. Aku hanya bisa tersenyum mendapat perlakuan darinya.

'Semua kenangan yang dulu ku kira tidak akan pernah terjadi lagi sekarang terulang sebagai penengah kekalutanku menghadapi takdirku,entah kedepannya seperti apa yang terpenting aku tak akan melewatkan segalanya bersama dengannya selagi aku masih bebas dari kekangan gio'batinku menatap ke arah kemana ia pergi hingga kemudian aku memasuki kamar mandi untuk menyiapkan diri.

Givana and Kerajaan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang