Begitu lengannya mendorong pintu kaca, desingan roaster¹ menyapa telinga Kim Taehyung merdu.Ia dapat menghidu aroma manis kopi yang menguar dari proses pemanggangan di sudut ruangan berdesain semi-retro.
Kafe mungil ini berada sekitar empat blok dari gedung apartemen kakak sepupunya. Taehyung tidak berpikir dua kali untuk mendatangi begitu nama tempat ini muncul di baris teratas kolom pencariannya tadi.
Taehyung mengedarkan pandangan. Terdapat dekorasi unik di ruangan ini. Mejanya memiliki tinggi berbeda-beda, pun dengan kursinya; ada sofa kotak tunggal berwarna, kursi kayu berlengan pendek, juga bangku tinggi yang menghadap ke pemandangan di luar jendela.
Pada dinding ruangan berwarna krem itu terdapat beberapa hiasan yang digantungkan, seperti bingkai foto dan kepala rusa imitasi mini, sudut yang lain malah dilukisi grafiti. Ada dua lampu kandelir yang tergantung di tengah ruangan berbentuk serupa sudut tumpul ini, dengan lampu halogen di beberapa sudut.
Kim Taehyung, pemuda Daegu yang baru saja sampai di Seoul kemarin sore, merasa dunia berhenti berputar tatkala matanya menangkap sepasang netra cokelat gelap yang dibingkai lengkungan indah tengah menyapa dari balik mesin kasir.
“Selamat pagi, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?” Suara itu terdengar sama indahnya dengan paras berbentuk hati sang pemilik. Rahangnya cukup ramping, tapi masih terdapat lemak bayi di pipinya. Kulit putihnya terlihat semulus porselen. Hidungnya bangir, sangat cocok menaungi kedua belah bibir plum yang merona. Kepala bersurai hitam legam itu tiba-tiba berubah miring dengan raut muka heran. “Hei, kau oke, Tuan?”
“Hah? Eh....” Taehyung menggaruk belakang kepalanya tanpa sadar.
Untuk pertama kalinya dalam hidup, Kim Taehyung merasa bersyukur menghabiskan waktu liburan dengan membantu pekerjaan sang kakak sepupu yang ceroboh dan merepotkan.
...
“Ada beans² apa saja hari ini?” Taehyung mendekati konter kasir sambil membalas senyum pemuda berwajah hati; melirik name-tag yang tersemat di sweater abu-abunya, “Jimin-ssi?”
Sekali lagi senyum formal tersungging dari pemuda bername-tag Jimin. “Senin lalu, distributor kami baru saja mengirimkan beans dari Indonesia, Tuan. Varian yang paling diminati adalah beans Gayo-Aceh.” Dia menyampaikan lancar, yang ditanggapi Taehyung dengan anggukan.
“Aku sudah pernah mencobanya. Hm. Adakah beans yang lebih light³?” Taehyung mendongakkan wajahnya melihat papan menu yang tertulisi kapur. Gila, malaikat ada di tempat kesukaanku. Sialan. Manisnya overload, bahaya buat jantungku. Jaga image, Kim!
Berikutnya terdengar gelakkan lucu dari Jimin. Taehyung mengalihkan atensi lalu mendapati pemuda yang terlihat merasa bersalah. “Aduh, maaf ya, Tuan...,”
“Kim.” Taehyung menyela lugas.
“Tuan Kim, sebenarnya aku kurang paham soal urusan kopi. Aku terlalu mencintai teh—kok curhat sih, sebentar aku panggilkan Hobi-hyung dulu. Dia tadi sedang ke belakang mengambil biji kopi mentah.” Pemuda mungil itu—tingginya hanya sebatas telinga Taehyung dari jarak dekat, omong-omong; bergegas pergi ke balik pintu bertanda “STAFF ONLY”.
Sepeninggal Jimin, Taehyung merasakan panas menjalar di telinganya. Tangannya mengusap rambut sewarna cokelat pasir gusar. Kepalanya tanpa sadar menunduk. “Sial... apakah aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama? Aku gugup sekali,” bisiknya.
Yang tidak diketahui Taehyung, Jimin tengah meremat sweater-nya di bagian dada kiri sambil mengulum senyum.
Tolong santailah, detak jantungku. Aku tahu dia memang tampan!
KAMU SEDANG MEMBACA
coffee? [VMIN]
FanfictionSaat Kim Taehyung menemukan figur semanis aroma kopi yang sedang di-roasting. [Start: 201217, Finished: 120218, Revised: 060219] WARNING: Coffee Shop! AU, MPREG | Fandom/ Pair: BTS/ VMIN | Rating: R15+ | Cast: Kim Taehyung, Park Jimin, etc | Genres:...