4. a cup of camomile tea

3.2K 523 147
                                    


Tidak seperti biasa, di sore hari Senin itu Kim Taehyung langsung duduk di meja langganannya-meja kotak berkursi dua, hampir di sudut kafe, di sebelah jendela yang menampilkan lalu-lalang pejalan kaki.

Jungkook yang melihatnya sekilas, kembali fokus pada kegiatannya di konter kasir. Dia menghitung dengan teliti, sesekali menjawab pertanyaan pelanggan, dan berucap "semoga hari anda menyenangkan" tiap transaksi selesai. Senyum ia sunggingkan saat seorang pemuda jangkung ada di hadapan.

"Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" Pandangan Jungkook memindai pemuda itu, ada setelan jas kelabu yang membungkus badannya dengan pas, tas kerja di genggaman dengan mantel cokelat yang disandang lengan kiri. Business man, eoh?

"Pesan seloyang pai apel, dan apakah ada minuman yang bisa mengurangi gejala flu? Adikku membutuhkannya." Suara yang agak serak menyapa telinga Jungkook. Dia tersenyum singkat, sebelum menyebutkan rekomendasi-karena hampir semua pengunjung sore ini mengeluhkan hal yang sama.

"Camomile lemon-grass akan meringankan flu, Tuan."

Pemuda jangkung itu mengangguk final. "Kalau tidak salah, kamomil juga bisa membuat rileks kan. Oke, aku pesan satu poci."

Jungkook memasukkan pesanan tersebut pada tab-nya, kemudian mengkonfirmasi. "Satu loyang apple pai dan sepoci camomile lemon-grass tea, betul? Ada tambahan, Tuan?" Yang dihadiahi gelengan dari sang pemesan.

Kafe mereka sudah memiliki sistem yang terintegrasi. Setiap pesanan yang diinputkan pada tab, akan langsung muncul di monitor ruangan dapur. Hal ini digagas oleh Park Chanyeol untuk mengefisiensikan kinerja kafe. Pesanan akan lebih cepat disiapkan, pelanggan tidak akan menunggu lama. Tidak membuang kertas bekas menulis pesanan. Efektif, bukan?

"Mejaku yang ada cowok berambut cokelat terang, ya," sambung pemuda jangkung di hadapan sambil menunjuk ke arah Taehyung tadi duduk, hanya dia yang sesuai dengan deskripsi di antara pelanggan lain.

Jungkook melirik mereka dari balik konter kasir. Kim Taehyung yang duduk membelakanginya terlihat menelungkupkan kepala pada meja. Sedang pemuda jangkung satunya, yang berambut chesnut tersisir rapi ke belakang, tengah membaca berkas-berkas di tangan.

Hm, kalau diperhatikan ada kesamaan di antara mereka, batinnya sambil mengangguk singkat.

Kemudian dentingan bel hadir, tanda jika pesanan sudah siap untuk dihidangkan. Jungkook hendak mengangkat nampan berisi pai dan sebuah poci saat Park Jimin, Bosnya, tiba-tiba muncul dari dapur seraya berkata, "Biar aku yang antar, Kookie."

Park Jimin yang mengenakan turtleneck moka di balik apron birunya berlalu pergi. Tersenyum pada pemuda chesnut yang-tentu saja-membalas senyumnya, memunculkan lekukan dalam pada pipi. Mereka terlihat mengobrol saat Jimin menyajikan pesanan dengan cekatan.

Sambil mendekap nampan dengan sebelah tangan, Jimin mengusakkan yang satunya pada helaian cokelat pasir di meja. Telapak mungilnya tiba-tiba digenggam oleh Taehyung yang menaikan kepalanya perlahan, mereka menukar tatap sampai rona kemerahan menyapu pipi putih Bosnya.

Rasa tidak nyaman menggelayuti hati Jungkook saat melihatnya.

...

Pertemuan pertama mereka terjadi saat Jungkook mendatangi fakultas Bisnis & Manajemen SNU di suatu siang musim gugur tahun lalu. Jungkook mendapat kesempatan wawancara setelah mendaftar pekerjaan paruh waktu dari selebaran yang ia baca di mading taman. Contact person di sana, Jimin, menghubungi Jungkook dua hari pasca ia mengirimkan permohonan kerja.

coffee? [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang