Angin musim dingin menghantarkan hawa beku hingga mantel dongker Kim Taehyung rasanya terselimuti es.Pemuda jangkung itu memandang berkeliling, kafe Jimin rupanya memang terkenal. Hanya ada satu atau dua meja kosong saja yang tersisa. Dia bergegas menuju konter kasir, mendapati seorang pemuda tanggung yang tersenyum seperti kelinci.
"Selamat sore, Tae-hyung. Mau langsung memesan atau saya panggilkan Jimin-hyung dulu?" sapanya formal. Taehyung mengangguk sebelum menjawab.
"Ya, sampaikan padanya aku siap mencoba menu terbaru." Pemuda di balik konter kasir itu mengangguk lalu bergegas menuju ruangan staf—yang mana langkahnya terhenti saat Taehyung menimpali. "Aku duduk di pojok yang biasa ya, Jungkook."
Kaki jenjang yang dibalut terusan berwarna gelap membelah keramaian kafe yang menjual snack dan berbagai olahan minuman ini. Cuaca dingin sepertinya membuat orang-orang juga berpikiran untuk mendapatkan sepiring cemilan manis dan minuman hangat di penghujung hari.
Taehyung menyampirkan mantelnya di sandaran kursi, menyisakan kemeja putih yang terpadu short-sweater kelabu dibalik blazer hitamnya.
Kursinya—nya, karena hampir di setiap kunjungan Taehyung, dia selalu duduk di kursi kayu bermeja kotak tersebut—berada cukup terpojok di suasana kafe yang ramai. Strategis bagi Taehyung, karena ia dapat menikmati pemandangan di luar jendela pun tetap memantau keadaan di dalam ruangan beraroma manis ini.
Taehyung mengeluarkan case kacamata dari tas kerja kemudian memakainya, meninjau kembali hasil pekerjaan hari ini selagi menunggu Park Jimin dan kejutannya.
Dua minggu berlalu sejak kali pertama pertemuan mereka. Taehyung selalu datang pukul 17:00 KST, seringkali mengobrol singkat dengan Jimin—di sela kesibukannya tentu, karena Jimin seorang tenaga support yang multifungsi—beberapa kali datang bersama seorang pemuda jangkung yang dipanggilnya Namjoon-hyung, dan sesekali hanya menyesap minuman sendirian; kebanyakan meminum kopi, baru dua kali saja dia memesan teh—itupun atas rekomendasi Jimin. Ia juga selalu membawa pulang kudapan atau kukis-kukis dari kafe.
Karena perutnya memang perlu diberi asupan berkala. Penyakit lambung yang dimiliki sejak SMA membuat Taehyung harus mengasup cemilan setiap 2 jam. Tentu saja dia pernah merasa malas dan enggan melakukannya—cowok kuliah mana yang masih dibekali kudapan kecil oleh ibunya? Dia. Tapi waktu menyadarkan Taehyung untuk berdamai dengan tubuhnya sendiri.
Maka dari itu Jimin yang notabenenya pembuat resep di bakery, merasa begitu beruntung mengenal Kim Taehyung yang mau memakan semua hasil eksperimennya.
Tetap dibeli, lagi.
Jelas saja waktu cepat mengakrabkan mereka berdua.
...
Tiap penghujung minggu, kafe yang bernama WEEK&'s TABLE ini memang selalu ramai sepengamatan Taehyung. Sungguh mencirikan titelnya.
Di hari kedua kunjungannya, Taehyung mengetahui asal-mula pemilihan nama kafe tersebut, yakni karena Chanyeol dan Jimin sama-sama lahir di hari Jumat, akhir minggu. Sehubungan dengan kesibukannya sebagai penerus bisnis keluarga, maka Chanyeol menyerahkan kepengurusan kafe ini kepada adik tersayang. Hitung-hitung latihan, katanya.
Karena diam-diam, Park Chanyeol sudah membangun waralaba food & beverages dengan berbagai konsep. Tabungan bagi adiknya yang enggan memasuki bisnis asuransi milik keluarga.
Pundaknya sedikit tersentak saat mendapatkan tepukan singkat. Di depan Taehyung kini hadir Park Jimin yang mengenakan sweater oversized berwarna biru keunguan. Rambutnya terbelah samping. Bibir plumnya tersungging singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
coffee? [VMIN]
FanfictionSaat Kim Taehyung menemukan figur semanis aroma kopi yang sedang di-roasting. [Start: 201217, Finished: 120218, Revised: 060219] WARNING: Coffee Shop! AU, MPREG | Fandom/ Pair: BTS/ VMIN | Rating: R15+ | Cast: Kim Taehyung, Park Jimin, etc | Genres:...