11. end of a day

3.4K 422 188
                                    


Satu malam lagi Taehyung lalui dengan terjaga.

Usai ciuman singkat mereka di sofa kemarin, Jimin yang tahu jika pemuda Kim di depannya akan canggung menjelaskan beberapa hal. Salah satunya ialah pengakuan bahwa Jimin, selain menaruh rasa yang sama terhadap Taehyung juga merasa begitu tersanjung dengan bagaimana cara lelaki itu mendekatinya selama ini.

Pemuda mungil juga bilang bahwa memang benar menunjukkan afeksi dapat menekan stres ke titik terendah, maka dari itu ia butuh bantuan Taehyung. Biasanya ada Chanyeol yang bisa ia peluk kapan saja, karenanya Jimin meminta izin kepada Taehyung agar ia diperbolehkan memeluk.

Setelah Taehyung mencari tahu kembali perihal psikoterapi, apa yang Jimin lakukan termasuk sebuah Cognitive Behaviour Therapy yang akan membantunya melepaskan diri dari pikiran dan perasaan negatif serta menggantinya dengan respon positif.

Dokter Lee benar, Jimin tangguh karena sudah mengenali kondisi yang dapat membuatnya merasa semakin buruk dan ia mengubah perilaku untuk mengatasinya. Tapi tetap saja....

Seorang Park Jimin yang selama ini ia kasihi, meminta izin untuk dapat memeluknya bahkan di saat terlelap. Taehyung tidak bisa menahan rasa panas yang naik ke muka dan daun telinga.

Tangan Taehyung terangkat untuk mengelus helaian sewarna permen kapas di depan dadanya.

Setelah menghabiskan waktu dengan bermaraton film laga, Jimin merengek ia sudah mengantuk dua jam setelah makan malam mereka. Tepatnya, setengah jam sehabis meminum tiga butir obat yang berada di kamarnya. Pemuda berbadan mungil itu meminta Taehyung memeluknya sampai ia tertidur.

Sudah jelas kan, penyebab kegelisahan hatinya.

Bagaimana kantuk bisa menyerang jika debaran di dada bukannya memelan justru bertambah kencang, apalagi saat Jimin yang berada di ambang kesadaran mengusakkan wajah ke ceruk leher dan mengatakan jika ia menyukai harum di sana. Mengingatnya saja membuat bulu kuduk Taehyung kembali meremang.

Entah Taehyung harus merasa senang atau bersedih atas kejadian naas yang menimpa Jimin sebelumnya, yang jelas ia bersyukur karena keadaan mendekatkan mereka sampai seperti ini.

Jam digital di atas nakas berbunyi pelan tiga kali, menyuarakan waktu saat ini. Tepat tengah malam tadi tidur Jimin yang semula lelap sepertinya terganggu karena giginya bergemeletuk ringan dan wajahnya mengerut gelisah, badan mungilnya juga sedikit gemetaran. Taehyung yang memang sudah melepaskan pelukan awal dari Jimin, bergerak kembali merengkuh tubuh mungil di sampingnya. Ia mengusap-usap punggung sempit, membisikkan kalimat menenangkan, sampai setengah jam kemudian tubuh di dalam pelukan itu kembali damai.

Dan Taehyung tidak berniat untuk melepaskan pelukannya lagi. Biarlah ia insomnia karena tidak kuat menahan grogi, itu lebih baik daripada melihat Jimin kesakitan ditengah lelapnya.

Lengan kanan ia tempatkan di atas pinggang Jimin, menariknya untuk direngkuh lebih dalam. Taehyung menunduk, mengusakkan hidung pada puncak kepala beraroma lembut shampo. Ia memejamkan mata sambil menghirup wangi yang menguar dalam-dalam. Aroma Jimin yang lembut membuatnya tenang.

Saat jam yang sama bertambah satu kali bunyinya, Kim Taehyung sudah jatuh terlelap dengan tangan yang tak lepas memeluk sosok di sampingnya.

...

Bunyi pelan alarm menarik kesadaran Taehyung ke permukaan. Dia langsung membuka mata, tersentak saat menyadari sosok yang semalam bergelung di dadanya tidak ada. Tubuh dibawa bangun dengan tergesa sampai saat pintu kamar dibuka dan aroma roti panggang tercium, ia merasa sedikit lega.

coffee? [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang