Bunyi dan getaran dari alarm ponsel di meja nakas perlahan menarik kesadaran Park Jimin ke permukaan."Ugh... masih mengantuk. Ini hangat sekali...." Wajah yang masih memejamkan mata merengut, pertanda tidak setuju. Tubuh mungil itu malah semakin bergelung, kembali menyamankan diri.
Beberapa waktu kemudian bunyi mengganggu pergi. Senyum miring tercetak di sudut bibir plum yang tenggelam pada selimut. Ah, tidur lagi....
Baru saja dia merasa hampir lelap, guncangan pada bahu menginterupsi.
"Bangun."
Jimin mengerutkan dahi, "Jiminie butuh lima menit lagi...," rengeknya.
"Jiminie, ini sudah jam 8 pagi. Ayo sarapan." Kerutan di dahi semakin menjadi, jelas terganggu, bukankah Chanyeol-hyung tahu jika haram baginya bangun pagi-pagi di hari libur?
"Hyuuung ih, pergi sana!" Telapak pada bahu ditepis kasar, Jimin memunggungi seraya mengejar lelap kembali. Sungguh, ini terlalu melelahkan; sesuka-sukanya Jimin membuat kue dan roti, bukan berarti ia suka jika membuatnya seharian penuh tanpa henti.
Suara decakkan bisa Jimin dengar. Biasanya Chanyeol akan berlaku begitu jika sudah bosan menghadapinya, dan ia bisa tidur barang satu-dua jam lagi. Senyum samar hadir, dia merasa menang kembali.
"Kemarin aku lembur tahu, Hyung, sama sekali tidak melihat matahari." Dia bersungut, kepala bergeser mencari posisi yang lebih nyaman.
Suara kekehan terdengar kemudian, Jimin heran kenapa tawa Hyung-nya berubah menjadi sebegini lembut. Ah, pasti ini karena ia memang butuh istirahat lebih.
"Saking sibuknya sampai tidak sempat mengirim chat sapaan selamat pagi bagiku ya, Jiminie?" Orang yang dimaksud mencebikkan bibirnya, Chanyeol-hyung ini suka rada-rada. Bukankah ia dibonceng sampai depan kafe? Bahkan semalam hyung jelek itu menitip kkul-ddak padanya.
Eh, kkul-ddak?
Kesadaran menghantam Jimin telak, seketika matanya membola.
"KIM TAEHYUNG, KELUAR! Jangan berani-berani melihatku sebelum aku yang menghampiri!" Tubuh mungil menelungkup, merasa ingin ditelan ranjang ini saja karena malu. Suara keras tawa malah semakin menciutkan hatinya.
"Siap, Jiminie...."
"Taehyung baka!"
...
Suara derit kursi yang ditarik membuat Taehyung mengalihkan atensi, dari jurnal di ponsel menjadi pemuda mungil yang tengah mendelikkan mata kepadanya. Rasa bersalah mencuat di hati Taehyung.
Dia beranjak dari sofa biru tua kemudian duduk di sebelah pemuda berambut kelam yang tengah mencebikkan bibir. "Maaf, Jim. Aku hanya bercanda tadi."
Jimin menghela napas panjang, kemudian menjawab, "It's okay, Tae. Maaf tadi aku sempat histeris. Lagipula jika kamu bangun lebih dulu, wajah bengkakku sudah kamu lihat juga kan."
Taehyung tercenung, mendengar jelas honorifik yang berubah. Senyum miring diulasnya bagi pemilik wajah berbentuk hati. "Itu kamu tahu."
Perkataannya membuat Jimin mengerutkan dahi. "Sejak kapan kita kamu-kamuan, Tae? Ih, geli! Seperti orang kasmaran saja." Kepalan tangannya meninju lengan atas Taehyung main-main.
"Kamu lucu sekali kalau digoda, Jimin-ah." Taehyung terkekeh geli. Ia kemudian bangkit dan membuka microwave yang berdenting pertanda timer-nya habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
coffee? [VMIN]
FanfictionSaat Kim Taehyung menemukan figur semanis aroma kopi yang sedang di-roasting. [Start: 201217, Finished: 120218, Revised: 060219] WARNING: Coffee Shop! AU, MPREG | Fandom/ Pair: BTS/ VMIN | Rating: R15+ | Cast: Kim Taehyung, Park Jimin, etc | Genres:...