12. (a) end

3.2K 393 127
                                    


"Hei, Jimin, tahu tidak...," Kim Taehyung menjeda pembicaraan, sedikit terkekeh saat suara dari seberang sambungan menggerutu, "sepertinya aku tidak bisa tidur karena tidak ada kamu."

Dia mengusap daun telinga yang terasa menyengat. Merasa malu setelah gelakkan lucu terdengar dari seberang. "Kita kan tidur bareng terus kemarin, aku jadi kehilangan kamu untuk dipeluk, Jim."

Genggaman pada ponsel pintar mengeras, tombol lock ditekan dan layar yang gelap seketika menyala, menampilkan foto sosok bersurai sewarna permen kapas yang tengah tersenyum manis pada kamera. Taehyung mengelus layarnya, abai pada notifikasi kesalahan pola. Dia mengulas senyum, manik hazel menyorot hangat.

"Selamat beristirahat, Jimin-ah. No, tidak, kupanggil Jiminie hanya saat bertemu langsung saja." Atensi dialihkan pada printer yang menderu di sebelah kanannya, masih memuntahkan kertas berukuran A4 yang sudah dibubuhi tinta. "Aku menyayangimu."

Sambungan diputus dari seberang, Taehyung melepas kedua earplug-nya lalu mencabut jack headset dari ponsel. Dia kembali memandangi sosok yang terabadikan sebagai pengisi wallpaper dan lock screen ponsel, tak lain adalah potret sang penjajah hati.

Ah... bahkan beberapa jam yang lalu mereka masih bertemu sebelum Taehyung boarding. Senyum Jimin dan pelukan hangatnya juga masih terasa, bahkan wangi lembutnya masih bisa disesap. Tapi, sudah kangen saja.

Kemudian Taehyung terkekeh, baru teringat pada fakta saat menginap di penthouse Park ia menggunakan sabun mandi yang beraroma sama dengan Jimin. Sebenarnya Taehyung bisa saja kembali mendatangi sosok mungil di sana dan merengkuhnya ke dalam pelukan, tapi ini semua demi masa depan yang ia usahakan.

Semoga tidak perlu ada revisi lagi di akhir, Taehyung menatap nyalang pada layar padam laptop dan printer yang tengah mencetak kopian kelima laporan skripsinya.

...

Sliding door berkaca buram Taehyung geser setelah ia membungkuk sopan pada dosen pembimbingnya. Laporannya dipastikan tidak perlu melalui revisi untuk kesekian kali, lembar pengesahan pun ia kantongi.

Tadi dosennya hanya menggelengkan kepala dan mengulum tawa saat si anak didik mengeluarkan 4 rangkap kopian dari laporan skripsinya, meminta setiap lembar pengesahannya ditandatangani langsung alih-alih dari hasil fotokopi.

Taehyung jadi sedikit gugup, akankah ketua jurusan dan fakultasnya bisa berlaku seramah itu karena mahasiswa lain hanya menyiapkan satu lembar pengesahan yang akan di-copy sejumlah syarat yang ditentukan; 3 buah laporan untuk keperluan sidang, boleh diperbanyak untuk keperluan pribadi.

Meski draf laporannya sudah lolos dari bantaian sang kakak sepupu, Taehyung tetap berantisipasi dengan melebihkan kopian karena siapa tahu masih ada satu dua typo kecil yang tertangkap mata pembimbingnya. Padahal ia sudah mengecek dua kali sebelum mengirimkan drafnya pada Namjoon, memastikan tidak perlu lagi koreksi.

Tapi kemampuan jeli sang kakak mungkin memang di luar ekspektasi, karena ada beberapa yang mesti dikoreksi ulang.

Atas keyakinan tersebut dan dukungan dari si kesayangan untuk meringankan beban, akhirnya Taehyung langsung memperbanyak laporannya sekaligus.

Sebenarnya, tiga rangkap dari laporan akan dipegang oleh para penyidang kelak. Sedang yang perlu dijilid rapi untuk dikumpulkan hanya satu buah saja. Taehyung sendiri berinisiatif membuat lima rangkap agar dua sisanya bisa langsung ia transfer ke penjilidan.

coffee? [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang