9. barista's signature

3.3K 447 274
                                    


Sudah menjadi rutinitas Park Chanyeol di hari Minggu untuk menggantikan Jimin mengawasi kafe. Itu juga, kalau dia punya waktu senggang sih.

Seperti hari ini misalnya. Pekerjaan di awal tahun memang tidak terlalu banyak menyita perhatian, terima kasih kepada seluruh staf dan pegawai atas kerja keras mereka menutup buku 2017, sehingga ia bisa punya waktu bersantai seperti dulu.

Sebenarnya kafe sudah tidak perlu diawasi secara langsung karena selain sudah terinstal cctv, Jung Hoseok rekannya merangkap posisi supervisor. Chanyeol membantu murni karena ingin mengimplementasikan kemampuannya meracik kopi.

Ah... pemuda jangkung itu terkadang rindu dengan masa-masa di mana ia merintis kafe ini. Dahulu bernama WEEK&'s COFFEE, buka setiap hari setelah jam perkuliahannya selesai dan tutup tepat 30 menit sebelum tengah malam. Kemudian dia akan mengerjakan tugas kuliah sebelum jatuh terlelap. 

Tapi itu dulu.

Kedatangan adiknya membawa angin segar di kedai, tempat ini terasa jauh lebih bernyawa dan terorganisir. Jam operasional kafe ditambah seiring dengan pegawai yang direkrut. Chanyeol bisa sedikit bernapas lega di antara tugas kuliahnya yang semakin mencekik.

Bukan berarti dia tidak bisa diandalkan, justru ia bertanggungjawab sekali. Terlahir sebagai cucu tertua di antara 4 orang cucu lelaki dari keluarga sang ayah membuat Chanyeol punya sifat mengayomi yang alami. Tapi, demi Tuhan tugas-tugas kuliahnya semakin rumit dan butuh perhatian ekstra—dia bisa apa selain harus mengerjakannya. Diktat-diktat itu tidak akan menghabisi diri sendiri lantas merasuki kepalanya dengan instan, Chanyeol akui.

Maka saat kini sang adik berada di posisi serupa, Chanyeol ingin sekali mengurangi bebannya. Karena semester 4 bagi Fakultas Bisnis & Manajemen di almamaternya sama dengan gerbang neraka. Istilah tersebut bukanlah kiasan semata, karena Chanyeol sudah pernah bersusah payah melalui pula.

Apa sih yang tidak bagi si adik kesayangan. Selain karena pertalian darah mereka yang lebih kental, Chanyeol memang kurang menyukai dua sepupu mudanya. Park Jihoon putera sang paman terlalu berisik, saat bertemu dengan Woojin si sepupu satunya apalagi. Sebenarnya dia bisa mewajarkan hal tersebut tapi sialannya, dua bedebah kecil itu hanya mau menuruti perkataan Jimin. Sejak kanak-kanak mereka begitu, saat besar malah semakin menjadi.

Chanyeol teringat akan kejadian beberapa minggu lalu, saat dua adik sepupu itu merengek ikut pulang bersamanya ke Seoul dengan alasan untuk memata-matai Jimin yang mengelak jika pemuda tampan yang datang satu mobil dengannya adalah sang kekasih.

Sebelum mengantarkan keduanya ke habitat masing-masing, Chanyeol mengajak mereka sarapan di kafenya saja. Gratis, ia yang mentraktir. Tapi saat Jimin menghampiri mereka dengan tumpukan sandwich diatas nampan, kenapa semua terima kasih dilayangkan pada adiknya. Bahkan Kim Taehyung juga melakukan hal serupa, ck!

Kebetulan sekarang pemuda Kim itu kini tengah duduk di depan sebuah laptop yang terbuka di sudut sana. Meja kecil persegi dengan kursi kayu di kedua sisi, dasar orang pinggiran, Chanyeol sempat mengusili tadi.

Jujur dia merasa salut pada pemuda jangkung itu, Chanyeol awalnya mengira perkataannya dulu hanya main-main. Tapi melihat Taehyung tengah menyusun skripsi di jam segini, rasanya ucapan tersebut bisa diseriusi.

Pintu kaca terbuka memunculkan sosok mungil sepucat salju—hell, sepertinya dia kedinginan di akhir Januari begini. Chanyeol menaruh mug yang tadi ia keringkan lalu berpindah ke konter kasir.

Senyum dilayangkan, Chanyeol mengangguk sekilas saat kelereng besar berwarna karamel menatap diselingi kedipan polos. "Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?"

coffee? [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang