3. chemex brewed coffee

4.1K 557 203
                                    


Begitu langkahnya sampai di tikungan, Taehyung menemukan Park Jimin yang kepalanya tertunduk di depan mesin kasir.

Kerutan di dahi mempertegas betapa seriusnya ia yang tengah menghitung uang disana. Wajah atraktif itu terlihat agak kusut, namun tetap menawan.

Taehyung memerhatikan tanpa sadar. Saat tangan mungil itu bergerak dengan cekatan, menghitung lembaran uang dan menulis sesuatu kemudian menyelipkan ballpoint ke telinga. Saat Jimin tersenyum pada pelanggan yang hendak membayar. Saat ia kembali fokus pada kegiatan awalnya.

Bibir plum itu tiba-tiba mengerucut, lucu, dengan sang pemilik yang masih fokus melakukan perhitungan.

Taehyung bersin seketika.

...

"Hidungmu merah sekali, Tae." Tatapan Jimin terkesan menyelidik saat Taehyung sampai di depan konter kasir. Hidung bangir pemuda Kim tadi memang digosok terlalu banyak. Ia hanya menggumam sambil menarik beanie hat di kepala agar lebih turun—untuk menutupi telinganya yang juga memerah.

Untung saja kamu tidak tahu aku habis memperhatikanmu dari luar, Jim.

Manik sewarna karamel memindai papan menu yang tergantung. "Filter chemex¹-nya sudah datang, Jimin-ah?"

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Taehyung mengalihkan atensi kembali—hanya untuk mendapati bahwa pemuda mungil di depan tengah berkedip kebingungan sambil menatapnya. "Kapan filternya datang?"

Ada kerutan di tengah alis hitam yang menghias wajah berbentuk hati itu seiring sorot matanya berubah waspada. Taehyung ingin mengusapkan jemari pada kerutan yang terbentuk di sana.

"Tadi saat aku sampai, filter-filter untuk kopi sudah ada di depan kafe, Chim," sela Hoseok sambil menghampiri mereka. Konfirmasinya membuat Jimin menghela napas lega. Bibirnya menyunggingkan senyum singkat. Perilaku kecil itu tidak luput dari tangkapan mata Kim Taehyung.

Hoseok yang melihat mereka hanya mengedikkan bahunya sekilas sebelum berujar, "mau pesan chemex kan, Tae? Beans apa?"

Taehyung meliriknya. "Tolu Batak, Hyung. Dan sandwich, tolong. Aku belum sarapan."

Hoseok mencatat pesanan Taehyung pada tab-nya kemudian menepuk pundak Jimin yang masih sibuk dengan kegiatannya. "Sarapanlah bersama Taehyung, Chim. Tidak ada penolakan lagi," titahnya sambil berlalu ke dapur.

Jimin yang tidak memiliki lagi alasan untuk mendebat Hyung-nya hanya bisa mendengus sambil merapikan barang. Demi apa, ini baru setengah tujuh pagi. Lagipula, sekarang kafe sedang sepi. Hanya ada dua meja yang terisi. Dan pekerjaan ini tidak akan menyelesaikan dirinya sendiri.

"Jangan menghela nafas terus, Jimin-ah. Aku akan membantu pembukuanmu."

Suara ber-tone bass itu menyegarkan pikiran Jimin dengan instan. Dia terkesiap sampai hampir menjatuhkan tab berwarna abu metalik. Surai sekelam malamnya terhempas secepat kepala sang pemilik yang mengalihkan pandangan tiba-tiba.

Diam-diam, Taehyung menyembunyikan senyuman geli.

...


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
coffee? [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang