Bab 20: Rencana Bertemu Calon Mertua
Serga
MATI GUE!
Itu Flower Andromeda kagak punya kerjaan lain apa selain ngebocorin rahasia-rahasia gue mulu? Perasaan, segala macam kebobrokan yang gue lakukan dan ada di diri gue, dia terus yang ngumumin ke orang-orang.
Contohnya, waktu awal kelas sebelas, dia yang ngasih tahu anak-anak kalau gue dulu sering nyolong mangga punya Ben. Dia tahu itu dari Gideon yang dulu pernah gue ceritain. Emang dah ya, nemu orang yang mudah dipercaya itu nggak gampang. Ditambah lagi, setelah Dona nyuruh gue nyebutin nama-nama member GOT7, Flo makin sering godain gue dan bilang kalau gue K-Popers sejati yang pantas dijadikan panutan.
Sekarang, dia teriak-teriak sambil bilang kalau GUE NYIMPEN FOTO SANSA DI LAPTOP.
Oke. Pengakuan: gue emang nyimpen foto Sansa, tapi seharusnya Flo ngerti kan kalau hubungan gue sama Sansa belum jelas karena gue masih dalam tahap PDKT? Nggak perlu dikasih tahu pun anak-anak udah pada tahu kalau gue naksir Sansa. Soalnya, gue sering nemenin Sansa jalan sampai pagar depan (nggak gue anter pulang karena gue emang nggak bawa kendaraan ke sekolah). Gue juga sering ngegodain Sansa, kadang teleponan dan chat di WhatsApp.
"Serga," panggil Sansa sambil natap gue. Gue natap balik, dan melihat kalau nggak ada kemarahan yang terpancar di wajahnya. Bingung gue harus lega apa gimana. "Lo... nyimpen foto Sansa Stark alias Sophie Turner apa foto gue?"
Sialan banget dah teman-teman gue tiba-tiba batuk-batuk mendadak. Ini ngode buat dibeliin Konidin, ya?
Gue diam aja, nggak menjawab pertanyaan Sansa.
"Foto lo, San, bukan Sansa Stark," jawab Flo mewakili gue.
Sekarang, gue dapat melihat Sansa terkejut, lalu dia tersenyum samar. Asik, artinya dia nggak marah, kan? Atau mungkin ini adalah lampu hijau kalau Sansa nggak keberatan sama sekali kalau gue ngedeketin dia?
Gue emang pernah ngomong suka sama Sansa, sih, tapi anaknya kagak percaya dan nganggap gue cuma bercanda. Salah gue juga sih, sembarangan ngomong suka ke semua cewek semata-mata pengin bikin mereka baper.
Kena karma kan gue.
Kayak dulu gue pernah ngomong gini, "Apa sih bagusnya BTS? Heran gue." Lalu, nggak lama kemudian, karma pun menghampiri gue karena gue jadi suka dengerin lagu BTS yang Fire sama Not Today. Sepertinya, semua bakal menjadi ARMY pada waktunya.
Gue langsung berdiri begitu aja tanpa banyak mikir, lalu berjalan menuju ke tempat Sansa duduk yang berada di ujung kelas paling belakang, berseberangan dengan milik gue. Semua pun mulai bersiul-siul sambil batuk-batuk lagi. Gue doain batuk beneran mampus lo pada.
Sesampainya di sana, gue langsung narik satu kursi kosong dan duduk di samping Sansa. Sebelum ngomong sama dia, gue melotot duluan sama seisi kelas. "Lo semua tahu privacy, kan? Nggak usah nguping gue sama Sansa, lanjutin aja tugas lo semua."
Sontak, mendengar perkataan gue, mereka berhuuu ria lalu menyahut, "Emang dah ya yang dimabok cinta mah semuanya serasa milik dia, nggak mikir kalau ini kelas sebenarnya milik kita semua."
Ada lagi. "Ya udah sih kalian tinggal keluar aja ngomong langsung mata ke mata, hati ke hati, jangan sampai kita yang di sini cuma bisa garuk dinding ngelihatinnya."
Ada lagi ada lagi. "Lah kocak, Ga. Ini kelas fasilitas publik siapa juga yang nguping kalau lo ngomongnya di tempat rame gini. Oh iya, baru sadar ya kalau selama ini kita punya kuping."
Walaupun gue tahu mereka semua hanya bercanda, kuping ini tetep panas dengernya. Ya mau gimana lagi jomblo mah bisanya cuma nyinyirin. Sirik aja mereka semua gue dapet Sansa yang cantik begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Bad Boy Has Never Been a Bad Boy ✔
Ficção Adolescente[BOOK 1 - COMPLETED] For the two of us, home isn't a place. It is a person. And we are finally home. -Stephanie Perkins-