Sang Kegilaan, Dani

1.6K 77 8
                                    

Harus ada minimal 1 anak yang 'gila' di kelas untuk memberikan kesan tersendiri di kelas itu.

*****

Tawa riuh terdengar dari depan kelas tanpa guru ini.

Ya, kelas gue jamkos lagi, dan kesempatan itu gak dibuang gitu aja. Beberapa dari temen gue udah duduk dan gelosoran di depan kelas mengelilingi Dani.

Lagi-lagi anak itu ngeliatin jurus gilanya dan buat semua yang mendengar perkataannya menjadi tertawa terpingkal-pingkal.

Dani, seorang anak presiden. Percayakah kalian? Tentu saja tidak, tapi itu yang dia katakan sekarang. Anehnya, Adit dan Salsa malah berpura-pura percaya dan terus menanyai Dani tentang hidupnya sebagai 'anak presiden' itu.

"Terus kalo semua pekerjaan rumah yang ngerjain pembantu lo, nyokap lo ngapain?" Salsa bertanya seolah dia sangat ingin tahu sekali.

"Ya ... tidur, makan, BAB."

"Tapi Dan, katanya lo anak presiden. Kenapa lo tinggal di rumah lo sekarang? Kenapa gak di Jakarta atau gak di Jepang gitu?" Kali ini Adit yang bertanya.

"Kan gue rendah hati. Gak mau sombong gue tuh."

"Tapi rumah lo gak cuma di sini, 'kan?"

"Enggaklah! Kalo gak salah tuh, gua punya dua belas rumah di Inggris, tiga puluh satu rumah di Jepang. Rencananya ini mau bangun rumah di Amerika." Seisi kelas tertawa. Sungguh fantasi yang luar biasa.

"Rumah lo pasti bagus dong, Dan?"

"Jelas! Gagang pintunya aja dibuat dari emas. Pokoknya rumah raja Salman aja kalah sama rumah gue!" Seisi kelas tertawa riuh. Ini anak kalo ngekhayal gak tanggung-tanggung ya?

"Terus kenapa lo sekolah di sini? Kan banyak sekolahan yang lebih bagus."

"Udah gue bilang gue gak mau sombong! Lama-lama gue tampol lo pakek dolar."

Ya, begitulah Dani. Dengan kegilaannya, dia menghidupkan kelas ini.

Bukan hanya saat jamkos aja dia kaya gitu. Bahkan saat ada guru pun dia juga sering mengatakan hal-hal yang tak masuk akal. Misalnya:

"Kerjakan LKS halaman dua puluh tiga. Nanti dikumpul, Ibu masih ada urusan di kantor." Dengan bodohnya si Dani bertanya, "Kalau LKSnya ilang gimana bu?"

Kalian tahu, pertanyaan itu selalu Dani lontarkan kepada semua guru yang memberikan tugas LKS. Kadang gue mikir, emang semua LKSnya ilang? Gak usah sekolah sekalian kalo gitu.

Ada satu kejadian yang sama seperti itu. Ketika guru ngasih tugas dan Dani jawab kaya gitu, ibu gurunya bilang, "Ya udah, kerjain di buku tugas, tulis soalnya."

Saat itu juga Dani mengganti pertanyaannya.

"Kalo ketinggalan gimana, Bu?" Ini anak keliatan banget bohongnya.

Tadi bilang bukunya hilang, sekarang bilang bukunya ketinggalan. Aduh Dan ... bilang aja lo gak bawa buku itu lebih simple.

Emang dengan lo bilang buku lo ilang itu buat guru gak ngasih tugas ke lo? Impossible!!!

★★★★

Sekarang jam pelajaran PKWU (Prakarya dan Kewirausahaan) dan tugas kelas gue sekarang adalah membuat radio.

Sebenernya udah dari dua minggu yang lalu kita buat radio itu, hari ini tinggal pasang speakernya.

Sedari tadi Adit dan Dani terus saja berlomba untuk membunyikan radio yang telah mereka buat dengan kelompoknya masing-masing.

"Woy! Denger nih! Suaranya bakalan jernih! Denger nih denger!" Dengan sombongnya Dani menghidupkan radio yang telah dibuat kelompoknya.

"Woo!!! Kencengnya coy!!! Kecilin dikit!!!" teriak Adit sambil menutup kedua telinganya.

Seisi kelas tertawa mendengar teriakan Adit. Pasalnya yang dikatakan Adit sama sekali bukan kenyataannya, karena radio yang Dani buat tidak mengeluarkan suara apapun.

"Hahaha ... maaf ya. Bukannya gue sombong, tapi emang kenyataannya radio gue bakal hidup. Gak kaya punya lo." Kali ini giliran Adit yang menghidupkan radionya.

"Tarik mang! Goyang terus!" Dani bergoyang heboh seolah ada musik yang mengiringi.

Sama kaya Dani tadi, radio Adit juga gak hidup.

"Sekarang giliran gue nih. Udah gue benerin! Pasti hidup kali ini. Nih speakernya gue hadepin kalian, biar pada denger." Dani ngadepin speaker radionya ke kita yang duduk di bangku masing-masing.

Tapi masih sama, radio itu gak ada suaranya.

"Mana? Katanya udah dibenerin!"

"Nih denger, speakernya kemresek-kemresek gitu."

"Hahaha ... udahlah. Giliran gue sekarang. Benerin lagi tuh radio kemresek lo."

Akhirnya Adit berhasil membunyikan radionya. Kelompok Adit pun bersorak gembira. Termasuk gue.

"Eh eh ... jangan kenceng-kenceng, kasian tetangga sebelah belum bunyi!!!" Seisi kelas kembali tertawa.

Sedangkan Dani masih terus membenarkan radionya, tapi sayangnya radio yang dibuat kelompok Dani masih tidak bisa hidup sampai jam pelajaran selesai.

★★X ipa 4★★


Hai.... Sorry kalo cerita ini pendek. Gue emang gak terlalu suka nulis yang panjang banget gitu, takut yang baca bosen. Jadi kemungkinan kedepannya bakalan segini-gini aja.

Oke, gue mohon dengan sangat buat kalian Vote dan comment.
Jangan jadi pembaca gelap, karena gelap-gelapan itu gak baik 😆😆

See you 😄😁

This Is My ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang