THE JOURNEY OF AYLA"Palu Pilu Ibuku"

TIGA

Sore itu Ayla tak sabar menantikan kepulangan ayahnya. Sudah setengah jam lebih ia menunggu dengan wajah gelisah. Begitu banyak pertanyaan tentang sosok seorang ibu yang tak pernah ia lihat itu. Tiap sebentar ia menengok keujung jalan yang sepi, dan berharap melihat ayahnya berkeringat menggayuh sepeda. Ia akan mengatakan betapa tugas yang diberikan bu Santi begitu mengusik pikirannya. Ia ingin tahu seperti apa ibunya? Dan dimana ibunya sekarang.

Adzan maghrib terdengar sayup menyusuri rumah warga kampung, perlahan suara itu semakin jelas. Ayla terhenyak, mengingat ayahnya yang belum pulang. Wajah kecewa sangat tergambar jelas diwajah mungilnya itu. Walau Ayla sudah biasa tinggal dirumah sendirian ketika ayahnya bekerja, tapi kali ini ia sangat menantikan kehadiran ayah kesayangannya itu.

Dengan langkah berat, Ayla segera menuju sumur dan berwudhu'. Ia sudah terbiasa sholat Maghrib sendirian. Ayahya, Pak Ridho memang sering pulang selepas Adzan Isya. Dari pagi, ia menjadi buruh bangunan, dan sorenya ia membersihkan kebun orang. Upah dari pekerjaan membersihkan kebun itulah yang sedikit demi sedikit ia tabung untuk keperluan sekolah Ayla.

Selesai sholat, Ayla membuka buku tugas yang diberikan bu Santi tadi. Keningnya berkerut seolah-olah memikirkan sesuatu yang ganjil terjadi pada hidupnya. Tak lama kemudian, pak Ridho pulang dengan membawa sebungkus makanan. Ayla menyambut ayahnya, dan bergelayutan manja dipundak pak Ridho.

"Ayah... sudah sholat Maghrib,?" tanya Ayla

"Sudah nak.. tadi Ayah sholat di mushala depan sekolah kamu. Dan ayah juga bertemu dengan bu Santi. Dia menitipkan ini untukmu," memberikan bungkusan yang tadi dipengangnya.

"Hmmm.... sate yah.." Ayla tampak senang dengan pemberian gurunya itu. Ayla menikmati sate ayam dengan sangat lahap. Setelah selesai makan, ia berencana menceritakan tentang tugasnya disekolah.

Dengan penuh antusias, Ayla berkata "Yah.. apa itu hari Ibu?"